13. ODETTA

6.4K 1.5K 88
                                    

Perasaan yang sekarang Odet rasakan tidak begitu berbeda dari biasanya dia menghadapi seorang Anggada Prabu. Tidak banyak yang Odet lakukan selama menemani pria itu makan siang yang jadwalnya sudah terlewati.

"Kalo saya tadi makan di kantin, saya bisa di kantor lebih cepat, Pak." Odet masih berusaha untuk memberikan argumennya.

Mereka bahkan sudah mendapatkan tempat dan duduk di posisi dekat jendela. Jujur saja, Odet suka dengan restoran dirinya dibawa oleh Anggada saat ini. Meski begitu Odet tidak boleh seenaknya sendiri untuk makan siang dengan atasannya. Orang kantor akan tetap mempermasalahkan hal ini.

"Kamu mau pesan apa? Di sini disebut juga sebagai warteg sehat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kamu mau pesan apa? Di sini disebut juga sebagai warteg sehat. Kamu pasti suka menu yang ada di sini."

Odet menahan seringai yang hampir saja terlepas dari bibirnya. Memangnya Anggada tahu apa mengenai makanan yang Odet suka? Makanan sehat? Ya ampun, Odet bahkan memiliki kategori tersendiri untuk makanan sehat versinya.

Sejak kecil 4 sehat 5 sempurna adalah moto hidupnya. Berbeda hal jika kategori makanan 4 sehat 5 sempurna bagi orang dewasa sekitarnya. Apalagi yang memiliki jadwal diet ketat. Itu sebabnya Odet tidak memiliki teman perempuan, beda jenis kelamin juga tidak ada, hanya Bima yang betah menjadi temannya.

Kenapa juga harus mikirin Bima, Det?

"Kenapa kamu kayaknya nggak yakin gitu?" tanya Anggada.

"Ya, menurut Bapak aja. Bagaimana Anda bisa yakin saya akan suka menu makanan di sini? Memangnya Bapak tahu kategori makanan yang saya suka?"

"Tahu, kok. Karena mulai sekarang kamu bakalan suka menu yang saya rekomendasikan. Sama seperti Sabrina yang suka dengan menu rekomendasi di sini."

Begitu senangnya Anggada mengucapkan kalimat yang tidak Odet mengerti, sampai sedikit membuat Odet jadi kepo siapa Sabrina yang pria itu maksud.

"Sabrina?" sahut Odet tidak menahan rasa penasarannya.

"Iya. Sabrina Maharatu, kamu nggak tahu?"

Odetta tentu saja langsung menggelengkan kepala. Siapa yang tahu mengenai nama itu? Secara bukan deretan artis atau daftar pegawai di stasiun televisi ayahnya.

"Kalo gitu, itu jadi PR buat kamu. Cari tahu siapa Sabrina Maharatu."

Anggada memang misterius. Odet tidak tahu bahwa dia jadi ingin tahu seperti apa tipe pasangan yang pria itu suka. Sabrina Maharatu itu ... apakah tipe ideal Anggada Prabu?

"Kalo gitu kamu mau pesan apa? Kamu belum jawab, Alfa Odetta Mayoris."

"Saya nggak familier sama makanan di sini, Pak. Saya nitip aja menu yang Bapak tahu dan suka."

Anggada mengiyakan tanpa memberikan ocehan yang biasanya pria itu pakai saat tak suka disuruh-suruh. Setidaknya hal itu membuat Odet tersenyum, karena hidupnya terasa lebih damai dengan atasan yang menyenangkan.

"Terima kasih, Pak Anggada."

Anggada terlihat berdiam diri untuk sejenak. Sepertinya tidak menyangka akan diberikan ucapan tersebut dari Odet.

"Apa?" ucap pria itu ingin memastikan.

"Terima kasih," ulang Odetta.

Dengan canggung pria itu menganggukan kepala dan berjalan untuk memesan menu yang akan mereka makan.

Odet yang melihat hal itu mengernyit dengan dalam. Apa yang sedang terjadi di sini? Kenapa gerak gerik Anggada seperti sedang mendekatinya?

"Masa iya? Perasaan aku aja kali, ya??" gumam Odet dengan kedua tangan terkepal di depan mulut.

Sekali lagi dia memperhatikan Anggada yang sedang menunjuk sesuatu dan bercakap dengan pelayan di sana. What's going on with him?

*

"Tadi itu tempat makan punya chef Renata. Menunya enak, kan? Nggak kerasa menu diet."

Anggada membuka pembicaraan begitu mereka duduk manis di mobil untuk kembali ke kantor.

"Oh, pantes."

Anggada menoleh. Tidak merasa puas dengan balasan Odet. "Pantes? Pantes apa?"

"Pantes makanannya oke, dan pantes orang seperti Bapak mau makan di sana."

Anggada tertawa dengan balasan Odet. Kalimat itu menyinggung, sekaligus terdengar aneh bagi Anggada.

"Hei. Memangnya saya ini orang seperti apa bagimu? Lagi pula, kelas kita ini sama. Kamu bicara begitu seakan kamu lahir di keluarga miskin, padahal aset orangtuamu nggak main-main. Sekolahmu aja di international school yang biayanya setara dengan membeli mobil. Apa bedanya saya dan kamu Odetta?"

"Tahu dari mana saya sekolah di international school? Bahkan saya nggak cantumkan riwayat pendidikan SD dan SMP saya di Linkid. "

Anggada kembali tertawa dengan ucapan Odet yang terlampau lugu.

"Hei, kamu lagi nyindir artis yang baru pulang dari pendidikannya di luar negeri? Yang profil Linkid nya oke banget itu? Yang banyak orang bilang bisa bikin tetangga iri?"

Odet menaikkan bahunya. "Nggak secara langsung, sih. Tapi karena pas banget Anda membahas hal itu, jadi nyambung. Lagian kalo ngomongin soal artis itu, memang biasa aja. Semua anak orang kaya bisa kebingungan milih kampus mentereng di luar negeri, karena orangtuanya punya pengaruh. Kecuali dia anak orang sederhana dan bingung milih kampus di luar negeri, itu mengherankan. Ya, bukan cuma dia yang bisa begitu. Tapi karena dia artis, ya jadi luar biasa."

Anggada menoleh dan mendengarkan dengan baik opini Odetta. "Benar juga. Kalo kita berdua yang pasang status di sosial media bingung mau milih kampus luar yang mana, pasti nggak akan punya pengaruh apa-apa buat membanggakan bangsa dan negara, kan? Kesannya kita anak orang kaya yang nggak punya kontribusi buat negara, ya? Nggak ada bikin bangga-bangganya sama sekali."

Odet mengangguk. "Apalagi kalo saya yang begitu. Semakin nggak ada ngaruhnya. Udah nggak cantik, gendut, anak pemilik stasiun televisi yang diketahui banyak orang. Udah pasti langsung 'oh, anaknya Seda Dactari. Nggak heran. Banyak duid', padahal si artis juga anak orkay."

Anggada menganggukan kepala dengan segera mengambil kesimpulan yang membuat Odet terperangah. "Ya. Kamu nggak akan dibilang cantik dengan society, tapi kamu punya kecantikan yang akan langsung terlihat di mata orang sekitarmu."

[Double update, ya. Semoga bikin kalian semangat baca Odetta lebih lagi🖤]

ODETTA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang