Sol 25

3.7K 675 117
                                    

JANGAN BOSEN YA. INI UPDATE ULANG. YANG MAU IKUTAN PO MASIH BISAAAAAAAAA.

BISA PESAN LANGSUNG KE KAROS PUBLISHER ATAU KE SHOPEE DI TOKO SALENOVEL YAAAAAAK.



Lily sangat menikmati perannya sebagai seorang istri. Meskipun suaminya tak setiap hari pulang, itu tak menjadi masalah. Keduanya sudah sepakat untuk berkomitmen sebelum menikah. Hanya tinggal beberapa bulan saja.

Hari-harinya sedikit berbeda jika dibandingkan saat sebelum menikah. Jika sebelumnya ia bebas bangun jam berapapun, maka sekarang tidak. Tinggal bersama mertua memang sedikit memberikan beban baginya, tapi itu sudah menjadi tanggung jawabanya. Pagi-pagi sekali, Lily sudah bangun dan langsung membantu sang ibu mertua dan asisten rumah tangga yang sibuk menyiapkan sarapan. Ia memang tak terlalu piawai dalam memasak, tapi kalau cuma membantu memotong-motong sayuran bukanlah hal yang sulit.

"Morning, Mi," sapanya pada sang ibu mertua yang sedang berdiri di hadapan kompor. "Ada yang bisa aku bantu?"

"Nggak ada, Sayang. Semuanya sudah selesai. Sarapan hari ini simple aja. Tolong bantu Mami cek Anin di kamarnya, ya. Kayaknya dia belum bangun, deh."

"Aku naik dulu ya, Mi."

"Suruh cepat bangun ya, Ly. Takut terlambat ke sekolah."

"Iya, Mi."

Lily kembali menaiki tangga. Dibukanya pintu kamar Anindya pelan. Anindya masih lelap tertidur. Tirai kamar sudah dibuka, mungkin Ranti yang melakukannya saat membangunkannya tadi.

Ia duduk di tepian tempat tidur dan mengamati Anindya yang masih sangat pulas. Ia tersenyum karena posisi tidur keponakan kecilnya yang tidak beraturan. Lily mengecup pipi Anindya dan berharap gadis kecil itu akan segera terbangun.

Kedua mata mungil itu perlahan terbuka. Anindya memohon supaya Lily memberikannya waktu tambahan untuk kembali tidur. Permintaan itu jelas ditolak. Matahari sudah semakin menampakkan diri dan Lily tak mau mengambil resiko Anindya terlambat datang ke sekolah.

"Aku masih ngantuk, Tante," rengeknya.

"Anin masih ngantuk karena semalam tidurnya terlalu larut, kan?" sahut Lily. Anindya mengangguk. "Sekarang mandi dulu. Oma sudah siapkan sarapan untuk kita. Anin berangkat ke sekolah diantar Pak Burhan. Sementara Anin mandi, Tante siapkan seragam sekolahnya."

"Masih ngantuk," ucap Anindya.

"Nanti pulang sekolah boleh tidur lagi, deh."

Seluruh keluarga Wardhana minus Eros sudah berkumpul di ruang makan. Anindya yang masih terlihat begitu mengantuk tertunduk di meja makan dan belum juga menyentuh sarapannya. Lily yang merasa kasihan pun berinisiatif untuk menyuapi.

"Biar makan sendiri, Ly," ucap Ranti. "Anin sudah besar, Nak. Makan sendiri, ya. Tante Lily kan juga mau sarapan. Makannya cepat, nanti sekolah diantar Pak Burhan. Besok-besok tidurnya jangan terlalu malam, ya."

Tak terasa sudah hampir satu minggu ini Eros tak pulang ke rumah. Pekerjaannya yang begitu sibuk di rumah sakit pun juga tak mengizinkannya untu mampir ke toko bunga barang sebentar. Keduanya hanya terhubung lewat telepon dan video call.

Setiap pagi sebelum berangkat ke toko, Lily menyempatkan untuk menelepon sang suami. Menanyakan kabar dan memastikan suaminya makan dengan benar. Di saat seperti ini, melihat wajah masing-masing lwat layar ponsel seakan menjadi penawar rindu yang menggebu. Lily sebenarnya ingin sekali menghampiri suaminya ke rumah sakit, tapi itu semua jelas akan sia-sia kalau pekerjaan Eros sedang banyak-banyaknya, kan?

"Baru bangun tidur, Mas?" tanya Lily saat wajah suaminya menyapa memenuhi layar ponsel. Eros yang terlihat mengantuk pun sedikit menguap. "Cuci muka dulu, deh. Kusam banget."

Scent of LilyOù les histoires vivent. Découvrez maintenant