My Bodyguard 3

119K 11.4K 73
                                    

Sudah 23 jam berlalu, sudah bosan duduk di dalam pesawat, pinggang sudah encok. Itu tandanya Alora sudah sampai di tujuan. Tak lama lagi pesawat yang ditumpangi Alora akan tiba di bandara Soekarno-Hatta.

Alora yang baru bangun tidur masih duduk di kursinya dengan muka bantal dan sesekali menguap. Ketika asik menguap, orang di sebelahnya tak sengaja menyenggolnya.

Alora berdecak kesal melirik orang di sebelahnya. Orang yang dilihat tidak sadar, dia sibuk menurunkan barang-barangnya. Sama seperti penumpang lainnya yang juga tergesa-gesa menurunkan barang mereka masing-masing.

"Apasih orang-orang prik! Landing masih setengah jam lagi juga," sungut Alora melihat orang-orang di sekitarnya. Dirinya bertambah kesal ketika orang disebelahnya tadi terus saja menyenggol dirinya.

Setengah jam berlalu, kini Alora sudah turun dari pesawat. Dia tidak membawa apapun selain dirinya sendiri. Dia celingak-celinguk sendiri di bandara sebesar ini.

"Trus ini gue kemana? Gue juga nggak bawa banyak uang. Masa iya gue jadi gembel?" tanyanya pada diri sendiri.

Alora berputar-putar sebentar di bandara dan kemudian memutuskan membeli kartu. Dia mengganti nomornya agar tidak bisa dilacak oleh bos nya. Setelah ini dia akan menghubungi Niel.

"Siapa?" Terdengar suara Niel di seberang sana.

"Alora. Di Indonesia. Kirim uang sama senjata!"

Sebelum Niel sempat membalas perkataannya, Alora sudah memutus sambungan telepon. Dia tidak mau berbasa-basi. Dan dia juga tahu Niel disana pasti sedang sibuk.

"Saatnya beli makan~" Alora keluar dari bandara sambil bersenandung. Dia lebih memilih mencari makan di luar bandara dengan alasan lebih murah.

Ketika melewati sebuah toko dengan full kaca, Alora melihat pantulan dirinya di cermin itu. Dia berhenti berjalan dan menatap pantulan itu dari bawah sampai atas.

"Lora kok lo bodoh banget si. Bisa-bisanya lupa soal ini."

⛓️⛓️⛓️

Athan yang biasanya baru bangun pukul 7, kini pukul 6 dia sudah siap dengan seragam putih abu-abu miliknya. Hanya seragam, tidak ada dasi ataupun ikat pinggang. Di seragamnya juga tidak dipasang badge. Polosan.

Dia turun ke lantai satu rumahnya dan menuju ruang makan. Di meja makan yang besar dan panjang itu biasanya hanya diisi tiga orang saja. Athan dan kedua orangtuanya.

Di ujung meja sudah ada Reza yang merupakan papa Athan sedang membuka laptop miliknya. Di sebelahnya ada Tarani selaku mama Athan yang sedang menyiapkan sarapan dibantu oleh asisten rumah tangga.

"Morning," sapa Athan pada orangtuanya.

Reza yang melihat putranya sudah siap mengernyit. "Tumben uda bangun," ucapnya menatap menyidik pada Athan. Sebab dia tahu bahwa putranya itu setiap harinya akan bangun siang dan terlambat ke sekolah.

"Lagi nggak mood dihukum," jawabnya asal dan duduk di samping mamanya.

"Mama seneng deh kalo punya anak yang bangunnya pagi," ucap sekaligus sindir Tarani pada putra tunggalnya itu.

Athan yang sedang mengambil roti menoleh pada mamanya sekilas. "Adopsi anak di panti aja sana, mereka tiap hari pasti bangun pagi."

Tarani yang mendengar itu mengambil selembar roti tawar dan menamparkannya di wajah Athan. "Gak gitu," kesalnya.

Athan mengambil roti yang baru saja mengenai wajahnya itu dan memakannya. Kedua orang tuanya mendelik padanya.

"Jorok banget!"

"Daripada dibuang. Mubazir."

Mereka bertiga memulai sarapan. Setiap hari dirumah Athan sarapan selalu tersedia tepat waktu. Tarani sendiri biasanya yang memasak makanannya. Walau kadang kala dibantu oleh asisten rumah tangga mereka.

"Permisi!"

Teriakan dari suara yang sangat dikenali Athan terdengar. Membuat Athan menoleh pada orang pemilik suara itu. Dari arah pintu datang dua temannya. Sean dan Langga.

"Ngapain kesini?" tanya Athan tak suka.

"Numpang makan," jawab Sean sekenanya kemudian langsung duduk di sebelah Athan.

"Pagi Tan, Om," sapa Langga.

Reza dan Tarani sudah terbiasa dengan kedatangan teman-teman Athan yang tiba-tiba seperti ini. Tak jarang mereka datang bermain atau sekedar numpang makan seperti Langga dan Sean ini.

"Tumben banget sih kalian udah siap jam segini?" Tarani masih penasaran alasan putranya yang selalu telat itu kini menjadi tepat waktu.

"Mau nyontek pr. Makanya harus dateng pagi-pagi, Tan," jawab Langga sambil mengunyah empat roti yang dia tumpuk menjadi satu.

"Gitu aja pake alasan nggak mood dihukum, bilang aja belum ngerjain pr," sahut Reza menatap putranya itu.

"Suka-suka Athan," balas Athan acuh.

"Udah jam segini, Pa. Ayo berangkat nanti telat."

Tarani segera memotong pembicaraan suami dan anaknya itu. Jika tidak, bisa dipastikan kedua orang itu akan beradu mulut dan tidak akan ada yang mengalah.

Mendengar ucapan istrinya, Reza segera menutup laptopnya dan memasukkan kedalam tas. Dia memakai jas yang juga sudah disiapkan istrinya kemudian berpamitan pada istrinya.

Pekerjaannya sebagai pemilik perusahaan terkenal membuat Reza sangat sibuk. Ketika dirumah dia masih harus bekerja. Namun sebisa mungkin dia membagi waktunya dengan keluarga.

"Hati-hati di jalan, Pa." Reza mengangguk dan mengecup pipi istrinya sekilas kemudian pergi.

"Pengen deh punya istri kaya Tante Tarani," ucap Sean setelah melihat itu.

"Halu aja dulu. Kewujud apa enggaknya nanti urusan belakang. Tapi gue yakin nggak bakal kewujud si," ucap Langga yang membuat Sean emosi.

"Gue nggak ngomong sama lo!"

"Lo berdua pergi deh dari rumah gue!"

Sean dan Langga menoleh pada Athan yang sudah menatap mereka berdua dengan tajam. Tarani yang melihat kelakuan anaknya dan teman-temannya hanya menggelengkan kepalanya.

"Baru satu gigitan masa uda pulang sih," ucap Sean memelas sambil melihat roti ditangannya. Roti itu baru tergigit satu kali.

"Kalo gitu gue yang pergi."

Athan pergi dari rumahnya meninggalkan kedua teman bodohnya itu. Hampir tiap hari Sean dan Langga mampir hanya untuk menumpang sarapan.

Tak masalah jika hanya menumpang makan, masalahnya mereka berdua juga menumpang untuk berdebat. Athan sudah muak mendengar perdebatan bodoh mereka.

Berikan Athan kesabaran ekstra untuk menghadapi teman-temannya itu.

MY BODYGUARD [SELESAI]Where stories live. Discover now