LARGAS || 18

847 67 2
                                    

18. Perjalanan ke air terjun

Sangat menyesal, satu kata yang sekarang tertanam dalam diri Derai. Seharusnya dia tidak ikut saja untuk berkemah, benar pemikiran buruknya kini terjadi, dia sama sekali tidak mempunyai teman. Memang Derai satu tenda bersama temn-teman yang lainnya, namun mereka sama sekali tidak mengajak Derai jika akan beraktivitas.

Ingin menangis, namun Derai malu. Derai juga takut dibilang lemah oleh teman-temannya. Hati Derai juga sekarang hancur setelah ia mengungkapkan isi hatinya pada Largas. Cowok itu terus memberikan dia pengertian, bahwa dia memang hanya menganggap Derai sebagai teman.

Derai memang bodoh, seharusnya Derai jangan dulu mengungkapkan perasaannya pada Largas. Mengingat Largas baru saja putus dari Brenda, dan Largas masih mencintai Brenda. Jika saja Derai tidak berbuat hal itu, maka sekarang ia akan meminta Largas untuk menemaninya. Tapi sekarang malah seperti ini, mungkin Largas membencinya karena terus memaksa.

Gadis bersurai putih, itu memeluk lutut erat, matanya mendongak ke atas melihat ribuan bintang yang bertaburan. Ramai, suasana yang tengah menggambarkan malam ini.  Para murid lainnya tengah bercanda sambil memakan makanan yang telah disiapkan dari pihak sekolah, ada juga yang tengah sibuk berpacaran. Hanya Derai seorang diri di dekat tenda, ia membawa makanannya ke sini, tidak ingin bergabung bersama mereka yang selalu menatapnya aneh.

"Derai," panggil Largas. Seketika tubuh Derai menegang, dalam hati ia terus memohon jangan pertemukan ia dan Largas dulu, Derai malu atas kejadian tadi sore. Jadinya sekarang Derai memilih untuk tidak menoleh sama sekali ke sumber suara, Derai malah mengambil makanan yang ditaruh begitu saja di atas tanah kemudian memakannya dengan lahap.

Largas menghela napas pelan, cowok itu duduk tepat di samping Derai. Sungguh sekarang Largas merasa bersalah, ia sadar perlakuannya selama ini pada Derai memang berbeda. Jadinya Derai sampai berharap lebih.

"Largas jauhan dikit, aku masih malu," kata Derai menunduk sambil mengunyah.

"Kenapa harus malu?" tanya Largas.

"Pasti kamu benci sama cewek kayak aku, tukang maksa. Maaf ya, Gas. Sekarang aku sadar dan malu banget," lirih Deri nasi dan lauk yang ia kunyah malah menjadi hambar.

Largas menghela napas, dia meraih bahu Derai agar cewek itu menatap ke arahnya. "Gak usah malu, malahan gue salut sama lo bisa seberani itu ngungkapin perasaan sama cowok. Biasanya cewek yang selalu nunggu," kata Largas tangan besar itu berpindah mengusap suar putih Derai.

Derai tidak menjawab, karena tidak tahu harus jawab apa. "Maaf ya, lo ngungkapinnya terlalu cepat," kata Largas terkekeh.

"Karena sekarang Brenda udah gak mau lagi sama gue, boleh deh dicoba lagi pendekatannya." Deri mengerjapkan mata, apa ia tidak salah dengar?

"Masih mau gak?"

"Agas, kamu beneran?" Derai masih tidak percaya, bahkan wajah bingungnya terlihat sangat jelas.

"Beneran, tapi mungkin ini butuh waktu lama. Gakpapa 'kan?" Derai mengangguk, tidak masalah jika mereka sekarang tidak berpacaran, yang terpenting sekarang Largas akan mencoba membuka hati lagi untuk Derai.

Tidak menyangka, jika Largas akan seperti ini. Jujur Derai sangat senang, apalagi Largas adalah sosok lelaki yang pertama kali ia cintai sampai Derai rela berbuat hal nekat, mengungkap perasaannya pada Largas dan memaksa cowok itu untuk menerimanya.

"Tapi kamu harus janji, Agas." Largas menaikan satu alis bingung.

"Janji apa?" tanya Largas.

"Kamu harus tepati semua ucapan kamu, jangan lagi kejar Brenda." Saat mengatakan itu, dDerai menunduk takut Largas tidak menerima perjanjiannya.

LARGAS [Selesai]Where stories live. Discover now