50. ODETTA

3.4K 836 30
                                    

Gedoran di pintu kamar Odet menjadikan hal itu sebagai pengalaman yang tidak akan pernah terlupakan oleh Bima. Sangking tidak terlupakannya, Bima sampai gugup ketika tidur malam hari ini. Membayangkan kembali adegan super memalukan yang sebenarnya bukan salah Bima dan Odet sebagai pasangan yang tengah menikmati momen pengantin baru. Justru Seda-lah yang bisa dinilai bersalah karena melakukan hal yang agak memalukan.

Bima mengingat adegan tadi siang hingga tidak bisa lepas dari kepalanya.

"ODET! KAMU KENAPA?! BUKA PINTUNYA, MBUL! KAMU DIAPAIN SAMA BIMA?!"

Hal itu membuat Bima menghentikan gerakannya dan menatap Odet yang sama bingungnya.

"Ayah kenapa, Bim?" tanya Odet yang semula tidak begitu fokus karena sibuk dengan rasa geli di tubuhnya.

Bima menggeleng. "Nggak tahu, Det."

"Mbul??? Jawab ayah, Mbul!"

Odet segera turun dari ranjang untuk melihat ayahnya diikuti oleh Bima.

"Ayah?" tanya Odet ketika mendapati ayahnya di depan pintu kamarnya.

"Kamu nggak apa-apa??? Bima berani ngapain kamu, hm??? Baru nikah udah berani bikin kamu teriak-teriak minta ampun begitu!? Ayah nggak akan—"

"Mas!!" Odessa lebih dulu menyela ucapan cepat Seda yang mengacau. Diujung tangga, wanita itu mendekati sang suami hingga menjewer telinga Seda karena kesal dan luar biasa malu dengan tingkah suaminya yang sudah tua tapi tidak sadar masih menganggap Odet anak kecil saja. "Ngapain di sini, sih!?" kesal Odessa.

"Aku tadi mau ke kamar Tari, terus denger Odet yang teriak minta ampun sama Bima! Ayah nggak akan tinggal diam kalo anak ayah diapa-apain sama Bima, sekalipun dia suaminya!"

Odessa menatap Odet dan Bima bergantian. "Kamu nyiksa Odet, Bim? Ada kecenderungan suka hardcore?"

Pertanyaan Odessa yang tidak terpikirkan oleh Bima tentu saja langsung mendapatkan gelengan. "Nggak, Bu. Sama sekali nggak ada kecenderungan begitu."

Odet menghela napas. "Astaga, Ayah, Ibu. Aku itu minta ampun karena dikelitikin sama Bima. Lagian aku sama Bima nggak lagi begituan, Bu. Mana ada hardcore atau apalah itu. Pikiran Ayah sama Ibu kayaknya perlu disaring, deh."

Odessa berdehem karena merasa sudah menebak ke arah hal mesum. Sedangkan Seda terlalu paranoid mengira putrinya mendapat siksaan dari Bima.

"Kamu denger, kan, Mas. Anak kamu nggak diapa-apain. Cuma dikelitikin!" desis Odessa pada suaminya yang sama memalukannya.

"Ayah sama Ibu, nih, ya. Makin tua makin gokil aja lagian." Odet tertawa sendiri mendapati orangtuanya yang bersikap aneh dan lucu.

Bima berniat tertawa, tapi terhenti karena wajah Seda yang tetap serius. Aduh, nggak tenang hidup gue kalo mau enak-enak sama Odet, nih.

"Jangan macem-macem kamu, Bimaskara. Ini peringatan."

Bayangan kejadian tadi siang terhenti ketika Bima merasakan sentuhan di dadanya yang memang tidak memakai baju karena kebiasaan tidurnya juga yang suka hanya memakai celana bokser saja sejak bujang.

"Bim, kok, kamu kaku banget? Kamu kenapa? Kamu kayak kena sawan tahu, nggak?"

Bima melebarkan tangannya agar Odet menjadikan lengan pria itu sebagai bantal. "Emang agak sawan, sih, Det. Ngeri kalo bikin kamu bersuara dikit takut digedor ayah lagi."

Odet tertawa. "Jadi, malam ini nggak minta jatah, kan?" goda Odet pada suaminya.

Bima berdecak, menarik lengannya dan memunggungi perempuan itu.

"Bim, jangan marah." Odet mencoba membalikkan tubuh Bima tapi tidak berhasil. "Bima, Sayang ... jangan marah, dong."

Bima menahan senyumannya. Dia tak mau langsung luluh dalam sekali panggilan sayang dari Odet. Bima ingin melihat bagaimana perempuan itu membujuknya.

"Sayang? Bima sayangku? Sayang, sayang, sayang!"

Bima tertawa karena tidaj tahan lagi. Dia memeluk Odet dan langsung mengunci perempuan itu di bawahnya. Tenaga Bima yang lebih besar dengan mudah bisa membalikkan keadaan.

"Loh, loh, loh? Katanya nggak berani ngapa-ngapain sama aku? Katanya nggak berani bikin aku bersuara?" Odet sengaja menantang pria itu.

"Kan, ada cara supaya suara kamu bisa nggak keluar dari dinding kamar ini."

"Masa?"

Bima dengan gemas mencium bibir istrinya dan mulai bergerilya di bagian tubuh Odet. Pria itu sengaja merangsang Odet dengan gerakan memuja hingga Odet terengah-engah. Tidak langsung pada inti permainan, pemanasan yang diberikan oleh Bima membuat perempuan itu hampir mengerang keras ketika bibir basah Bima menyentuh kewanitaan Odet dari balik celana dalam.

Bima tidak hanya menggunakan bibir dan lidah di sana. Salah satu jemarinya masuk melalui celah celana dalam Odet dan menggerakkannya untuk mengukur seberapa basahnya Odet dari waktu ke waktu. Ketika menemukan momen yang sangat tepat untuk mendapati Odet akan meledak karena pelepasan, Bima menarik jemari dan mulutnya.

"Bim?"

"Hm."

"Kok, berhenti?"

Bima menunduk untuk mencium Odet dan ternyata langsung dibalas dengan agresif. Istrinya itu sudah mendapatkan mood untuk melakukan percintaan malam ini.

Bima menarik diri dari ciuman mereka juga, membuat Odet memasang wajah sangat kehilangan. "Nggak boleh lanjut, Det. Kamu soalnya bakalan bersuara dan nanti malah bikin ayah kamu—"

"Plis, Bim. Aku nggak akan bersuara dan bikin ayah gedor pintu!" potong Odet tak sabaran.

"Beneran? Bukan cuma ayah kamu yang bisa denger, Det. Dastari juga. Kamar ini, kan, lebih deket sama kamar adik kamu."

"Bimaaa. Sumpah ini nanggung banget!" Odet mulai merengek.

Bima memandangi Odet dan berkata, "Manggilnya nama doang, nih? Aku bakalan terusin kalo kamu panggil aku kayak pas bujuk tadi."

"Yang mana? Yang Bima sayang?"

Bima menaikkan kedua alisnya. Odet yang langsung mengerti langsung menarik leher suaminya dan menyebut Bima sayangku tepat di bibir prianya, suaminya.

"Aku mau kamu, Bim. Malam ini."

Bima akan memberikannya, dengan catatan tidak ketahuan ayah mertuanya. Semoga nggak digedor lagi.


[Bab 54&55 sudah up di Karyakarsa. Happy reading 💜]

ODETTA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang