9.3

543 139 280
                                    

Hari ini 26 Februari 2023

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini 26 Februari 2023.
Hari lahirnya kesayangan kita.

Selamat ulang tahun Noah Nandaru dan Kuntum Kenanga. Yang akur, ya.
Sayang dua-duanya.
🖤🖤

Hidup makin berat, kita harus kuat-kuat. Semoga diberi sabar yang luas.
Semoga di tengah banyak masalah,
kita masih bisa merasakan kebahagiaan-kebahagiaan kecil.

Terima kasih atas semua dukungan kalian untuk cerita ini.

Kalau nggak update, berarti sibuk, ya.

Selamat membaca!
:)

_______________________________________


"Sialan nih cewek! Lama-lama lo gue pacarin!"

Bagaimana reaksi Kenanga? Dia jijik. Seolah kata-kata tadi setara dengan makanan yang telah membusuk sebulan. Oh, coba bayangkan itu.

"Lo nggak jijik ngomong gitu?" Dia seperti akan muntah sebentar lagi.

"Jijik." Mulut yang sembarangan bicara itu, dipukul Nagata berulang kali.

Kemudian mengusap tangan dengan gerakan yang kasar. "Gue sampai merinding."

"Gue apalagi." Pandangan jijik itu belum hilang dari matanya. Kenanga sampai menggeser kursi agak menjauh.

"Jangan naksir gue, ya." Dia menambahkan.

"Nggak usah kegeeran! Mata gue blom rabun!" Cepat-cepat disambar Nagata.

"Maksud lo apa, hah?" Ucapan tadi secara tidak langsung menghina Kenanga.

"Ya, gue masih bisa bedain mana bidadari dan mana monyet liar." Malah diperjelas. Nagata telah menyalakan suar.

"Jangan ngomong tentang monyet!"

"Kenapa? Keinget itu?" Nagata menggerakkan alisnya berulang-ulang.

Kesalahan Kenanga, menceritakan kisah memalukan di masa kecil kepada bocah tengik di sebelahnya.

"Nih orang nggak bisa dibiarin." Kenanga mencekik. Benar-benar mencekiknya.

Nagata kesulitan bernapas. Susah payah akhirnya berhasil lepas. Tubuh Kenanga ditarik, hingga jarak kian sempit. Dia menanduk dahi gadis itu. Puas mendengar teriakan sakit. "Mampus!"

"Sakit bego!"

Dengar Kenanga merintih sakit, bukannya bersimpati Nagata malah tertawa mengejek. "Sakit, ya? Kasian. Hahaha."

"Harusnya tadi, gue patahin leher lo sekalian." Kenanga tidak serius. Cara bercanda mereka memang seperti ini.

"Memang bisa? Ini leher, sekeras beton." Nagata memperdengarkan lagi, tawanya yang menyebalkan itu.

1%Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang