chapter 28 ✓

984 61 4
                                    

28. Ketahuan Nakal

****
Happy Reading
Sudah direvisi!!

Tak terasa jam menunjukkan pukul 3 yang artinya sebentar lagi bell pulang akan berbunyi. Agla sedari tadi mengecek jam yang ia kenakan. Ia sudah tak sabar mendapatkan pelukan dari Ira.

Agla membenarkan letak kaca mata yang bertengger di hidung mancungnya. Bell pulang langsung berbunyi. Namun guru yang mengajar seperti tidak menunjukkan tanda-tanda akan mengakhiri pelajaran dan malah asik menerangkan materi Minggu lalu.

"Jadi anak-anak sejarah dari perang-"

"Nggak denger bell udah bunyi?"tanya Agla memotong ucapan guru tersebut.

"Loh sesuka saya dong kan saya yang menjadi guru,"jawab guru itu dengan nada sarkas.

"Anda tidak punya telinga atau bagaimana?"tanya Agla sekali lagi.

"Tapi saya belum se-"

"Saya tanya anda punya telinga tidak?!"habis sudah kesabaran Agla. Ia bahkan menggebrak meja membuat guru itu terkejut.

"Kamu ini jangan mentang-mentang anak donatur sekolah tapi sok berkuasa ya!"

"Kalau saya berkuasa kenapa? kok anda yang sewot, kelas lain sudah pulang tapi anda malah menutup telinga seakan tidak mendengar suara bell dan seenaknya melanjutkan pelajaran,"ujar Agla santai.

Guru wanita itu mendekat ke arah Agla lalu menampar pipi Agla. Guru itu terkenal dengan tindakan semena-mena pada murid. Pernah guru itu memotong rambut seorang siswa laki-laki sebab tak suka dengan siswa itu yang hanya menguap saat pelajarannya.

Tak hanya itu juga pernah guru itu melempar penghapus papan tulis pada siswa perempuan yang hendak izin ke kamar mandi namun tak di beri izin padahal siswa itu sudah tidak bisa menahan lagi. Guru itu malah memarahi siswa itu dengan alibi kalau siswa itu mau membolos.

Plakk

Mata guru itu terpancar amarah yang menggebu-gebu. Rahang Agla mengeras menahan emosi. Jika di depannya bukan wanita pasti sudah ia habisi. Nasehat Bundanya bahwa ia tidak boleh menyakiti seorang wanita membuat ia menahan agar tidak menyeret guru itu ke lapangan atas tindakannya tadi.

Bibirnya menyunggingkan senyum miring. Agla bangkit dari bangkunya berdiri menatap remeh guru itu, "Kekerasan ya? anda lupa kalau di kelas ada CCTV yang menyala?"

Guru itu tampak gemetar ketakutan, "K-kamu yang mancing emosi saya!"bentak guru itu.

"Saya hanya menegur anda namun anda yang seakan-akan tidak ikhlas mengakhiri pelajaran."

"Wooo iyaa huuu!"sorak siswa XI mipa 2 bersautan setuju dengan ucapan Agla.

"Huu semena-mena,"teriak Mahen.

"Pindahin aja tu guru,"teriak yang lainnya.

Agla mengambil ponselnya untuk menghubungi seseorang siapa lagi kalau bukan si pemilik sekolah yakni Uncle dari istrinya sendiri.

"Assalamualaikum Uncle,"sapa Agla pada orang yang ia telfon.

"Waalaikumsalam, kenapa Ga kok telpon Uncle?"

"Uncle, Agla mau laporin kalau salah satu guru di sini suka semena-mena sama siswa, harusnya kelas Agla udah pulang tapi gara-gara guru ini nggak pulang-pulang dan dia malah marah-marah nggak terima,"Agla sengaja berucap dengan lantang agar semua orang di kelas mendengar ucapannya.

Terdengar suara riuh setelah Agla berucap seperti itu. Evander Pierre Magantha pemilik Magantha High School yakni Paman dari Ira sendiri. Evan sempat ragu dengan ucapan Agla namun saat berfikir lagi dan juga mendengar sahutan siswa lainnya ia langsung percaya.

 𝐀𝐠𝐥𝐚𝐧𝐭𝐚 𝐊𝐞𝐧𝐳𝐨 𝐒𝐦𝐢𝐭𝐡  [full rombak] Where stories live. Discover now