LARGAS || 16

907 74 2
                                    


16. Munafik

Di bawah teriknya matahari, seluruh murid kelas XII dikumpulkan di tengah lapangan tempat dilaksanakan upacara dan sebagainya. Mereka tengah merencanakan perkemahan yang akan diadakan dua hari lagi. Para murid bersorak senang. Sudah lama mereka menunggu pengumuman seperti ini, dari kelas sepuluh hingga kelas sebelas. Tapi selalu saja ada kendala hingga acara perkemahan dibatalkan.

Jika mereka semua merasa senang, atas pengumuman ini, maka berbeda dengan Derai. Gadis berkulit putih pucat itu malah gelisah. Takutnya nanti dia tidak mempunyai teman di sana, mengingat di sekolah juga dia dijauhi. Derai hanya takut jika nanti ada kegiatan dan dikelompokan dia tidak diajak. Nanti ia akan malu sendiri, apalagi sekarang seluluruh murid kelas XII ikut.

"Nanti di bus bareng gue, ya?" Sora menyenggol lengan kanan Derai, Sora sering disebut sebagai biang gosip, banyak yang tidak suka sama dia. Karena selalu menyebar hoax dan hal yang tidak penting.

"Gak sama Jeslin?" tanya Derai pelan.

Sora terlihat memutar mata malas, mungkin mereka tengah ada masalah. Jadinya Sora mau bareng Derai. "Gak usah sebut nama orgil itu, kesel gue," decak Sora membuang muka.

Derai bingung, hati kecilnya masih menyimpan rasa kesal terhadap Sora. Mengingat Soralah yang menyebar poto-poto dia hingga ia viral di SMA Kejora karena berbeda dari yang lain. Apalagi sekarang Derai merasa jika Sora hanya membutuhkannya sebentar, jika sudah baikan lagi sama Jeslin. Pasti Derai ditinggal. Kenapa dunia perteman harus seperti itu? Lebih baik Derai kembali sekolah di rumah daripada harus begini.

Tidak kunjung mendengar jawaban, Sora menyenggol  lengan Derai cukup keras hingga lamunan Derai seketika buyar. "Gimana? Mau gak lo? Kalo lo gak mau gue bakal bikin lo tambah viral di sekolah ini," ancam Sora tapi wajahnya masih terlihat santai.

Derai menghembuskan napas pelan, kemudian mengangguk. Percuma saja dia menolak, sudah dengarkan ancaman yang tadi diberikan Sora? Derai takut jika dia viral lagi, jika sebagian orang akan senang karena viral dan dikenal banyak orang, maka Derai tidak. Dia merasa sangat risih.

Suara gaduh tiba-tiba terdengar, Derai langsung menyapu pandang ke arah sumber suara. Tidak jauh dari mereka, di dekat pohon besar yang rimbun. Terdapat dua orang saling melayangkan pukulan. Mendadak para murid yang tadi hening, jadi riuh saat melihat aksi baku hantam.

"Rafael, Largas." Refleks Derai menyebut nama  kedua cowok yang masih asik melayangkan pukulan terhadap satu sama lain. Derai bingung, bukannya Rafael dan Largas berteman? Lalu mengapa mereka berantem?

"Waduh, ini harus di video, bakal jadi berita hangat ini!" heboh Sora sambil mengeluarkan ponsel dari saku seragamnya. Terlihat Para guru menyamperi mereka dan mulai melerai.

Pertengkaran ini yang memulai adalah Rafael, karena Largas tidak pernah mencari gara-gara. Bahkan cowok itu terlihat kalem, jika ada masalah maka ia akan menyelesaikannya secara baik-baik. Awalmulanya seperti ini, ketika Largas tengah mendengar guru berbicara di depan, tiba-tiba Rafael menarik kerah seragamnya hingga Largas yang tadinya duduk jadi berdiri.

Pukulan keras langsung melayang pada pipi, Largas, awalnya Largas diam. Ia tidak tahu salah dia apa, tapi semakin Largas diam. Rafael malah semakin menjadi-jadi. Jadinya terpaksa Largas melawan.

"Saya gak tau, Pak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Saya gak tau, Pak. Tiba-tiba dia nyerang duluan," jawab Largas menatap tajam Rafael, emosi itu masih memenuhi diri Largas. Begini, jika Largas sudah terpancing dengan emosi, akan sulit untuk menghilangkannya.

"Benar itu, Rafael?" tanya Pak Dazen guru bk, sambil menatap lurus ke arah Rafael.

Rafael memutar mata malas, dia bersedekap dada dan menyandarkan punggungnya pada kursi putar. Matanya masih menatap tajam Largas yang masih sama sedang menatapnya.

"Dia munafik, Pak," kata Rafael menunjuk Largas dengan dagu. Largas mengerutkan alis bingung, sejak kapan ia menjadi munafik?

"Ceritakan secara jelas, saya tidak mengerti." Rafael menghela napas kesal, dia tidak ingin menceritakan masalah ini dengan guru di depannya. Hancur sudah citranya nanti.

"Ini urusan pribadi, pak. Bapak gak berhak tau," cetus Rafael.

Pak Dazen mengangguk beberapa kali, dia mengikuti gaya Rafael. Bersandar pada sandaran kursi sambil bersedekap dada. "Bapak cuman ngasih tau, jika ada masalah harus diselesaian baik-baik. Jangan pake emosi, kalo pake emosi gak bakal kelar-kelar," nasihat Pak Dazen, dia terlihat sangat bijak sana, dan tidak menampilkan wajah marah pada muridnya.

"Kalian boleh pergi sekarang, tapi inget, kalo kalian keciduk berantem lagi. Maka kalian bakal dihukum." Largas mengagguk, kemudian cowok itu melangkah keluar dari ruang bk lebih dulu, setelah berucap terimakasih.

Di lorong terlihat sepi, rupanya para murid masih berkumpul di lapang. Entah sedang membicarakan apa, padahal pengumuman perkemahan sudah selesai sedari tadi sebelum Largas berantem dengan Rafael. "Gue benci sama lo, Gas!" seru Rafael di belakang Largas. Jarak mereka lumayan jauh.

Langkah Largas terhenti, dia membalikan badan menghadap Rafael. Mata dia memincang, untungnya sekarang emosinya sudah mereda. Kenapa sekarang orang-orang terdekatnya malah membencinya? Padahalkan Largas tidak pernah berbuat salah pada  mereka.

"Maksud lo apa, nyet? Bilang baik-baik, gue bingung salah gue dimana," ketus Largas. Ia sudah malas meladeni orang seperti itu, tidak langsung to the point.

Rafael berjalan mendekat, senyuman miring terpancar di bibirnya. "Lo rebut semua apa yang gue punya." Dahi Largas mengerut, dia masih tidak bisa mencerna kata-kata yang keluar dari mulut Rafael.

"Bisa langsung, To the point?" tanya Largas, intonasinya memelan.

"Lo rebut posisi gue yang tadinya jadi kapten basket di sekolah, lo rebut posisi gue yang tadinya selalu juara di kelas. Lo selalu cari perhatian ke ortu gue sampe ortu gue ngebanding-bandingin gue sama lo! Dan sekarang lo malah ngedeketin Derai sampe Derai naruh perasaan sama lo! Padahal waktu itu lo bilang, gak bakal deketin Derai sampe gue berharap lebih. Munafik emang lo, Gas! Lo tau itu semua kebahagiaan gue? Kenapa lo rebut njing!" Rafael menarik kerah seragam, Largas.

"Selama ini gue diem, karena gue gak mau ngerusak pertemanan kita! Tapi sekarang kesabaran gue udah habis! Lo munafik," sembur Rafael semakin mencengkram kearah seragam Largas. Lalu elayangkan  pukulan keras ke rahang Largas. Largas masih terdiam, tapi tidak lama dia menanggapi. . "Makanya lo belajar lebih giat, biar posisi lo gak tergantikan."

Rafael tidak menjawab, dia semakin marah dan kembali melayangkan pukulan pada wajah ganteng Largas. "Masalah caper sama ortu lu? Maksud lo apa? Gue gak pernah caper sama mereka. Malahan mereka yang selalu muji gue," cetus Largas memasang wajah datar.

"Diem bangsat!" teriak Rafael menendang perut Largas, sampai Largas jatuh terlentang.

"Derai? Derainya aja kali yang baperan. Gue cuman nolongin dia, gue sering nyapa dia karena gue gak mau dicap sombong. Pikiran lo pendek, harusnya sebelum ngomong, mikir dulu! Gak punya otak lo?!" Walau sudah terlihat lemah, Largas masih tetap berbicara hingga membuat Rafael kesal dan semakin emosi, hingga tanpa sadar Rafael menendang keras hidung Largas, hingga cairan kental berwarna merah keluar dari hidung Largas.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LARGAS [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang