chapter 16 ✓

1.4K 88 0
                                    

16. Malper

****
Happy Reading
Sudah direvisi!


Hadiah yang diberi sahabatnya juga tidak main-main. Atas nama Teo dan Zaza memberi mereka sebuah cafe yang dibangun Teo yakni cabang ke 25 miliknya. Zaza hendak patungan tapi Teo mencegah dengan berkata bahwa cabangnya masih banyak dan uangnya masih ada.

Atas nama Eja dan Mora memberi sebuah danau yang berada di pusat ibu kota. Danau yang luas dengan taman berada di tengah-tengah danau diberikan untuk Agla dan Ira.

Atas nama Dave sendiri memberi sebuah motor sport keluaran terbaru. Motor berwarna hitam dan yang pasti dengan harga yang fantastis. Dari kedua orang tua Ira memberikan satu perusahaan milik Dirga yang mengelola berlian dan juga salah satu cabang butik Alena. Dari orang tua Agla memberi sebuah villa mewah dan juga 50% saham perusahaan.

Dari Attala, ia hanya memberi kucing. Namun kalian jangan salah, kucing yang diberi oleh Attala memiliki harga yang fantastis bahkan bisa membuat kantong orang-orang ketar ketir. Dari Elino dan Electra memberi gedung apartement mewah beserta isinya.

****

Tak terasa sudah malam hari, para tamu sudah pulang dan tersisa keluarga dari Agla dan Ira . Ira tadi berkata jika kakinya terasa sakit. Agla yang panik langsung memeriksa kaki istrinya itu.

"Astaga mbul, kakimu lecet gini kenapa nggak bilang dari tadi? kenapa di tahan?"tanya Agla dengan nada khawatir. Bagaimana tidak khawatir Ira tadi mengenakan high heels yang lumayan tinggi dan ia memakainya dari pagi hingga malam tanpa melepas sekalipun.

"Aku nggak enak bilangnya, ntar kamu pasti paksa aku lepas, masa aku nggak pake alas,"jawab Ira lalu meringis saat Agla mengusap luka di kakinya.

"Aku nggak masalahin kalau kamu nggak pake alas, liat gara-gara keras kepala kamu malah nyakitin diri sendiri,"oceh Agla. Jika menyangkut tentang Ira maka Agla akan sangat amat cerewet seperti ibu-ibu.

Bibir Ira mengerucutkan akibat di ceramahi oleh Agla, "Maaff,"cicit Ira. Agla menghela nafas panjang. Dengan sigap ia menggendong Ira ala bridal style. Membawa tubuh mungil Ira menuju kamar setelah berpamitan dengan semua orang. Tak hanya Agla yang khawatir saat kaki Ira lecet namun semua orang juga khawatir saat Agla berkata bahwa kaki Ira lecet.

Agla memasuki lift untuk yang membawa dirinya di lantai 4 yakni letak kamarnya. Dengan cepat ia membawa Ira ke kamar dan membaringkan tubuh mungil itu degan perlahan.

Agla beranjak. Membawa kotak p3k dari kamar mandi lalu menghampiri Ira. Ia berjongkok. Tangannya menyentuh pergelangan kaki Ira yang lecet. Ira sedikit meringis saat lukanya di usap oleh Agla.

"Awsss biar aku obatin se-"

"Diem!"bibir Ira langsung terkatup saat mendengar nada tajam dari Agla. Sepertinya Agla tengah marah.

"Agla maaf, jangan marah,"sesak Ira. Ia memilin gaunnya sambil menatap Agla yang sibuk mengobati lukanya.

"Aglaaa~"rengek Ira.

"Diem ra!"tajam Agla lagi.

"Gamau! maafin dulu,"lagi-lagi bibirnya mengerucut sebab Agla tak menjawab ucapannya.

Tak tahan di diamkan oleh Agla akhirnya Ira menangis. Agla berhenti mengobati kaki Ira. Ia menatap istrinya yang menutup wajahnya dengan kedua tangan mungilnya itu. Suara isakan terdengar jelas di pendengaran Agla. Agla bangkit, mendekap tubuh Ira yang bergetar karena menangis.

"Udah-udah sayang jangan nangis, makanya kalau apa-apa itu bilang jangan diem aja yang nanti akhirnya buat aku marah ke kamu,"jelas Agla. Ira hanya mengangguk, ia memeluk perut Agla dan mendusel para perut Agla.

 𝐀𝐠𝐥𝐚𝐧𝐭𝐚 𝐊𝐞𝐧𝐳𝐨 𝐒𝐦𝐢𝐭𝐡  [full rombak] Where stories live. Discover now