21. Kembali

2.3K 192 23
                                    

Sedikit lebih lama perjalanan menuju rumah seorang Karin Annisa, karna kondisi jalanan macet.

Sampai di alamat rumah Karin, Naufal segera turun dan membuka kan pintu untuk Karin.
Naufal membangunkan Karin yang tertidur di mobilnya dengan perlahan.

"Rin.. Karin.. " menepuk pelan pundak Karin.

"Karin.. Sudah sampai ayo turun, saya bantu" ucap Naufal pelan.

Karin tersadar dari tidurnya dan keluar dari mobil dibantu oleh Naufal yang sudah mengulurkan tangannya.

*tok tok tok (suara ketukan pintu)

Seorang wanita membuka pintu,  lalu melihat putrinya pulang dan sedang dibantu berjalan dengan seorang pria.

"Rin.. Ada apa sayang ?? Kamu jatuh ? Kamu kenapa ?? "

"Maaf ibu, Karinnya sedang tidak sehat, saat liputan tadi, jadi saya antar Karin pulang kerumah.. Mohon maaf ibu" Naufal menjelaskan secara detail agar tidak salah paham.

"Oh.. Makasih yaa,  ayo masuk dahulu"

"Iya ibu"

Sesaat Karin masuk kamar, Naufal yang tengah duduk di ruang tamu melihat sekeliling rumah. Ada beberapa foto yang menarik dirinya untuk melihat dari dekat, Ia berjalan mendekati sebuah bingkai yang tergantung di dinding rumah.

Cantik..

Kata itu yang terlintas di benak Naufal saat ini, pandangannya lekat pada seorang wanita yang duduk manis dengan baju dan topi toga serta tak lupa di tangannya ada sebuah map ijazah dan medali yang tergantung di lehernya.

"Cantik kan? " ujar seorang pria yang baru saja masuk ke dalam rumah.

"Eh, iya pak"

"Temennya Karin? "

"Iya pak, mohon maaf perkenalkan saya Naufal Arav Setya"

"Oh iya silahkan duduk. "

"Baik"

"Udah lama? "

"Tidak pak, baru saja sampai"

"Wartawan juga? "

"Bukan pak, saya seorang staff kepresidenan di istana negara"

"Owh.. Staff kepresidenan"

"Iya pak"

"Saya papanya Karin, maaf saya mengejutkan kamu tadi"

"Aah tidak papa pak, saya juga yang terlalu lama melihat foto tadi"

"Kenal Karin dimana ? Di kantornya ?"

"Kenalnya saat Karin sedang bertugas di Istana negara, jadi saya yang mengawasi saat itu pak. Sampai sekarang kenal"

"Oh begitu.. "

"Iya pak "

"Ngomongin apa sih pa, sampe akrab begitu sama teman Karin" ucap Mama Karin yang baru saja datang dengan kue dan 2 cangkir teh.

"Enggak ini ngomongin kerjaan"

"Owh begitu.." jawab Mama Karin sembari duduk.

"Karinnya lagi istirahat, kamu gak sibuk kan ? Kalo enggak kamu makan siang disini aja, tanggung juga kan sebentar lagi jam makan siang"

"M-ma..."

"Udah gak papa, sekalian aja udah makan siang disini aja. Soalnya masaknya banyak juga, gak papa kan ya? " ucap Mama karin memotong ucapan Naufal.

"B-Baik kalau tidak merepotkan"

"Aah tidak. Tidak perlu sungkan-sungkan" sahut papa Karin.

"Iya, sebentar ya disiapin dulu meja makannya" sahut Mama Karin.

"Iya, makasih Bu"

"Sama-sama"

***

"Terimaksih bapak/ibu atas jamuan makan siangnya yang sangat enak ini " Ucap Naufal selesai makan.

"Tidak, Tidak perlu terimaksih. Sudah jadi tradisi keluarga jika ada tamu harus diajak makan juga" jawab papa Karin dengan santainya.

"Lain kali datang lagi aja kesini kalo lagi gak sibuk, ibu masakin yang lebih enak. Ini karna gak ada persiapan ya jadinya seadanya aja " sahut Mama Karin.

"Insyaallah ibu"

Karin yang juga bergabung di meja makan hanya diam mendengarkan pembicaraan mereka saja, tanpa ikut campur bahkan tidak ikut menyahut juga atas pembicaraan mereka.

Ia lebih memilih menikmati makanan yang masih ada di piringnya, sekaligus memulihkan keadaan badannya yang sedang tidak baik-baik saja saat ini.

Naufal yang biasanya tenang dan biasa saja ketika bertemu orang lain, kini sangat berbeda. Ia merasa dirinya sangat gugup, sedikit canggung dan sedikit khawatir juga.

Naufal juga menyadari bahwa dirinya memang berbeda ketika berhadapan dengan orang tua dari Karin Annisa, terlebih lagi Ia sempat di beri rentetan pertanyaan seperti introgasi yang tak pernah Ia rasakan sebelumnya.

"Kenapa? " suara yang memecahkan lamunan Naufal saat ini.

Naufal menoleh ke arah sebelah kanannya yaitu Karin yang tengah memandangnya dengan kebingungan.

"Engga, nggak papa" jawab Naufal setelah Karin bertanya.

"Are you sure? " bertanya sekali lagi untuk memastikan.

"Ya"

"It's okay "

***

"Lain kali main kesini lagi ya, kalo senggang. Tapi kasih tau Karin dulu,soalnya saya sama istri biasanya keluar kota atau negeri jadi agak susah kalau dadakan" ujar Papa Karin yang ikut mengantarkan Naufal untuk pulang.

"Iya, main aja sering-sering, bawa teman biar makin rame juga rumahnya" sahut Mama Karin.

"Ma... Pa..  Udah ya" ucap Karin yang sudah jenuh mendengar orang tuanya menyuruh Naufal terus mampir ke rumahnya.

Orang tua Karin hanya tersenyum melihat reaksi anak semata wayangnya, mereka bersikap seperti ini karna mereka ingin Karin mempunya teman selain Doni. Sejauh ini yang mereka lihat, Karin hanya membawa Doni saja kerumahnya tanpa ada teman yang lain.

Mereka bukannya tidak menyukai Doni, tapi mereka ingin putri satu-satunya mereka mempunyai teman dan kolega yang banyak seperti mereka juga.

Mereka juga berharap salah satu dari temannya Karin akan menjadi jodoh dan calon mantu mereka kelak nanti.

"Kalau begitu saya pamit ya pak, bu. Terimakasih atas jamuan makan siang yang sangat enak. Lain kali saya mampir bawa sesuatu untuk bapak sama ibu. "

"Tidak perlu repot-repot, silahkan datang saja gak papa kok" jawab Mama Karin yang sudah senang melihat Naufal sejak pertama kali.

"Tidak ibu, saya yang tidak enak datang dengan tangan kosong seperti tadi"

In Your Heart [TERBIT]Where stories live. Discover now