33. ODETTA

4.3K 1K 106
                                    

Bima lebih dulu sampai di apartemennya sebelum menemukan Odet di sana. Dia buru-buru berangkat karena takut membuat perempuan itu menunggu. Setidaknya selama ini Bima sudah sangat bersalah karena membuat Odet menunggu tanpa kepastian, tidak akan lagi dia biarkan Odet menunggu meski dalam bentuk menunggu kedatangan Bima. Jika saatnya tiba, Bima tidak akan menunggu waktu untuk meminang Odet, itu jika perempuan yang sudah mengenalnya lama mau. Jika tidak ... Bima tahu dia harus mundur dan melihat Odet bahagia.

Memesan makanan untuk menemani mereka, Bima harap mereka bisa bicara dari hati ke hati seperti dulu. Mengobrol banyak dengan makanan yang menemani mereka.

Selesai dengan segala hal untuk menyambut Odet, Bima berniat duduk dan menunggu. Namun, bel yang berbunyi langsung membuat pria itu bergerak memastikan sendiri bahwa yang datang adalah Odet.

"Det—"

Bima diterjang tubuh Odet yang langsung memeluknya begitu erat. Sudah lama rasanya mereka tidak melakukan sentuhan fisik seperti ini. Bima terlalu takut mengambil tindakan yang terlalu dekat dengan Odet karena tak mau menyakiti perempuan itu. Maksudnya, Bima tak mau dinilai memanfaatkan kedekatan yang mereka miliki. Dulu mereka begitu dekat dan Bima hanya memberi status sahabat karena menyangkal berulang kali perasaannya. Kini, Bima tak berniat menggunakan kata sahabat untuk dekat dengan Odet.

"Det? Tell me, are you okay?" Pertanyaan Bima tidak langsung dijawab oleh Odetta. Perempuan itu masih diam dalam pelukan Bima.

Bima membiarkan Odet menempel di tubuhnya, berusaha bergerak untuk menutup pintu karena tak mau dilihat orang saat berpelukan dengan Odet di depan pintu. Sekarang ini Odet terlihat seperti anak Kanguru yang mengikuti gerakan Bima tanpa melepaskan pelukan. Bima bisa menebak bahwa Odet sedang ingin dimanja tanpa ditanya.

Bima masih membiarkan tubuh mereka berdiri saling memeluk. Tangan kanan Bima mengusap rambut Odet yang dibiarkan tergerai dan sedikit bergelombang. Rambut hitam itu tidak bararoma keringat, Bima tahu putri Seda Dactari disiplin mengurus rambut, kulit tubuh, dan wajahnya. Meski menggunakan pakaian kerja, Odet tetap harum. Disaat menghirup aroma khas dari Odet begitu dalam, kepala Bima mulai pusing. Jangan gila, Bim!

"Aku kangen, Bim."

Bima yakin telinganya tidak rusak. Dia tertegun hingga tangannya berhenti bergerak ditengah kegiatan mengusap rambut Odet. Pria itu menghindari meletakkan hidung di bahu Odet untuk menghindari kejadian yang sempat ada di dalam mimpi basahnya—dengan Odet.

"Aku kangen banget sama kita yang nggak saling berjauhan, Bim." Terdengar isakkan dari bibir Odet, bahkan sekarang Bima berdoa supaya bagian bawahnya tidak berkedut hingga berdiri karena Odet melesakkan wajahnya di ceruk leher Bima.

Kadar manja Odet kali ini sungguh menyiksa Bima. Memang dulu mereka sering berpelukan, tapi tidak seintim saat ini. Untung aja nggak gue pangku.

"Aku juga kangen, Det. Tapi sekarang bentuk kangennya beda."

"Apa bedanya?" sahut Odet.

Bima menghela napasnya. "Aku mungkin nggak bisa bikin kamu percaya kalo aku serius dengan perasaanku, tapi aku telat banget sadarnya, Det." Bima mendengkus geli. "Selama ini aku sibuk denial sama perasaanku ke kamu. Terlaku gengsi kalo aku emang cinta sama kamu yang aku nilai 'berisi'. Padahal, cinta yang datang nggak nilai bentuk badan atau bagian fisik manapun. Aku yang gengsi mengakuinya."

Odet mendongak, menatap Bima yang merunduk menatap wajah perempuan itu.

