1%

3.3

Tahu cerita ini dari mana?

Selamat membaca :)

_________________________________________

Entah dari mana seekor monyet jantan mendapat setangkai bunga yang kemudian diberikan kepada Kenanga.

Terlalu gemas. Dia ingin memeliharanya di rumah. "Ma, boleh nggak dibawa pulang?"

"Semua hewan yang ada di kebun binatang ini, nggak boleh dibawa pulang, Nana."

"Yaaaa." Padahal sempat berharap, Kenanga kecewa berat.

Monyet jinak itu merunduk, membiarkan Kenanga mengusap-usap kepalanya.

Lalu dia teringat seseorang. Senyum licik mengembang. “Papa ‘kan punya banyak uang. Kalau—”

"Nggak bisa!" Tidak perlu menunggu Kenanga selesai bicara, Julio tahu yang diinginkan anak itu.

"Nanti kita beli monyet yang lain aja, ya?" rayu Julio.

"Nggak mau! Mau yang ini!" Kenanga tidak yakin monyet yang lain selucu dan sepintar itu.

"Beberapa hal di hidup ini, ditakdirkan bukan untukmu." Nasihat sederhana dari Julio. Semoga putrinya mengerti.

Berbeda dengan Kenanga yang menganggap monyet hewan yang lucu, Rinai agak takut karena terlalu agresif. Sejak tadi menempel terus di sisi Belinda.

Sebagai kenang-kenangan, Kenanga meminta Julio untuk memotretnya dengan monyet itu.

Monyet yang pintar berpose. Dari berkacak pinggang, kemudian berubah gaya merangkul pundak Kenanga sambil mengangkat dua jari sebagai simbol damai.

Terlihat lucu, sampai tiba-tiba makhluk berbulu lebat itu memegangi pipi Kenanga dan mencium bibirnya.

Anak itu merosot ke tanah. Benar-benar syok.

"PAPA, BUNUH MONYET ITU! TEMBAK KEPALANYA!" Kenanga menangis keras. Dia terus menggosok bibir.

Inilah awal kisah Kuntum Kenanga membenci semua monyet.

_________________________________________