31. To The Point 2

2.1K 132 4
                                    

Suara hujan di pagi hari membuka hari Karina Annisa yang masih terlelap di atas ranjang tidurnya, alarmnya berbunyi nyaring diatas nakas di sebelah ranjang tidurnya. Seseorang masuk ke kamarnya, membuka tirai jendela kamar dan menaruh segelas air putih di atas nakasnya, wanita tersebut membangunkan Karina Annisa yang masih bersembunyi di balik selimutnya.

"mba bangun."

Tidak ada jawaban dari Karin yang masih terlelap dengan alarm yang masih berbunyi, wanita tersebut mematikan alarmnya. Menghidupkan penyaring udara di sudut kamar, mengambil beberapa pakaian kotor di keranjang pakaian kotor di balik pintu kamar.

Tampaknya wanita tersebut sudah familiar dengan rumah Karin, 10 menit kemudian Karin terbangun dari tidurnya dan melihat sekelilingnya sudah rapih. Ia segera bangun dari ranjang tidurnya dan berjalan keluar kamar, melihat dari lantai 2 kamarnya. Bibir Karin terangkat sedikit ke atas, Ia segera masuk ke kamarnya kembali dan bersiap untuk ke kantor papanya.

Jam 09.10 WIB Karin sudah siap dan turun dari lantai 2 rumahnya, melihat ke arah dapur namun orang yang Ia cari tidak sedang berada di dapur saat ini.

"apa di depan ya ?"

ungkap Karin bertanya pada diri sendiri. Akhirnya Ia menemukan seseorang yang Ia cari, Karin menghampirinya.

"heii." Sapanya

"mba.." peluk wanita tersebut.

Sarah, Sarah adalah Asisten rumah tangga yang di tugaskan untuk membantu Karin. Sarah sudah lama mengenal Karin, sekitar 10 tahunan. Banyak kisah antara Sarah dan Karin, terlebih umur mereka tidak terlalu jauh membuat Karin selalu nyaman berada di samping Sarah. Selama Karin berada di luar negeri, Sarah di pindahkan ke kantor papanya sementara saja sampai Karin pulang.

"waaah kangennya, kapan balik ??"

"tadi subuh mba.."

"katanya kamu di kantor papa ya kerjanya? Saya kok gak liat kamu ya ?"

"iya mbaa, soalnya saya di dapur kantor jadi jarang berada di area kantor"

"jadi kamu di rumah terus apa nanti balik lagi ?"

"bapak telpon tadi dirumah sini dulu mba sementara"

"kenapa, kok tiba-tiba"

"kata bapak, mba mau menikah. Jadi saya disuruh bantu-bantu disini"

Degg!!

"ehm.. papa bilangnya begitu ya"

"iya mba, selamat ya mba.. penasaran deh sama calon suami mba nanti. Pasti ganteng soalnya kan mba Karin cantik jadi pasti cocok sama suaminya nanti"

"egh.. iya.. kalau begitu saya ke kantor dulu ya"

"iya mbaa"

Sampai di kantor, Karin berjalan masuk ke dalam melewati lobi pelayanan.

"permisi mba Karin, ada paket"

"ah iya.." Karin melihat paket tersebut, Ia tak mengenali paket dari siapa ini.

Karin terus berjalan menuju lift dan melirik paket yang dibalut amplop coklat di genggaman tangan kanannya. Pintu lift terbuka, seorang pria paruh baya yang tak lain adalah papanya sedang bersama asistennya.

Papanya masuk ke dalam lift dan melirik ke arah Karin yang diam menatap pintu lift yang telah tertutup kembali, tak ada suara dalam beberapa detik hanya ada diam diantara mereka.

"Nanti ke ruangan papa kamu" ucap papanya dalam keheningan. "jangan membantah, kali ini kamu harus mengikuti apa kata papa. Kamu tidak ingin menjadi anak durhaka kan ? jadi harus nurut, selama ini kamu sudah diberi kebebasan atas semua tindakanmu, jadi kali ini kamu tidak bisa bebas dalam memilih siapa suami kamu nanti. Papa tidak mau kamu memilih orang yang belum pasti masa depannya, nanti jam makan siang kamu ke ruangan papa dengar Karin ?"

In Your Heart [TERBIT]Where stories live. Discover now