15. SAHABAT

10.6K 1K 16
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA 💚✨

"Kamu tau maknanya 17:32, tetapi kamu mengabaikannya."

☁☁☁

"Hana, are you okay?"

Tepukan di bahu kanan Hana berhasil membuat gadis bercadar yang dari tadi menangis segugukan itu berhenti menangis. Dari gaya bicara yang terkesan jutek dan tegas itu sudah bisa dikenali siapa yang barusan bertanya. Iya, dia adalah Zehra.

Buru-buru Hana menghapus air mata sebelum Zehra dan Shazfa bertanya lagi. Hana menoleh ke kanan lalu ke kiri, sekarang di samping kanan dan kirinya sudah ada Zehra dan Shazfa.

Karena tadi yang bertanya adalah Zehra, maka ia menoleh kembali kearah gadis berjaket kulit berwarna hitam tersebut.

"Ya, aku baik-baik aja."

Zehra mendengus pelan. Dikira Zehra tidak tau bagaimana kondisi seseorang setelah selesai menangis.

"Nathar lagi bareng Dara, kan?"

"Zehra!" Shazfa refleks melotot tajam pada gadis tomboi itu. Bisa-bisanya langsung to the point, padahal Hana masih sedih.

Bukannya merasa bersalah, Zehra malah menaikkan sebelah sudut bibirnya.

"Kenapa? Gue bener, kan?" tanya Zehra datar. Lalu kembali menatap Hana.

"Lo suka kan sama Nathar?"

Mendengar itu membuat Hana tidak bergeming di tempat. "Aku hanya khawatir, Zehra. Nathar nggak pulang dari kemarin. Aku sebagai istri wajar khawatir."

"Bullshit."

"Zehra, please. Kalo lo nggak bisa hibur, setidaknya--"

Ingin sekali Shazfa membungkam mulut tajam Zehra dengan lakban. Bukannya membantu malah semakin membuat Hana sedih nanti.

"Hibur gimana, Shaz? Ayolah, terima kenyataan. Hana cinta sama Nathar. Lo nangis juga karena cemburukan, Han?"

Susah payah Hana meneguk salivanya. "Kamu tau dari mana? Aku bahkan belum yakin, Ra."

"Gue juga pernah jatuh cinta kali," jawab Zehra malas.

"Lo kurang berusaha."

Ucapan Zehra berhasil membuat Hana maupun Shazfa bungkam. Tatapan gadis tomboi itu berpaling menatap ke depan.

"Gimana bisa lo sebagai istri berjarak dengan Nathar? Sedangkan Dara yang jelas bukan siapa-siapa bisa jadi ratu di hidup Nathar," ucap Zehra.

Shazfa mengangguk membenarkan. Gadis dengan balutan sweater crop dan rok span diatas lutut itu lantas menoleh pada Zehra. Sedangkan Hana semakin tidak mengerti dibuat keduanya.

"Kesimpulannya lo cuma butuh waktu. Tunggu Nathar pulang dan mulai perbaiki semuanya."

"Kalau dia nggak pulang?" tanya Hana khawatir.

"Pasti pulang," jawab Shazfa yakin.

"Lo nggak perlu sedih. Bego banget nangisin cowok nggak tau diri kayak Nathar," ketus Zehra tak ada lembut-lembutnya sama sekali.

"Serius kalo Nathar ada di sini, gue tonjok dia sampe bonyok! Gedek amat gue liat tuh anak. Pake acara bolos sama ngilang dari rumah. Biar apa coba? Biar keren? Cih!" dumel Shazfa dongkol karena Nathar rela membuat Hana menangis dan khawatir seharian.

HANATHAR [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora