SoL 29

3.3K 627 61
                                    

Jangan lupa follow aku, yaaa. FOLLOWWWWW

MAAPIN KARENA LAMA BANGET UPDATENYA.

SEBENARNYA SUDAH SIAP DARI KEMAREN. TAPI, AKU MASIH HARUS KONSULIN DULU KE BEBERAPA TEMAN YANG AHLI MEDIS.

SILAKAN DIBACA

SEMOGA SUKA.

HAPPY READING

OH, IYA! ANDIEN DAN DIANDRA SABARAN DULU, YA.

AKU LAGI MASUK ANGIN.

Impiannya terwujud. Beberapa vas berisikan lili putih sudah menghiasi bagian-bagian apartemen. Harum aroma lili putih begitu menentramkan. Apartemennya terlihat jauh lebih cantik.

Sampai di rumah lebih awal, ia menyiapkan makan malam sederhana untuk menyambut kepulangan sang suami. Sebelum menikah, Lily sudah memberitahu Eros kalau dirinya tak begitu piawai dalam memasak. Beruntungnya, Eros sama sekali tak menganggap itu sebagai sebuah masalah besar.

Tumis kangkung yang dicampur kecambah, tempe goreng dan telur dadar daun bawang sudah menghiasi meja makan mungil di apartemen ini. Ia melirik jam dinding yang terpasang di atas televisi. Mungkin sebentar lagi suaminya akan tiba. Sembari menunggu, ada baiknya membersihkan diri terlebih dahulu. Memasak bagai turun ke medan perang baginya. Bau bawang merah dan bawang putih tentunya bukan hal yang baik saat menyambut kepulangan suami, bukan?

Bersamaan dengan selesainya Lily mandi, Eros tiba. Sebuah pelukan dan kecupan di kening menjadi hadiah kepulangan sang kepala keluarga. Berbincang sebentar sambil menanyakan kegiatan masing-masing seharian sudah menjadi kebiasaan.

"Capek, ya?" tanya Lily masih dengan tangan yang melilit pinggang suaminya. Eros mengangguk. "Banyak pasiennya?"

"Lumayan. Ada empat operasi dari pagi sampai siang. Aku nggak tau kenapa banyak banget yang mau lahiran di hari ini. Semua kompak atur jadwal operasi. Apa karena tanggal cantik? Apa itu ngaruh?"

"Mungkin buat mereka, iya. Mereka mau anaknya lahir di hari yang menurut mereka baik."

"Semua hari baik, Sayang. Bahkan, ada yang belum waktunya lahir tapi ngotot minta SC."

"Due date-nya masih lama?"

"Nggak, sih. Cuma ya aku ngerasa bersalah aja sama bayinya. Seharusnya dia bisa memilih kapan dia akan lahir. Tapi, karena keegoisan orang tua ...."

"Sudah. Mandi dulu. Aku sudah masak. Kita makan bareng."

"Tunggu aku, ya."

"Jangan lama-lama. Makanannya sudah dingin."

Pasangan suami istri itu makan bersama. Ada hal lucu yang terjadi. Eros merasa seketika tenggorokannya sulit untuk menelan. Tak ingin menyinggung perasaan sang istri, ia mengunyah makanannya sampai benar-benar halus dan menelannya.

Tatapannya pias melihat isi piringnya. Perjuangannya masih begitu panjang. Entah berapa sendok lagi yang harus dimakannya.

"Kenapa, Mas?" tanya Lily. Suaminya hanya menggeleng dan tersenyum. "Makanannya nggak enak, ya?"

"Nggak, kok. Enak. Aku boleh bilang sesuatu nggak, Sayang?" ucap Eros. Lily mengangguk. "Selanjutnya, takaran garam untuk tumis kangkungnya dikurangi, ya. Bukannya nggak enak. Tapi, akan jauh lebih enak kalau garamnya dikurangi sedikit."

"Keasinan ya, Mas?" sahut Lily. Eros mengangguk, tapi tetap dalam raut wajah tersenyum. "Kayaknya aku dobel kasih garam, deh. Mungkin aku pikir belum digarami, eh malah aku kasih garam lagi. Ya ampun." Buru-buru ia mengisi gelas dengan air putih dan menyodorkannya pada sang suami. "Minum dulu, Mas. Jangan dimakan lagi. Aku ganti piring yang lain ya, Mas."

Scent of LilyWhere stories live. Discover now