SoL 11

3.8K 753 115
                                    

Yang belom FOLLOW, bisa ya FOLLOW duluuuu.

WUIDIH.

Q-REN BANGETTTT KALIAN.

AKU MINTA 200 LANGSUNG DIKASIH.

MAKASIH BANYAK!

Aku penuhi janjiku, ya. aku update, nih.

Semoga kalian suka.

Happy reading!

Si sulung dari keluarga Tjandra itu tiba di rumah tepat saat jam makan malam. Sebelum berkumpul dengan semua anggota keluarga, ia lebih memilih untuk naik ke kamarnya yang ada di lantai atas. Lily merasa jauh lebih nyaman untuk makan dalam keadaan yang sudah bersih.

Ada begitu banyak kejutan yang dialaminya seharian ini. Kejutan yang paling mengejutkannya adalah bertemu dengan Si Kanebo Kering secara tak terduga. Ditambah, sikap Eros yang jauh lebih bersahabat dari yang sebelumnya ia pikir.

Dengan penampilan yang sudah rapih, ia bergabung dengan keluarganya di meja makan. Makan malam sudah siap. Ada Mama, Papa dan Bayanaka. Semuanya lengkap. Inilah yang Lily selalu suka. Sesibuk apapun, mereka tetap bisa berkumpul di meja makan. Meja makan adalah salah satu tempat yang sakral. Kenapa? Karena di meja makan, semua orang bisa berkumpul sambil menceritakan apa saja yang terjadi seharian.

"Jadi ke rumah sakit jenguk mamanya Raya, Kak?" tanya Dahlia. Berperan sebagai seorang istri dan ibu membuatnya selalu memastikan mereka makan dengan baik. Dahlia tengah mengisi masing-masing piring dengan nasi sesuai porsi.

"Jadi, Ma. Tadi diantar sama Pak Yos," jawab Lily. Sudah ada sepiring nasi di hadapannya. Tangannya bergerak mengambil sesendok tumisan sayur dan menambahkannya ke atas nasi panas.

"Bagaimana kondisi mamanya Raya? Sudah baikan?"

"Baikan sih sudah, Ma. Tapi, Tante Inggrit masih belum bisa makan dengan baik. Masih terlalu mual setiap kali makan, katanya. Aku sempat mampir ke toko kue. Siapa tau Tante Inggrit bisa ngemil kue, kan."

"Tifus memang begitu, Kak. Yang diserang biasanya lambung. Bisa muntah parah dan nggak kemasukan makanan sama sekali. Dan katanya kalau sudah kena bisa kambuh juga sewaktu-waktu. Itu kenapa orang yang sudah kena tifus harus jaga pola makan dan istirahat. Nggak boleh terlalu kelelahan."

"Tante Inggrit kan memang nggak bisa diam, Ma. Sama kayak Mama. Kayaknya Mama sama Tante Inggrit bisa jadi Neli nantinya," kekeh Lily dengan mulut yang setengah penuh mengunyah makanan.

"Neli apa, Kak?" sahut Dahlia bingung. Ada-ada saja istilah baru yang berkembang saat ini. Lily dan Bayanaka memang kerap kali mengajarkannya soal istlah-istilah baru yang ujung-ujungnya membuatnya keheranan. "Itu istilah apa lagi, sih?"

"Neli itu artinya Nenek Lincah," serobot Bayanaka.

Semua orang yang ada di meja makan pun tertawa, tak terkecuali Hariawan. Ia tambah terkekeh geli saat dilihatnya sang istri yang menjadi bulan-bulanan kedua anak mereka. Dahlia memang wanita yang selalu berusaha untuk tetap aktif. Banyak bergabung di beberapa kegiatan, termasuk klub hobi sampai arisan sosalita.

"Ya kalau nanti kamu punya anak, biar Mama bisa tetap main sama dia. Makanya ayo cepat kasih Mama cucu."

"Mama ngaco banget, deh. Aku aja baru banget batal nikah. Sudah ditodong untuk cepat-cepat kasih cucu aja," protes Lily.

"Cepat cari pacar, Kak. Nggak semua laki-laki kayak Mas Dipta. Contohnya kayak aku sama Papa. Iya kan, Pa?"

"Iya, dong. Buktinya Mama cinta mati sama Papa. Iya kan, Ma?"

Scent of LilyWhere stories live. Discover now