Chapter 22

102 7 0
                                    

Tristan masih berada diruang tamu itu dengan kekalutannya.Parisya sedang berganti pakaian,sedangkan tristan sudah selesai membersihkan kekacauan yang ia buat.Meski awalnya parisya mebolaknya namun tristan tetap bersikeras.Mau bagaimanapun dia tetap harus bertanggung jawab atas perbuatannya itu.

Selain itu ada satu hal lagi yang mengusiknya selain rasa bersalahnya,yaitu kucing hitam berbulu tebal yang berbaring tanpa dosa disampingnya.Awal mula kekacauan ini.Tristan menatap kucing itu tajam namun kemudian tristan menghela nafas.

"Sepertinya aku sudah gila hingga marah kepada seekor kucing",gumam tristan sendiri.

"Hey blackie,apa kau selalu membuat serangan kejutan seperti itu?",tanya tristan sambil mendekatkan wajahnya pada wajah kucing itu.

Pluk

Satu tangan kecil mendarat diwajah tristan.

"Manis seka-"

Srett..

Satu cakaran mendarat diwajah tristan.Tristan terdiam sebentar untuk memahami apa yang terjadi.

"Hey apa yang kau lakukan?",tanya tristan pada kucing yang sama sekali tidak menganggapnya itu.Bahkan ekspresinya dingin sekali.Kucing itu melompat kelantai dan berjalan meninggalkan tristan.

Tristan yang kesal mengejer kucing itu.Dia membungkukan badannya untuk menangkapnya kucing itu.Tapi usahanya ia hentikan saat kucing itu berhenti dikaki seseorang.Tristan sendiri terkejut saat melihat kaki seseorang.

"Tristan!,apa yang sedang kau lakukan?",tanya pemilik kaki itu.
Tristan mengumpat dalam hati karena kejadian ini selalu terjadi padanya.Situasi canggung yang membuatnya tidak nyaman.Tristan mundur beberapa langkah dan menegakan badannya sambil tersenyum canggung.

"Tidak aku hanya-"

Kata-katanya terhenti saat melihat sosok didepannya itu.Dia memang sudah melihatnya hampir setiap hari tapi entah kenapa saat ini ada yang berbeda.Padahal dia hanya memakai kaos lengan pendek dan juga rok pendek.

Atau mungkin karena saat ini dia mengikat tinggi rambutnya,
memperlihatkan wajahnya yang sempurna dan garis lehernya yang sempurna menjadi lebih terlihat.

"Tristan?,tanya parisya yang melihat tristan malah melamun.

"Ah iya.Oh maksudku aku hanya sedang bermain dengan kucingmu itu.Iya kan blackie? ",ucap tristan sambil meminta dukungan dari kucing yang malah mengerang menunjukan permusuhan pada tristan.Parisya menanggapinya dengan tersenyum.Dia membawa kucing itu dalam gendongannya dan mengelusnya.Kucing itu terlihat santai dan manja dipelukan parisya.
Berbeda dengan saat bersama tristan tadi.

"Lucy!",ucap parisya sambil masih mengelus bulu kucing yang lebat itu.

"Eh iya?",tanya tristan yang belum menangkap arah pembicaraan yang tiba-tiba.

"Namanya lucy",ucap parisya sambil tersenyum kearah tristan.Tristan yang menyadarinya langsung tertawa renyah.Ia baru menyadari dirinya yang memberi nama semena-mena pada kucing orang.Akhirnya mereka kembali duduk,dan lucy berbaring dipangkuan parisya dengan nyaman.

"Apa kau ingin bermain denganya?",
tawar parisya pada tristan.Tristan menatap kucing itu dulu,dari bola matanya saja sudah menyiratkan kebencian padanya.

"Tidak perlu.Aku tidak ingin membuat kucingmu tidak nyaman",tolak tristan dengan ramah.

"Tidak apa-apa.Sebenarnya lucy kucing yang penurut dan ramah,
yakan lucy?",ucap parisya sambil menggendong lucy dan mencium wajahnya yang menggemaskan.

"Tapi aku tidak-"

Pluk...

"Nahkan,dia kucing yang ramah,
manis sekali,ucap parisya yang tiba-tiba meletakan lucy kepangkuan tristan.Tristan awalnya terkejut tapi entah kenapa kucing itu tenang dipangkuannya.Tristan merasa dia kucing berbeda dari yang ia temui diawal.Parisya tersenyum sambil mengelus bulu lucy yang lebat dan lembut itu.

MY LITTLE SECRET Where stories live. Discover now