LARGAS || 11

952 88 6
                                    


Part khusus, untuk Brenda.

Part khusus, untuk Brenda

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

11. Anak yang terlahir dari sebuah kesalahan.

Pandangan mata itu terus tertuju pada jendela yang menampilkan rintik hujan dari luar, suasana kelas terdengar ricuh akibat guru baru saja keluar dari kelas, namun hanya satu gadis yang sedari tadi diam saja. Biasanya Brenda selalu ikut bergabung bersama para lelaki biang onar. Bukannya mengerjakan tugas, mereka malah mengganggu teman-teman yang lainnya.

Kelas XII Ips 2 memang sudah dicap buruk oleh semua guru, karena murid-muridnya nakal semua, bahkan hampir semua murid sama saja, namun ada juga beberapa murid yang rajin. Dan merekalah yang selalu menjadi korban kenakalan Brenda bersama murid nakal lainnya.

"Brenda!" panggil Jenan lalu bersiul. Biasanya Brenda akan segera menghampiri Jenan jika sudah mendengar siulan itu, tapi kali ini tidak, sampai membuat Jenan bingung sendiri, eh ralat mungkin satu kelas bingung melihat Brenda berubah menjadi murung.

Padahal Brendalah yang sering membuat mereka murung akan ucapan pedasnya, tapi sekarang malah sebaliknya. Tidak kunjung mendapat jawaban, dan Brenda tidak menghampirinya maka sekarang Jenanlah yang mengalah.

Mantan ketua osis itu bangkit dari kursi, kemudian berjalan menuju meja Brenda. "Diem aja lo, napa?" tanya Jenan mencubit pipi Brenda yang sedikit berisi, sambil duduk di bangku Jihan. Tentunya bangku Jihan berada di samping bangku Brenda. Kebetulan Jihan tidak masuk, ada keperluan keluarga katanya.

Brenda memutar mata malas, dia tidak menoleh sedikitpun pada Jenan, rasanya sekarang dia sangat malas untuk berdekatan dengan siapapun. Brenda butuh waktu untuk menyendiri.

"Bisa pergi?" tanya Brenda dingin, kepalanya terasa pusing, sekarang dia tidak mau diganggu, dalam hati Brenda terus berteriak meminta pertolongan agar dia bisa keluar dari kelas.

"Gak bisalah, main ngusir aja kamu. Lagi ada masalah ya? Gimana nanti malam kita seneng-seneng biar masalah-" ucapan Jenan langsung dipotong oleh lawan bicaranya.

"Gue gak bisa! Sehari aja jangan ganggu gue bisa? please, gue capek!" sambar Brenda menatap tajam Jenan. Namun yang ditatap malah tersenyum miring.

"Biasanya juga mau, ayolah," ajak Jenan sambil mengusap pipi Brenda namun gadis itu segera menepisnya.

"Mau apa?! Gue selalu nolak lu anjing! Stop ganggu gue! Gue capek, gue mau nenangin diri! Bisa gak lo ngertiin gue!" teriak Brenda lalu menutup wajahnya, dia menangis karena kesal sekaligus marah.

"Cik, oke sekarang gue ngalah. Tapi besok liat aja," bisik Jenan tepat di telinga Brenda, cewek itu segera mendorong bahu Jenan kuat hingga cowok itu hampir terjatuh.

Jenan menatap Brenda tajam, baru saja dia ingin mengeluarkan suara, tapi tiba-tiba pintu terbuka menampilkan Bu Luna guru sosiologi, tadi sebelum keluar beliau meminta penduduk kelas agar merangkum buku paket bab dua. Namun pas dia datang, seisi kelas malah tidak mengerjakan dan memilih ngerusuh, sampai lantai dipenuhi dengan gulungan kertas.

LARGAS [Selesai]Where stories live. Discover now