Chapter 14

146 9 2
                                    

"Kapten ini berkas kasus yang baru-baru ini terjadi.Sebelumnya, kasus ini milik kapten jacob namun berhubung beliau ditugaskan ditempat lain,kasus ini diberikan kepada kapten",ucap willi sambil memberikan beberapa berkas.James mengamati lembar demi lembar.

"Saya sudah mencari beberapa informasi terkait.Selain kasus laporan orang hilang ada juga laporan penemuan mayat yang kehilangan organ dalam mengambang disungai"
,ucap willi menjelaskan apa yang sudah ia dapatkan.James hanya menyimak sambil mempelajari berkas-berkas itu.

*
"Terimakasih",ucap parisya memecah keheningan.Mendengar kata itu tristan menoleh kearah parisya.Dari samping,tristan melihat parisya yang masih menatap lurus kedepan.

"Terimakasih,atas apa yang kau lakukan kemarin",ucap parisya sambil menoleh kearah tristan yang juga menatapnya.Senyuman tipis terlihat dibibirnya membuat tristan tanpa sadar ikut tersenyum.

"Tidak.Aku meminta bertemu denganmu bukan untuk mendengar ucapan terimakasihmu.Aku yang harusnya berterimakasih padamu",
ucap tristan sambil melepas jaketnya dan memasangkan dibahu parisya.

"Terimakasih,kalau bukan karena kau aku tidak tahu apa yang akan terjadi waktu itu",tambah tristan masih dengan menatap parisya.

"Maaf.Seharusnya aku tidak memintamu bertemu disini.Kau pasti kedinginan,apalagi ini sudah malam", ucap tristan sambil menggaruk belakang lehernya sambil tersenyum canggung.

"Tidak.Kebetulan aku berada disekitar sini dan aku selalu ingin melihat matahari tenggelam disini.Jadi tidak masalah",ucap parisya sambil tersenyum kecil.
Tristan diam terpaku menatap parisya.

"Parisya",panggil tristan tiba-tiba.Tristan melangkah mendekati parisya tanpa mengalihkan pandangannya.

Jeder.... Aaaa

Suara petir menyambar membuat parisya terkejut.Tanpa sadar ia menutup telinganya sambil menundukan kepala.Beberapa detik kemudian ia tersadar bahwa posisi kepalanya menempel kedada bidang tristan.Parisya bisa mendengar detak jantung tristan yang sangat cepat.

"M-maaf aku tidak sengaja.Aku hanya-",parisya sengaja menghentikan kalimatnya sambil melangkah mundur.Pipinya terlihat memerah karena malu.

"T-tidak.Tidak masalah".Ucap tristan dengan nada canggung.Diatas suasana canggung mereka,langit membantu mereka untuk menghilangkan situasi canggung dengan menurunkan hujan.

Bress..

Hujan turun semakin deras disertai petir.Tristan mengajak parisya untuk menuju mobilnya yang kebetulan tidak terlalu jauh dari danau itu.Mereka berjalan beriringan,
namun petir yang sesekali terdengar membuat langkah parisya sedikit tertinggal.Dari raut wajahnya tristan tahu bahwa parisya takut.Tristan  memeluk parisya dari samoing menggunakan satu tangan.Tangan lainnya menghalau air hujan agar tidak langsung jatuh kekepala parisya.
Setelah beberapa langkah yang berair dan juga beberapa petir terlewati,
mereka akhirnya sampai didalam mobil.

"Kau baik-baik saja?",tanya tristan pada parisya yang nafasnya tersengal.

"Iya",ucap parisya yang mencoba mengatur nafasnya.

Jeder...argh

Parisya tanpa sadar berteriak sambil memejamkan matanya.Tanganya mereremas kursi mobil.

Jeder....

Kali ini dia sengaja menggigit bibir bawahnya agar tidak berteriak.
Matanya masih terpejam,nafasnya kembali tersengal.

Jeder

Parisya langsung menutup telinganya dengan kedua tangan dan menundukan kepalanya.Ia sampai bisa mendengar suara nafasnya sendiri.Parisya membuka matanya saat merasakan hangat pada punggung tanganya.Ia mengangkat kepalanya dan melihat wajah tristan yang sangat dekat denganya.
Tubuhnya juga condong kearahnya karena tangan tristan ikut menutup telinga parisya.parisya menatap tristan yang juga menatapnya.Meski suara petir masih terdengar namun tidak sekeras sebelumnya.Mereka bertahan dengan posisi itu selama beberapa puluh menit.

MY LITTLE SECRET Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang