SoL 23

3.4K 687 119
                                    

HAI, AKU UPLOAD ULANG YA. SEKEDAR MENGINGATKAN JALAN CERITA. BUAT KALIAN YANG MAU PESAN NOBELNYA BISA HUBUNGI KAROS PUBLISHER YAAAAAK. MASIH BISA KAYAKNYA. GRAB THE CHANCE!

Kedua calon mempelai mendatangi butik untuk proses last fitting. Hanya tingggal satu minggu dan mereka akan disatukan dalam sebuah ikatan pernikahan. Eros menepati ucapannya. Setelah hari itu, ia benar-benar turut serta mengurus persiapan pernikahan, seperti yang Lily mau.

Sepasang pakaian pengantin sudah terpajang di dua maneken. Dilihat dari penampilan kedua pakaian tersebut, bisa dipastikan yang memakainya akan merasa istimewa di hari yang juga istimewa. Pakaian sudah sepenuhnya rampung. Pun payet-payet cantik yang sudah ditambahkan menambah kesan mewah dan elegan.

Dengan santainya, Eros membuka kemejanya tanpa pergi ke ruang ganti. Seorang pegawai membantunya untuk memakai beskap dan kain batik yang dijadikan bawahan. Eros menangkringkan sebuah blangkon yang warnanya senada dengan kain bawahan sebagai sentuhan terakhir. Sempurna.

Lily hampir tak berkedip melihat laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi suaminya berdiri tegap dengan balutan beskap lengkap dengan blangkon di kepalanya. Dihampirinya Eros yang sedang mematut diri di depan cermin. Pegawai butik masih sibuk merapihkan bagian belakang dan kain bawahannya.

"Ganteng banget. Serius, deh," bisik Lily di telinganya.

Eros memang sering mendapat pujian tentang betapa sempurna rupanya dari banyak wanita yang menjadi pengangumnya. Tapi, semuanya terdengar berbeda karena terlontar dari mulut Lily. Wajahnya tersipu. Ia tak sanggup menyembunyikan senyuman.

"Mbak Lily gantian, ya. Silakan ke fitting room. Biar dibantu sama Yuli," ucap si desainer.

Dengan bantuan Yuli, ia tak butuh waktu lama untuk bisa mengenakan kebaya dan kain bawahannya. Sebelum keluar, ia memeriksa penampilannya di cermin yang terpasang di ruang ganti. Sebelumnya, ia pernah berada dalam fase seperti ini, mencoba kebaya akad dengan model yang berbeda. Yuli membantu memasangkan sepasang sepatu di kedua kaki Lily.

Tirai ruang ganti terbuka. Lily berjalan keluar dengan bantuan Yuli. Bagian belakang kebaya yang sedikit panjang membuatnya harus ekstra hati-hati.

Kalau tadi Lily yang terpesona melihat Eros, maka saat ini giliran Eros yang tak berkedip. Meskipun belum dengan sanggul dan riasan lengkap, pesona kecantikan seorang Lilyana Tjandra tak pernah gagal memikat hatinya. Warna kebaya berhasil menyatu dengan kulit putihnya. Mungkin akan terdengar sedikit alay, tapi Eros benar-benar melihat calon istrinya itu bak bidadari.

"Mas ...," tegur Lily. Eros masih saja tak berkedip. Kedua netranya sibuk memindai penampilan Lily dari atas sampai ke bawah. "Mas ... kamu kenapa?"

Eros berusaha mengumpulkan kembali kesadarannya. Pesona kecantikan Lily berhasil menghipnotisnya. Ah, kenapa waktu berjalan begitu lambat? Satu minggu? Oh, ayolah!

"Kamu mau dengar sesuatu nggak?" ucap Eros. Lily mengerutkan keningnya. "Aku nggak bisa berkata-kata. Kamu sukses bikin aku nggak sabar nunggu satu minggu."

"Ih, lebay banget!" balas Lily sambil terkekeh.

"Serius! Seminggu itu lama banget."

"Sabar, lah." Lily menjepit bibir Eros dengan ibu jari dan telunjuknya. "Setelah dari sini kita ke makam Karina ya, Mas. Kita jemput Anin dulu di rumah."

OoO

Menikah membuat Eros mendapatkan dispensasi bebas tugas selama tiga hari. Nelangsa sekali, memang. Memang begitulah nasib seorang residen. Hanya karyawan tetap yang mendapatkan jatah cuti. Lebih enak kalau punya jabatan karena bisa merasakan cuti satu minggu penuh.

Scent of LilyWhere stories live. Discover now