"Kenapa harus aku menjauh dulu baru kamu sadar perasaan kamu, sih? Kenapa nggak dari awal aja kamu menerimanya dan kita bisa sama-sama tanpa keraguan lagi."

Bima terdiam untuk sesaat, mengamati wajah Odet yang kini semakin tirus. Tidak mengurangi kecantikan Odet, karena memang wajah perempuan itu sangat cantik sejak lahir.

"Kamu yang sedang ragu, Det. Aku udah nggak. Aku tahu kalo aku mau kamu. Tapi sekarang, kamu punya kandidat yang lebih siap menerima kamu. Iya, kan? Kandidat yang nggak menyangkal hanya karena bentuk tubuh kamu."

Bima tahu jika ada dorongan dalam dirinya untuk mencium bibir Odet. Dia sudah mencium perempuan itu diam-diam, mencuri ciuman pertama Odet. Ingin rasanya mencium Odet tanpa takut ketahuan. Namun, Bima pantang melakukannya dengan kekasih orang.

"Kiss me, Bim."

Bima terkejut dengan permintaan Odet yang tiba-tiba.

"Untuk apa? Aku nggak mau dinilai merebut pacar orang, Det. Aku nggak mau membuat kamu semakin ragu dengan perasaan kamu. Kalo kamu memang memilih Anggada aku ak—"

Odet membungkam pria itu dengan menarik leher Bima untuk menciumnya lebih dulu. Odet tidak menerima ceramah panjang, karena yang Odet inginkan sekarang adalah memastikan perasaannya ... untuk Bima.

Bima bukan perempuan yang membuat drama memukul dada lawan ciumannya untuk menghentikan segalanya. Bima menerimanya, menggerakan bibirnya dan mengikuti insting ketika Odet mengalungkan lengannya untuk memperdalam ciuman mereka. Ibu jari Bima bahkan sudah mengusap permukaan wajah Odet dengan sayang. Keduanya membuka mulut bergantian dengan sedikit brutal, paham bahwa ada gairah yang memuncak karena pancingan semacam ini.

Odet menarik Bima dengan berjalan mundur menuju sofa. Perempuan itu menjatuhkan dirinya sendiri dan membuat Bima menahan berat tubuhnya di atas Odet. Kecap dari bibir yang menyatu itu mengisi dan membawa desah diantara keduanya.

Odet memberikan akses bagi Bima untuk menyentuh dada perempuan itu dan Odet mengusap dada Bima. Namun, Bima tidak begitu saja larut. Kepalanya yang masih berfungsi sebagian menyadarkannya.

"Don't do this," ucap Bima serupa dengan bisikkan.

"Kenapa? Kamu nggak mau, Bim?"

Bima menggeleng, mengecup singkat bibir Odet sekali lagi sebelum menjawab. "Aku mau menyentuh kamu dengan status yang jelas, Det. Udah cukup aku menggantung kamu, membuat kamu menunggu selama ini dengan status sahabat. Aku memang mau melakukannya, sangat mau, Det. Tapi aku janji untuk jaga kamu."

Odet masih berusaha membujuk Bima. "Tapi aku harus bertanggung jawab untuk ereksi kamu, kan, Bim?"

Ucapan vulgar itu memang membuai Bima untuk menuntaskan nafsu, tapi Bima tak mau kalah dengan nafsunya sendiri.

"It's okay. Ini akan menjadi tanggung jawab kamu setelah kamu menyandang status istriku, Det."

Odet menghela napasnya dan membuang muka ketika tatapan Bima masuk ke dalam matanya. Bima yakin perempuan itu merasa ditolak.

"Hei," panggil Bima seraya membawa wajah Odet kembali menatapnya. "Aku nggak sedang berbohong hanya untuk menolak kamu. Aku sedang menjaga kamu dari kemungkinan aku merusak kamu, Det. Kalo kamu benar-benar memberikan kesempatan untuk menyentuh kamu, kemungkinan besar aku akan sengaja membuat kamu hamil supaya kamu nggak kembali ke Anggada dan menikah denganku. Tapi bukan itu yang aku mau, Det. Aku mau kamu yakin kalo aku memang pantas buat kamu. Aku nggak mau disaat kamu bersamaku dengan perasaan yang ragu, ternyata kamu merasa Anggada lebih tepat nantinya. I want you, but I don't want to ruin you."

[Bab 35 dan special chapter nya udah aku post di KK. 💜]

ODETTA [TAMAT]Where stories live. Discover now