SoL 3

4.5K 812 188
                                    

Hai... I'm back!
Yuk cuss dibaca
Happy reading, yaaaa.
RAMEIN KOMENNYA!
BIAR AKU SEMANGAT, IHHHH.

Eros banyak menghabiskan waktunya di rumah sakit. Berjaga selama dua puluh empat jam penuh. Banyak yang bilang kalau masa residen lah yang sebenarnya membuat seorang dokter merasa ditempa. Di awal masa residennya, Eros kerap kali mendapat cibiran dari residen senior yang mengira ia menggunakan kedudukan sang Papi agar jalannya mulus. Para residen senior juga sering mengerjainya-memintanya membelikan ini-itu.

"Bang Eros, ada yang nyari lo di depan," ucap Kevin-residen junior yang ada di bawah asuhan Eros.

"Siapa?" tanya Eros.

"Pak Burhan."

"Jaga di sini. Selesein laporan jaga lo," ucap Eros sebelum berlalu meninggalkan ruang jaga residen. Yang diperintah pun hanya bisa mengangguk. Eros memang bisa dibilang ketat jika itu soal membimbing juniornya. Ia kembali menoleh sebelum keluar pintu ruang jaga. "Sekalian gue titip handphone. Lagi di-charge, kalau udah penuh cabut, ya."

Eros berjalan ke tempat di mana supir keluarganya tengah menunggu. Pak Burhan duduk di bangku yang berjejer di ruang tunggu. Di sebelahnya sudah ada tas dan seperangkat kotak bekal makanan.

"Mas ...."

"Mami yang nyuruh Pak Burhan ke sini, ya?" ucap Eros. Pak Burhan pun mengangguk. "Padahal aku bisa pulang dan bawa semuanya sendiri. Maaf sudah ngerepotin ya, Pak."

"Ibu cuma khawatir sama Mas Eros. Takut makannya nggak teratur. Ibu bawain beberapa baju dan makanan. Ibu bilang ada rendang daging dan pepes ikan mas kesukaan Mas Eros. Ibu juga bilang Mas Eros boleh makan ngumpet-ngumpet kalau takut diminta sama teman-teman." Pak Burhan mengakhiri kalimatnya dengan tawa renyah. Sudah bukan rhasia lagi kalau teman-teman sejawatnya akan datang berkerumun tiap kali ada kiriman makanan dari rumah.

Sejak kepergian Karina, maminya memang menjadi berkali-kali lipat lebih perhatian dari sebelumnya. Bukan berarti sebelumnya sama sekali tidak perhatian. Bukan. Maminya hanya tak ingin kehilangan momen-momen mengurus anak bujangnya sebelum ada yang mengambil alih tugas untuk mengurusnya kelak.

Maminya paham betapa sibuknya Eros. Sudah beberapa hari ini ia tak sempat pulang ke rumah. Dari obrolan telepon tadi malam, Eros bilang kalau ia sangat merindukan rendang daging buatan sang Mami. Ibu tetaplah seorang ibu. Selalu mengerti apa yang anaknya butuhkan.

"Pak Burhan boleh langsung pulang. Nanti aku bakal langsung telepon Mami. Anin sehat, kan?"

"Sehat, Mas. Anin rajin berangkat sekolah setiap hari."

"Syukurlah kalau dia sehat. Saya belum sempat telepon dia karena sibuk banget di sini. Telepon Mami pun baru bisa tadi malam setelah selesai ngedampingi operasi caesar."

"Mas tenang aja. Semuanya aman."

Eros bisa menghirup udara segar kala jatah libur jaganya tiba. Ia bisa pulang ke rumah. Tidur seharian di kamarnya, tapi tetap harus siaga untuk semua panggilan yang masuk. Angan-angannya kandas seketika saat sang Papi menggeretnya untuk ikut serta ke rumah sakit keluarga mereka.

Akan ada orang penting yang memeriksakan kesehatan secara menyeluruh di sana. Eros diminta sang Papi untuk mendampingi selama proses pemeriksaan berlangsung. Sang Papi berniat akan mengenalkan dirinya sebagai pewaris tunggal kepemimpinan Wardhana Golden Hospital di masa depan nantinya.

"Pi, aku ngantuk banget. Papi aja lah yang ke sana."

"Mas, jangan begitu. Kamu yang akan memimpin rumah sakit kita nantinya. Temani Papi, ya."

Scent of LilyWhere stories live. Discover now