LARGAS || 26

1K 71 5
                                    


26. Tidak boleh egois

Largas keluar dai mobil, menatap bangunan sederhana di depannya. Pintu tertutup bahkan suasananya sepi, mungkin tidak ada orang di rumah itu, dengan segera Largas merongoh saku celananya untuk mengeluarkan ponsel. Kemudian mulai mencari nama pemilik rumah, setelah telepon tersambung Largas langsung menyuruhnya untuk segera pulang. Tidak bisa menyela, Largas memang sangat merindukan gadis yang sudah dua tahun ia pacari itu.

Hembusan napas kasar terdengar, Largas bersandar di mobil sesekali memainkan ponselnya, namun lama-lama Largas merasa pegal, dia duduk di teras rumah Derai. Hingga langit berubah warna menjadi jingga, Largas telah membuang waktu hanya untuk menunggu Derai yang tidak kunjung pulang. Empat jam Largas  habiskan di sana.

Hingga suara notip dari ponselnya, membuat Largas mendesah kecewa. Memang sekarang Derai sangat sibuk melakukan pemotretan, hingga tidak ingat dengan waktu. Ada rasa sedikit cemburu, pasalnya sekarang Derai jarang memberi ia kabar, jika Largas tidak lebih dulu menanyakannya.

Derai

Gas kamu pulang?

Iya


Maaf ya Gas, aku gak bisa temuin kamu sekarang. Ternyata ada pemotretan sekali lagi, maaf.

Hm

Kamu marah?

Largas langsung mematikan ponselnya, tidak berniat membalas pesan Derai. Cowok itu memilih untuk kembali masuk ke dalam mobil, lalu melajukan mobil dengan kecepatan sedang. Padahal tadi setelah mengunjungi makam Brenda, Largas sangat terburu-buru menuju rumah Derai, takutnya gadis itu telah sampai duluan. Tapi ternyata pemikiran dia salah.

Beginilah rasanya menunggu yang tidak pasti? Apakah sekarang Largas kena karma? Dulu 'kan Largas tidak pernah peka terhadap perasaan Derai, dan mungkin sekarang Derai membalas dengan mengabaikannya.

Tapi bagaimanapun, Largas harus mengerti dengan Derai. Largas memang pacar Derai, tapi Largas tidak berhak mengatur Derai.

Largas kembali turun dari mobil setelah sampai di depan rumah dia, setelah itu  berjalan memasuki rumahnya, wajah Largas terlihat sangat lesu. Langkah kakinya membawa Largas ke ruang keluarga, terdapat Bunda dan Papah beserta adik-adiknya di sana.

"Muka lo kusut, napa tuh?" tanya Galih menaikan sebelah alis, dan Largas membalasnya dengan gelengan, kemudian dihempaskan tubuhnya pada sofa.

Oh sedikit informasi, hubungan Largas dan Galih sudah kembali membaik seiring berjalannya waktu, Galih juga sudah menerima kenyataan pahit yang membuatnya semakin hancur, kenyataan pahit itu adalah jika dirinya juga bukan anak dari Papah Glen dan Bunda Alisya, melainkan anak dari sahabat Bunda yaitu Gabel dan Gio. Mereka kecelakaan pesawat, dan berujung Galih anak mereka di rawat oleh Bunda dan Papah.

"Mana, Derainya Gas?" tanya Bunda dengan suara lembut seperti biasa.

Largas menghembuskan napas kasar. "Lagi pemotretan," balas Largas terdengar sangat lesu.

"Gakpapa, kamu harus ngertiin Derai. Ini impian Derai, kamu jangan egois dan merasa cemburu karena Derai lebih mentingin karir daripada kamu," kata Bunda sambil mengusap rambut tebal Largas.

Largas merasa tertohok dengan ucapan Bunda, tapi benar juga kata Bunda. Dia tidak boleh egois, ia hanyalah seorang pacar, bukan keluarga yang berhak menentang keputusan Derai.

"Abang, mending kita main sepeda yuk di taman," ajak Hana berdiri lalu menarik tangan Largas, Hana memang pemaksa. Jika keinginannya tidak dituruti maka gadis itu akan mengamuk.

Largas pasrah, dia mengekori langkah Hana dari belakang. Namun ternyata Papah, Bunda dan Galih juka ikut mengekori. Katanya mereka akan ikut ke taman, sudah lama mereka tidak berkumpul seperti sekarang. Mengingat sekarang Largas kuliah di  luar negeri. Jadinya waktu kebersamaan mereka hanya sebentar.

Jarum jam terus berputar, hingga kini menunjuk angka 22

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jarum jam terus berputar, hingga kini menunjuk angka 22.24 dan Derai baru saja menyelesaikan pemotretan di studio seni, dari wajahnya Derai terlihat kelelahan. Bahkan sekarang rasa pusing mulai menyerang kepala,  dan tubuhnya terasa lemas. Derai tidak kuat lagi untuk berjalan, untungnya di samping Derai ada Ben yang siap membantu Derai kapan saja.

Ben mengankat tubuh derai ala bridal style, cowok berwajah bule itu membawa Derai masuk ke dalam mobil, "pusing banget, Ben," keluh Derai setelah Ben memasangkan sabuk pengaman pada Derai.

"Kan tadi, Ben udah bilang. Kamu harus makan dulu, tapi pas ada notip ada pemotretan, kamu langsung gak mau makan. Seharusnya kamu pentingin kesehatan dulu," cecar Ben sudah seperti Ibunya yang crewet.

"Iya, Ben aku tau. Udah jangan ngomong lagi, kepala aku beneran pusing banget," cicit Derai bahkan sekarang Derai sudah merintihkan air matanya, tidak kuasa menahan rasa sakit yang semakin menjadi-jadi, memang beberapa hari ini, tubuh Derai selalu kelelahan dan rasa sakit selalu menyerang kepala dan perut.

"Mau ke rumah sakit?" Derai tidak menjawab, ia malah semakin mengencangkan tangisannya, tangannya juga sudah mencengkram kuat perut yang terasa sangat sakit, mungkin jika dihitung sudah kelima kalinya Derai seperti ini, kibatnya telat makan.

Ben segera menelpon Ibu Qila dan Papa Derai, setelah itu buru-buru Ben melajukan mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Ben ikutan panik, dia tidak tega mendengar rintihan yang terus keluar dari mulut Derai.

"Ben ini sakit banget please!" jerit Derai semakin erat meremas perutnya, keringat dingin sudah bercucuran di dahi Derai. Jika dibandingkan dengan yang sebelumnya, ini lebih parah, jika kemarin-kemarin Derai masih bisa menahannya, sekarang dia tidak bisa hingga berujung berteriak kesakitan.

"Sabar, Rai," kata Ben bergetar, dia bingung tidak tahu harus melakukan apa, rasa panik terus saja menyerangnya, dia takut terjadi apa-apa pada Derai.

"Gak bisa sabar, Ben! Tolongin sakit!" jerit Derai lalu memukul perutnya kencang, Ben sampai melongo, sekarang Derai sudah seperti orang yang akan melahirkan. 

 

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LARGAS [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang