43. ODETTA

4.1K 1K 40
                                    

Kabar yang baik akan selalu mendapatkan respon yang baik pula. Begitulah yang dilakukan oleh Rosalia, dia memberikan respon terbaiknya saat Bima mengajak bicara mengenai masa depan putranya itu. Semula Rosa tidak menyangka bahwa kabar ini akan didengarnya sekarang juga, pikir wanita itu, putranya pasti membutuhkan waktu satu atau dua tahun untuk memilih menuruti ucapan wanita itu untuk menikahi seorang perempuan. Ya, perempuan, karena Rosa sempat berpikir putranya akan membawa 'teman lelaki' ketimbang perempuan dengan hanya membawa Odet sebagai satu-satunya teman perempuan ke rumah.

"Oh, wow!" Rosalia tidak bisa berkata-kata. Gerakan tangannya yang semula akan membalik telur mata sapinya terhenti.

"Ma, telornya gosong itu." Bima memberitahu sang mama karena wanita itu mendadak mematung.

"Oh, iya! Astaga."

Wanita yang sudah lama menjadi janda dan tidak berniat menikah lagi karena merasa lelah dengan drama benar-benar kebingungan sekarang.

"Mama aneh, sadar nggak?" tanya Bima yang kini mengajak duduk mamanya di meja makan. "Aku nggak nikah-nikah, diomelin. Giliran ngasih kabar kalo aku mau lamar Odet secara resmi, Mama malah kaget begini. Sebenernya mana yang bener, sih, Ma?"

"Mama kira kamu itu udah melenceng, Kak. Mama kira kamu itu lagi penjajakan sama sejenis, soalnya kamu kayaknya nggak bisa menetapkan pilihan sama perempuan. Mama yang berisik nyuruh kamu nikah itu karena pengen tahu, loh, Kak."

Bima berdecak dengan kesal. "Apaan, sih, Ma? Kenapa malah ngaco begitu pikirannya?"

"Serius, Kak. Mama cuma punya dua kemungkinan buat kamu, nikah sama Odetta atau bawa teman laki-laki ke sini."

Bima mengusap keningnya yang mudah untuk digosok ketimbang janggutnya yang mulai terasa kasar dengan calon jenggot di sana.

"Jangan aneh-aneh, Ma. Aku beneran nggak mikir ke arah sana."

"Serius, Kak. Mama serius. Kamu itu ... apa, ya? Kayak nggak punya kehidupan sendiri setelah papa nggak ada. Dulu kamu masih suka nongkrong, tapi setelah papa nggak ada, kamu cuma punya Odetta yang kamu ajak main ke sini. Mama nggak pernah denger kamu bergaul sama teman-teman laki-laki kamu yang berisik kalo kumpul. Mama memperkirakan apa kamu dijauhi temen laki-laki kamu karena ada indikasi kamu suka sesama jenis."

Bima menggenggam tangan mamanya di atas meja makan. Tatapan mereka terikat satu sama lain. "Mama terlalu mikirin aku. Lagi pula aku nggak mau bawa temen-temen laki-laki ke rumah karena udah nggak ada papa. Cuma mama dan adek yang sama-sama perempuannya. Aku nggak mau ada pria lain yang masuk ke rumah ini dan nantinya bikin masalah karena mama dan adek adalah perempuan yang harus aku lindungi."

Rosalia tahu anaknya memang sangat manis dan bertanggung jawab. Tidak akan sulit untuk jatuh cinta pada Bima, termasuk Odetta. Wanita itu bisa membaca bahwa Bima dan Odet sudah saling memiliki rasa sejak lama, tetapi tak mau untuk mengungkapkannya. Atau Odet menyukai Bima yang melenceng, itu yang ada di dalam pikiran Rosalia. 

Jauh dari semua perkiraan itu, ternyata Bima ingin melindungi mama dan adiknya. Padahal Rosalia merasa bisa menjaga diri dan terlebih lagi yang dibawa masuk pastilah lelaki yang anaknya kenal, bukan sembarangan orang.

"Kamu ini, kalo mau main tinggal main aja. Lagian mama juga bisa jaga diri, Bim. Mama masih sanggup menjaga adik kamu."

Bima menggelengkan kepala. "Tenaga perempuan dan laki-laki itu nggak sebanding, Ma. Meskipun yang aku bawa ke rumah adalah temen-temen yang aku kenal, aku nggak pernah tahu apa yang ada di dalam pikiran mereka. Itu makanya aku nggak mau mereka main ke rumah setelah papa nggak ada. Beda sama Odet yang memang perempuan dan bisa berbaur sama mama dan adek."

Odet jarang keluar dengan adik Bima karena sejak lulus SMA adik Bima meminta kuliah di Australia. Sering pulang memang, karena Bima yang bersedia membelikan tiket untuk adiknya sering pulang ke rumah. Odet bisa mengakrabkan diri dengan adik Bima yang jarang sekali bicara. Berbeda dengan Dastari yang banyak bicara dan cenderung suka mengajak berdebat.

"Yaudah. Mama akan datang ke rumah Odet untuk melamar. Kapan tanggalnya? Mama harus siapin bawaan, mama nggak mau datang dengan tangan kosong. Suruh adik kamu pulang sebelum tanggal lamaran kamu secara resmi. Ini nggak akan lama-lama, kan? Begitu lamaran habis itu langsung nikah resmi?"

"Iya, Ma." Bima tersenyum senang karena pada akhirnya dia akan melihat wajah bahagia sang mama melihatnya menikahi perempuan yang memang Bima mau dan membuat Bima nyaman.

Bima yang seperti dikelilingi banyak perempuan dalam hidupnya merasa ini adalah keputusan besar yang bagus. Meski ada rasa berat untuk hidup sendiri bersama istrinya kelak. Namun, inilah fase kehidupan.

"Eh, sebentar." Rosalian seperti baru tersadar akan sesuatu. "Ini ... kamu ambil jarak deket buat nikah, apa ada sesuatu?"

Bima mengernyit pada ucapan mamanya. "Sesuatu apa?"

"Sesuatu yang ... Odet hamil?"

Bima hendak menghela napasnya. Namun, melihat raut cemas dari wanita yang melahirkannya itu, Bima jadi ingin usil sedikit.

"Bukannya Mama yang kasih izin? Katanya Mama pengen ..."

Bugh!

Bima sudah lebih dulu dipukul dengan piring melamin di meja makan oleh Rosalia hingga mengaduh dan terkejut bukan main.

"Ma? Kok, sadis banget?"

"Kamu! Gara-gara kamu, Bim! Mama, kan, cuma sengaja biar kamu cepetan nikah! Bukan berarti kamu beneran nabung duluan!!!!"

Bima langsung melebarkan matanya dan kabur dari meja makan sebelum bagian tubuhnya yang lain terkena sasaran Rosalia untuk dipukul atau dilempari benda tumpul.

ODETTA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang