Kenyataannya Seperti Itu

10.6K 633 30
                                    

Mau main game? Baca Note setelah cerita ya, itu penting lho buat kelanjutan update cerita ini. Hihi.

===

Aku mencoret-coret kertas kosong buku tulisku, dengan rumus angka yang sebagian aku mengerti, dan sebagian gagal paham. Sebenernya banyak gagal pahamnya sih. Ya gimana nggak gagal paham coba, kalo lagi belajar begini dipantengin sama Om Afif!

Dari tadi, Om Afif cuma duduk diem di sebelah aku sambil ngeliatin gimana aku nyoba nyelesain soal-soal latihan Matematika yang tercetak rapi di buku lembar kerja siswa milikku.

Dulu padahal rasanya biasa aja kalo belajar ditemenin Om Afif. Tapi nggak tau kenapa, sekarang rasanya gugup euy. Mungkin karena sempet tiga bulan nggak ada dia yang nemenin belajar kali ya?

Haha iya dong, aku masih suka ungkit-ungkit masalah tiga bulan dia pergi, biarpun ini sudah dua minggu lebih sejak dia pulang dan scene aku nangis-nangis saat dia pulang udah lama basi. Sampe-sampe Om Afif protes karena aku sering banget sebut-sebut kata tiga bulan, sampe dia ngerasa familier.

Salah sendirilah. Om Afif nggak tau apa, aku paling seneng mengingatkan seseorang tentang sesuatu yang bikin orang itu ngerasa salah. Jahat sih, tapi buat Om Afif yang udah pergi selama tiga bulan, bodo amat.

"Sudah?" tanya Om Afif saat aku menutup lks matematikku. Aku mengangguk, lalu menghempaskan punggungku pada sandaran sofa dengan keras. Duh, surga bener.

"Sebentar sekali." ujar Om Afif.

"Iyalah, ngapain lama-lama. Aku kan nggak pengen nemuin sesuatu, semacem atom."

"Mulai ngawur." ucap Om Afif yang membuatku tertawa sendiri, kemudian menikan kedua kakiku ke atas sofa.

"Perempuan duduknya tidak boleh seperti itu."

Aku menurunkn kakiku, lalu membenarkan posisi dudukku dan duduk dengan rapi.

"Rambut acak-acakan seperti itu, tidak bagus."

Aku melepas kuncir longgarku, kemudian menyisir rambutku dengan jari sebelum mengikatnya kembali setelah yakin sudah lebih rapi.

"Habis belajar, buku-bukunya diberesin. Jangan berantakan seperti itu."

Aku cepat-cepat membereskan buku-buku dan alat tulisku yang berserakan di meja dan menatanya dengan rapi. Tanpa menghela napas. Mana tepuk tangan buat aku? Haha.

"Ty?"

"Apa lagi, Om?" tanyaku. Aku menleh pada Om Afif yang sedang menatapku sambil mengernyit entah untuk alasan apa.

"Ada apa? Kenapa akhir-akhir ini, kamu lebih patuh? Kamu melakukan apa yang saya larang."

Aku terdiam, mentap Om Afif sebentar, kemudian menunduk. "Karena nggak ada yang suka dengan perempuan pembangkang."

"Maksud kamu?"

"Ai nggak bisa terus seenaknya sendiri, Om. Ai harua belajar untuk nggal selalu protes saat diminta melakukan sesuatu. Nggak akan ada orang yang tahan dengan perempuan njengkelin."

Om Afif bergerak tidak nyaman di tempatnya, "teruskan." ujarnya.

"Ai sadar, bahwa Ai mungkin terlalu kekanakan. Selalu bikin repot dan cengeng. Siapa yang nanti bakal tahan ngehadapin perempuan macem gitu?"

"Saya."

Aku menggeleng, tertawa kecil. Di masa depanku, belum tentu ada Om Afif. Karena aku tau, mungkin saja aku dan Om Afif akan bertemu dengan oranglain.

"Om nggak mungkin selamanya ada buat Ai. Dulu mungkin Ai percaya, sekalipun semua orang meninggalkan Ai, Om akan selalu ada. Tapi sejak Om pergi selama tiga bulan kemarin, Ai sadar kalo itu nggak mungkin."

Om Afif berdecak, "tidak ada yang tidak mungkin." ucapnya dengan nada kesal. Eh serius nih?

"Kamu hanya harus berhenti berpikir negatif, dan percaya pada saya." kata Om Afif. Dia meraih tanganku, memakaikan sesuatu di jari manisku, lalu. bangkit berdiri dan berjalan masuk ke kamarnya tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Ini kenapa malah jadi Om Afif yang sewot sih?

Aku melihat jari manisku, dan melongo sendiri melihat apa yang tadi Om Afi pakaikan.

Eh? Cincin?

===

Hoahahahaha maap ya, sedikit. Ini tab nggak enak banget dipake buat ngetiknya.

Oke, jadi gamenya begini, di part ini, aku nggak ingin banyak vote dan komen. Karena itu sudah mainstream sekali.

Jadi dipart ini, aku cuma ingin 10 vote dan 2 komen! Haha. Nggak boleh lebih, jika komen atau vote lebih dari yang aku mau, aku bakala lama apdetnya .haha.

Jadi kalo ada yang gtel(?) pengen komen tapi sudah ada dua komen sebelumnya,silakan banjiri papan pesan aku, atau rapel kome dipart selanjutnya. Asal jangan kirim pesan pribadi, karena entah kenapa, aku nggak bisa loading pesan pribadi.

Okegampang kan? Haha. Sampai ketemu lagi.

Love,

Hana Akuma.

Can I Love You, Uncle?Where stories live. Discover now