SoL 13

3.5K 705 139
                                    

YANG BELOM FOLLOW, FOLLOW NGAPA, IHHHHHH.

RAMEIN. KALO KAGA RAME KAGA MAO UPDATE. HUAHAHHAHA NGANCEM CERITANYAAAA.

Eros merasa sepenuhnya lega setelah mendengar penjelasan Gendis. Ia jelas punya peluang yang besar, meningat Lily memang tidak menjalin hubungan dengan laki-lai manapun. Tak tahu kenapa, wajah cantik Lily kerap kali muncul dan menari-nari di pikirannya. Dan selalu bertambah parah ketika pikirannya sedang kosong. Diam-diam, seorang Lilyana Tjandra sudah lancang karena berani menyelinap masuk mengganggu kerja syaraf otaknya.

Jika semua yang dikatakan Gendis benar, mungkin ia akan menemukan kesulitan untuk bisa mendekati Lily. Gadis itu belum sepenuhnya pulih dari luka yang digoreskan mantan kekasihnya. Bukan tidak mungkin kalau ia memiliki pemikiran semua laki-laki di dunia ini sama, kan?

Eros kembali ke bagiannya setelah mengantarkan Gendis ke ruangan Dokter Lulu. Pemeriksaan organ reproduksi secara menyeluruh sebelum menikah memang sangat dianjurkan. Jika ada sesuatu yang dirasa tidak beres saat pemeriksaan bisa segera dilakukan tindakan penyembuhan.

Ia duduk di atas ranjang di kamar di mana para rekan sesama residen beristirahat. Seorang dokter biasanya memang dianugerahi kemampuan menggambar yang baik, begitu pula dengannya. Eros tengah melukiskan garis-garis halus yang lama-kelamaan membentuk siluet wajah seorang gadis berparas cantik. Tak lupa di bawah gambar itu, ia juga menuliskan nama gadis yang selalu memenuhi pikirannya.

"Lily?" Suara seseorang yang baru saja masuk membuatnya tersentak kaget. Marcel merebut buku catatan pemberian Lily yang tergeletak dengan posisi terbuka di hadapan Eros. "Siapa, nih? Kok lo nggak cerita-cerita."

"Balikin, deh."

"Cerita dulu siapa Si Lily ini," pinta Marcel. "Baru deh gue balikin buku lo."

"Jangan reseh deh, Cel. Balikin, ah!"

"Kayaknya Si Lily ini penting banget buat lo. Jangan bilang kalau dia itu ... yang kasih lo sepatu, stetoskop dan ... buku ini?"

"Udah sini balikin." Eros merebut buku catatannya paksa dari tangan Marcel.

"Sudah banget kalo ngadepin orang yang lagi jatuh cinta. Gue jadi penasaran gimana bentuk asli Lily."

"Nggak akan gue kenalin ke lo!" dengkus Eros sebal. Marcel yang merasa begitu lucu dengan tingkah rekannya itu pun hanya bisa tertawa.

Marcel memang dikenal sebagai Casanova departemen obgin. Selama masa residennya saja, entah sudah berapa banyak koas yang pernah dipacarinya. Ia seakan punya magnet tersendiri untuk bisa menarik lawan jenis. Itula yang membuat Eros punya alasan kuat untuk tidak memperkenalkan Lily padanya, padahal ia yakin kalau Lily tidak akan pernah tertarik pada laki-laki seperti Marcel.

Keadaan seharian ini di poli obgin sungguh sangat damai. Semua pasien tenang di bangsalnya masing-masing. Tak ada yang memencet bel dan membuat terlalu banyak drama. Semua orang bisa beristirahat sebentar.

Eros baru saja memeriksa ponselnya. Ada pesan masuk dari maminya. Sang Mami mengabarkan kalau Pak Burhan sedang dalam perjalanan untuk mengantarkan makanan. Apalagi kalau bukan rendang kesukaannya.

"Terima kasih ya, Pak." Eros baru saja menerima paket makanan yang dibawa Pak Burhan. "Kok berat banget ya, Pak? Ini apa aja?"

"Saya kurang tau, Mas. Ibu cuma pesan untuk antar. Oh iya, Mas. Ibu pesan ke saya untuk ambil pakaian kotor. Mau dicucikan, katanya."

"Nggaj usah, Pak. Biar saya bawa ke laudry. Bapak pulang aja. Sampaikan terima kasih saya ke Mami, ya."

"Baik kalau begitu, Mas. Kalau Mas butuh apa-apa, telepon saya. Biar nanti bisa langsung saya antar ke sini."

Scent of LilyWhere stories live. Discover now