SoL 27

3K 662 108
                                    

NOVEL CETAKNYA GIMANA? ADA BANYAK PARTBYANG NGGAK AKU POST DI SINI. AYOK IKUTAN PESAN!!!




Seperti biasanya. Pagi ini, sepasang suami istri itu kompak turun ke bawah untuk sarapan bersama dengan yang lainnya. Gebyar puncak perayaan pesta semalam begitu melelahkan di akhirnya. Lily dan Eros pun sedikit terlambat bangun. Meja makan diramaikan dengan beberapa macam menu sarapan khas Indonesia. Ada lontong sayur, nasi kuning, nasi goreng dan mi goreng bakso.

"Mi, kok makanannya banyak banget?" tanya Lily. "Maaf aku kesiangan, jadi nggak sempat bantu Mami."

"Nggak apa-apa, Ly. Mami dibantu sama Bibik. Lagi pula, nggak enak lah ganggu yang habis anniversary-an."

"Ada acara apa, Mi?" serobot Eros.

"Mami sama Papi lupa kasih tau kalian berdua. Keluarganya Om Hendro sudah ada di sini. Mereka tiba di Jakarta tadi malam. Kalian sudah masuk kamar, jadi mereka belum sempat menyapa."

"Oh," sahut Eros singkat.

Hanya berselang beberapa menit setelahnya, sepasang suami istri yang begitu Eros kenal berjalan mendekati ruang makan. Menjunjung spona santun, Eros berdiri untuk menyapa keduanya. Tak lupa ia juga mengenalkan wanita yang duduk di sebelahnya sebagai istrinya.

"Ini istrinya Er, ya?" tanya Rima, istri Hendro. Eros mengangguk. "Cantik banget. Kami nggak bisa datang ke acara kalian waktu itu."

"Nggak apa-apa, Tante. Yang penting doanya," ucap Lily.

Baru saja akan kembali duduk, Eros dibuat kaget karena seseorang yang secara tiba-tiba menubruk memeluknya erat. Sadar siapa yang tengah melingkarkan tangan di pinggangnya, Eros pun menghela napas. Melirik sang istri yang terlihat bingung dengan pemandangan ini.

"Er! Kangen banget sama kamu. How have you been doing, Babe?í"

Babe?

Kening Lily berkerut dalam hingga membuat kedua alisnya saling bertautan. Siapa wanita ini yang sekonyong-konyong memanggil suaminya dengan panggilan seperti itu? Tak sadarkah wanita itu dengan keberadaannya?

Kayaknya ini yang namanya Nitya, batinnya. Tangannya refleks melepas kaitan tangan Nitya yang masih setia melingkar di pinggang suaminya. Tak menampilkan raut wajah tak suka, Lily tetap berusaha untuk tersenyum.

"Maaf, Mbak. Sarapan dulu. Mas Er harus buru-buru ke rumah sakit." Lily segera menuntun Eros untuk kembali duduk di kursinya. "Makan dulu, ya. Kamu mau makan apa?"

"Lontong sayur. Jangan banyak-banyak."

Sarapan kali ini diisi dengan perbincangan mengenang masa lalu antara papi mertua dan tamunya. Dari perbincangan mereka, Lily menarik kesimpulan kalau tamu mereka memang memutuskan untuk pindah ke Swedia demi merintis sebuah toko asia yang menjual banyak barang dari Indonesia. Cukup lama mereka tinggal di sana, hampir lima belas tahun.

"Sulit cari daun pisang di sana. Harus impor dari sini. Harganya juga mahal sekali."

"Pastilah mahal karena di sana juga pohon pisang nggak bisa tumbuh, kan."

"Benar. Meskipun mahal, yang beli pun tetap banyak. Padahal daunnya disimpan di freezer."

"Kami juga sering berkunjung ke tempatnya Rendy. Restorannya besar. Orang Belanda pun ramai berkunjung ke sana. Makanannya otentik Indonesia. Benar-benar nggak ada bedanya dengan yang ada di sini."

Scent of LilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang