SoL 26

3.4K 582 83
                                    

Lily lebih memilih untuk tetap bungkam di sepanjang perjalan pulang. Wanita itu sama sekali tak mempedulikan betapa kacau aroma tubuhnya karena siraman air di warung sate tadi. Yang selalu menjadi pertanyaannya adalah kenapa Rosita tak pernah mau berdamai dengan keadaan? Kenapa dirinya harus selalu disalahkan atas apa yang terjadi, padahal yang jadi korban sebenarnya adalah korban, kan?

Tangannya terkepal erat. Dipukulnya kedua pahanya dengan cukup kuat. Pelupuk matanya sudah terasa begitu berat dengan air mata yang menggenang. Ia menyerah. Hari ini, semua seolah tak berpihak padanya.

Eros yang sedang memfokuskan diri merasa tak tega melihat keadaan sang istri. Bukannya tak peduli, ia diam karena berkali-kali menocoba mengajak istrinya untuk bicara, tapi sama sekali tak mendapatkan respons.

Mobil terus melaju sampai akhirnya tiba kembali di kediaman keluarga Wardhana. Satpam yang berjaga segera membukakan gerbang dan mempersilakan mobil untuk masuk. Saat mobil berhenti, Lily segera turun, meninggalkan suaminya dan masuk ke rumah.

Langkahnya gontain menaiki satu demi per satu anak tangga yang mengarah ke kamar pasangan suami istri itu. Yang pertama ditujunya adalah kamar mandi. Ia butuh membasuh diri dan berganti pakaian.

Eros tak menemui istrinya saat masuk ke kamar. Bunyi gemericik air di kamar mandi memberitahukannya kalau sang istri tengah berada di sana. Setelah melepas hoodie dan menyampirkannya di kursi belajar, Eros duduk di tepian tempat tidur sembari menunggu Lily keluar.

Sungguh ia merasa sangat bersalah karena sudah gagal menyelamatkan istrinya. Semua kejadian terjadi begitu cepat. Siapa yang menyangka kalau Rosita akan mengguyur istrinya dengan air bekas cucian tangan, kan?

"Sayang ...," ucap Eros saat melihat istrinya yang baru saja keluar dari kamar mandi. Lily tak menjawab, ia justru menyibukkan diri dengan mengeringkan rambutnya. Eros berjalan mengikuti Lily yang lanjut mengeringkan rambut dengan hairdryer. "Sayang ...."

Lily menatap Eros yang berdiri terpaku di belakangnya melalui cermin rias. Ia mematikan hairdryer, padahal rambutnya baru setengah kering. Tak mengindahkan suaminya yang masih menunggu, ia berjalan menuju tempat tidur.

"Aku ngantuk, Mas." Selimut tebal sudah menutup sampai ke dadanya. Tangannya terulur mematikan lampu di nakas yang ada di sebelahnya. "Lebih baik kamu juga tidur. Matiin lampunya. Aku butuh suasana yang tenang."

Mendengar titah sang istri membuat Eros segera menyusul ke tempat tidur. Tangannya memeluk erat pinggang ramping Lily yang tidur membelakanginya. Perlahan ia mulai mendekat, sampai akhirnya kedua bibirnya berada tepat di balik cuping telinga Lily.

"I'm sorry, Sayang. Aku akan pastikan hal seperti tadi nggak akan pernah terulang lagi. Bahkan, kalau perlu aku yang akan buat mereka berlutut meminta maaf di hadapan kamu."

Ada desir aneh yang hinggap di hati wanita berambut cokelat itu. Mungkin sikapnya terhadap suaminya sudah keterlaluan. Eros sudah membela dirinya di depan orang banyak. Bahkan, sempat membentak para pelanggan warung yang menonton. Rasa bersalah yang hadir membuatnya membalas pelukan sang suami. Tubuhnya berbalik menghadap Eros. Lily memendamkan wajahnya di dada suaminya tercinta.

"Aku juga minta maaf ya, Mas."

OoO

Hari ini adalah hari istimewa bagi Eros. Perjuangannya selama hampir lima tahun berakhir manis. Gelar sebagai seorang dokter spesialis kandungan akan segera diraihnya.

Sejak pagi, sepasang suami istri yang baru beberapa bulan ini mereguk manisnya madu pernikahan sudah sibuk bersiap. Eros sibuk dengan setelan jasnya, sementara Lily sibuk dengan kebaya dan riasannya. Eros akan kembali mengenakan toganya. Ini hari kelulusannya.

Scent of LilyWhere stories live. Discover now