HAPPY READING
JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA 💚✨
☁☁☁
Sebuah mobil mewah berwarna putih milik lelaki tampan yang sekarang sudah berstatus menjadi suami itu terparkir rapi di depan rumah tingkat dua yang terletak di tengah-tengah kota.
Rumah berwarna putih dengan sedikit corak abu-abu tersebut terlihat cocok untuk pasangan muda yang baru menikah.
Pintu mobil terbuka, menampilkan sosok pemilik mobil. Lelaki dengan rahang tegas dan kokoh, serta alis tebal itu memandang datar rumah mewah yang ia beli dari hasil uang jerih payah sendiri yakni, uang penghasilan dari bekerja menjadi pemimpin perusahaan Ayahnya.
Pemilik rahang tegas dan kokoh itu lantas mendengus keras begitu melihat sosok gadis bercadar yang turun dari mobilnya.
Gadis dengan gamis berwarna hitam lengkap dengan jilbab pashmina panjang menutup dada, serta cadar yang juga senada dengan warna gamis dan jilbabnya berjalan menghampiri suaminya.
"Masya Allah," gumam gadis itu melihat betapa indahnya rumah suaminya, ah ralat maksudnya rumah dia dan suaminya.
"Nathar--"
"Koper bawa masing-masing, gue bukan babu lo!" sela Nathar lalu melengos masuk meninggalkan Hana yang mematung.
Mencoba bersabar, Hana menarik senyum untuk menghibur diri sendiri. Ia lantas membawa masuk kopernya, sedangkan koper Nathar sudah dibawa lebih dulu oleh pemilik koper.
Hana masuk ke dalam rumah tingkat dua itu setelah mengucapkan salam terlebih dahulu. Kakinya mengikuti kemana Nathar melangkah. Matanya terus memandangi seisi rumah yang sudah lengkap dengan perabotan rumah tangga.
Jadi mereka hanya tinggal menempati saja, semua fasilitas sudah tersedia dan tertata dengan rapi.
Langkah Nathar terhenti di sebuah kamar yang dulu pernah ia bayangkan akan seindah apa rumah tangganya dengan Dara nanti.
Namun semua harapan itu harus hancur karena faktanya istrinya adalah Hana, bukan Dara. Rumah tingkat dua dengan tiga kamar tidur itu sengaja Nathar desain untuk rumah tangganya kelak.
"Lo ngapain disini?!" Suara bariton Nathar berhasil membuat Hana yang sibuk mengagumi interior kamar tersentak kaget.
"Afwan, aku--"
Bisa tidak kalau Hana ingin bicara, jangan dipotong terus? Hana juga ingin bicara.
"Lo pikir kita bakal sekamar?" tanya Nathar dengan nada mengejek.
Dahi Hana mengernyit, tidak mengerti maksud perkataan Nathar. Yang namanya suami istri ya sudah pasti satu kamar, bukan?
"Maksud kamu, kita nggak satu kamar?"
Nathar tersenyum miring. "Kamar di rumah ini banyak, lo tidur di kamar lain. Ingat, gue nggak izinin lo masuk atau tidur di kamar ini tanpa persetujuan gue!" ujar Nathar menohok.
Hana mematung mendengar itu. Sebenci itu kah Nathar padanya? Hati Hana sakit mendengar perkataan Nathar yang begitu menohok. Matanya memanas ingin menangis, namun sekuat mungkin ia tahan, tak mau terlihat cengeng di hadapan Nathar.
"WOI! Mikir apaan lo? Udah, sana cabut!" Nathar menjetikkan jari di depan wajah Hana untuk menyadarkan gadis itu.
"Iya." Hanya itu yang bisa Hana ucapkan, kemudian keluar dari kamar seraya menyeret koper.
Langkah kaki Hana terhenti pada kamar yang letaknya tidak jauh dari kamar Nathar. Hana memilih kamar itu untuk ia tempati, karena di rumah ini hanya ada tiga kamar tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
HANATHAR [END]
Teen FictionMenjalani hidup dengan seorang ketua perkumpulan ternama yang banyak dikagumi orang banyak bukanlah salah satu hal yang pernah terlintas di pikiran Hana. Tidak pernah terlintas sedikitpun di pikirannya untuk bisa menjadi istri sekaligus teman hidup...