LARGAS || 23

941 76 2
                                    


23. Bingung

Derai nampak lesu setelah pulang sekolah, dia berjalan ke arah dapur menemui sang Ibu yang mungkin tengah membuat kue untuk di jual. Tapi langkahnya tiba-tiba terhenti saat melihat papahnya berada di sana, tengah terduduk di kursi meja makan berhadap-hadapan dengan Ibu Qila. Samar-samar, Derai mendengar suara berat dari sang Papah.

"Tolong kasih aku satu kesempatan lagi, aku sangat menyesal. Hidup tanpa kalian rasanya sangat berat, bahkan rumah nampak  sepi. Tolong kembali lagi bersamaku," pinta sang Papa penuh permohonan.

Ibu Qila menghela napas kasar, dia belum juga menjawab permintaan dari suaminya. Tapi setelah lama terdiam, akhirnya Ibu membuka suara. "Perbaiki dulu pola pikir kamu, Mas. Aku gak mau nantinya kita bertengkar lagi," kata Ibu memalingkan wajah.

"Sudah, Qila. Aku tidak akan melarang Derai untuk mengenal dunia luar. Aku telah sadar sekarang, kumohon kembalilah seperti dulu," katanya.

"Aku akan minta saran dulu sama, Derai," putus Ibu Qila kemudian  beranjak dari kursi. Derai yang tadinya berdiri tidak jauh dari mereka, langsung berlari terbirit-birit masuk ke dalam kamar. Dia tidak mau Ibu dan Papahnya melihat dia. Apalagi tadi Derai mendengar, Ibunya akan meminta saran padanya. Kan nantinya Derai bingung, seharusnya Ibu Qilalah yang berhak memutuskannya.

Derai segera mengganti baju, niatnya ia akan pergi ke rumah Largas bersama Rain. Tadi di sekolah, Rain memberitahu Derai bahwa Largas tengah sakit. Dan karena itulah, Derai menjadi lesu, semangatnya hilang begitu saja.

Tidak ribet pakaian yang di kenakan Derai, Derai hanya memakan celana jeans panjang, dan sweater rajut panjang. Kemudian Derai membersihkan wajah dengan toner yang selalu ia pakai, setelah siap Derai keluar lagi dari kamar.

Ternyata Papa sudah pulang, karena di dapur hanaya ada Ibu yang tengah membuat adonan kue. "Sayang kapan pulang?" tanya Ibu kaget melihat Derai, yang sudah duduk di kursi  meja  makan.

"Tadi pas, Ibu lagi asik ngobrol sama Papa," jawab Derai jujur.

Ibu Qila kembali terkejut, namun dengan segera dia memasang ekspresi biasa lagi. "Kamu denger perbincangan, Ibu?"

Sontak Derai langsung menggeleng. Helaan napas lega terdengar di telinga Derai. "Baikalah, ayo makan. Kok udah rapih, mau kemana lagi?"

"Aku mau jenguk, Agas Bu. Dia sakit."

"Sakit apa? Berarti kamu harus bawa makanan dong sayang, masa jengunk gak bawa makanan, kan gak enak nantinya," tutur Ibu.

Derai menepuk jidatnya, kenapa hal sepenting itu ia lupakan. Untung Ibu mengingatkannya. "Yaampun, Derai lupa!" pekik Derai sambil bangkit dari kursi.

"Udah tenang-tenang, biar Ibu yang siapin. Kamu makan aja yang banyak, pokonya harus habis. Liat tuh badan, makin kurus aja," cibir Ibu menatap tajam Derai, memang jika bicara dengan Ibu ujung-ujungnya akan seperti ini. Padahal berat badan Derai sudah seimbang, malahan Derai ingin diet lagi.

 Padahal berat badan Derai sudah seimbang, malahan Derai ingin diet lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LARGAS [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang