2.3

2.1K 507 892
                                    

Selamat membaca!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selamat membaca!

________________________________________

Semua orang di kantor senang dengan kehadiran Rinai. Dia itu tipe anak yang gampang disayang. Kecuali satu orang—Citra.

"Apanya yang lucu? Jelek kayak gitu!" Dia hanya cemburu melihat kedekatan ayah dan anak.

Di depan sana tampak Julio berjalan sambil menggendong putri bungsunya. Mereka semakin dekat. Citra mengarahkan pandangan ke tempat lain, sengaja menghindari objek yang sebenarnya paling ingin ditatap.

"Selamat siang, Pak!" Renna menyapa sopan. Julio mengangguk.

Mengendalikan hati tidak semudah menggigit kuku. Citra merasa akan gila, jika tidak menatap Julio sekarang juga. Walaupun punggungnya saja.

Ketika akhirnya dia menengok ke belakang, tampak wajah bulat yang sangat mengganggu itu.

"Hei!" seru Rinai.

"Gue?" tanya Citra bingung.

Rinai tersenyum padanya. Sekarang pun masih tersenyum. Manis sekali. "Ca-ntik!"

"Siapa? Gue?" Ragu-ragu Citra menunjuk dirinya.

"Dadah!" Anak itu melambaikan tangan.

"Muaaahh!" Disusul melepas ciuman jauh dengan gaya yang menggemaskan.

Citra terdiam di tempat, bahkan setelah Julio dan anaknya lenyap dari pandangan.

"Kerasukan lo?" Renna mendekati temannya yang berdiri seperti patung taman.

"Ren."

"Apa?" tanya Renna.

"Gue jatuh cinta." Citra serius.

"Bosan," imbuh Renna.

"Bapak dan anak sama aja! Gampang banget bikin orang jatuh cinta. Aaaaaahhh!"

"Maksud lo?" Ada yang gagal paham di sini.

"Mulai sekarang gue jadi fans beratnya si Krucil." Karena tingkah manisnya tadi, Rinai berhasil merebut hati Citra.

"Lalu bapaknya?"

"Bapaknya kalah manis. Beli yang kayak gitu di mana, Ren?"

"Di toko bangunan," jawab Renna asal. Kemudian memutar badan dan pergi.

Kedatangan Rinai disambut dengan sukacita. Sementara dulu kehadiran Kenanga membawa malapetaka.

Pertama kali datang, dia melempari satpam dengan sepatu.

Kedua kali, dia menusuk pantat seorang karyawan dengan payung.

Ketiga kali, dia membakar kertas-kertas penting dengan pemantik yang tidak tahu didapatnya dari mana.

1%Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang