29. HIJRAH

8.8K 832 13
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA 💚✨

"Dunia ini tidak pernah kehabisan wanita cantik, tetapi dunia ini sering kekurangan wanita baik."

☁☁☁

Padahal Hana bisa pergi sendiri, tapi Nathar bersikeras untuk mengantar. Hana memang sengaja datang cepat karena saat di rumah, Shazfa mengirimnya pesan chat agar datang lebih cepat sebelum kegiatan dimulai. Nathar ikut bukan berarti dia ingin melihat para akhwat di sana, tidak.

Dia hanya ingin mengantarkan Hana, bagaimana pun juga sudah tugasnya mengantar Hana kemana pun. Dia juga tau aturan, dan tidak turun dari mobil.

Jadi, setelah pamit di dalam mobil, Hana langsung masuk ke markas. Omong-omong, markas sudah dirubah dari beberapa hari yang lalu. Dimana dekorasinya dibuat seperti layaknya rumah biasa.

Baru kali ini gadis bercadar itu menginjakkan kaki di markas Dexter yang sekarang dirubah menjadi rumah biasa, tidak terlihat seperti markas.

Kaki jenjang yang tertutup abaya itu melangkah menelusuri ruangan rumah. Tidak terlihat seperti markas, pikir Hana.

"Hana!"

"Astaghfirullah, Shazfa." Hana terkejut kala seorang gadis memegang pundaknya dari belakang.

Tidak hanya itu, Hana juga dibuat terkejut dengan sosok gadis yang ada di hadapannya saat ini. Shazfa, primadona Kampus itu terlihat cantik dengan tunik berwarna dusty pink dan bawahan rok panjang yang baru dia beli di butik lain.

Ya, itu karena Shazfa tidak memproduksi pakaian tertutup di butik sendiri. Jangan lupakan dengan hijab segi empat berwarna senada dengan pakaian Shazfa.

"Gimana penampilan gue? Bagus, nggak?" tanya Shazfa.

"Gue pusing banget milih pakaian untuk hari ini, makanya gue nanya lo. Gimana?"

Hana mengedip tak percaya, "Masya Allah, kamu cantik banget, Shazfa."

"Ck, nggak usah muji. Gue tau lo muji supaya gue betah pakai baju ini."

"Astaghfirullah, aku serius. Kamu cantik banget loh."

"Dan akan tambah cantik lagi bila hijabnya dijulurkan ke bawah dan pakai ciput," tambah Hana membenarkan hijab yang tadinya dililit di leher menjadi menjulur menutupi dada Shazfa.

"Gue pusing pake ciput, Han."

"Dan ini, nggak ada gayanya. Lo tau? Gue nyari tutorial hijab di sosmed susah payah, masa stylenya cuma gini doang," protes Shazfa hendak melilit kembali hijabnya, namun ditahan oleh Hana.

Hana menggeleng dengan senyuman. "Jangan dililit. Mengenakan hijab yang benar itu dijulurkan ke bawah, bukan dililit. Karena kalau tidak dijulurkan, aurat di bagian dada akan terlihat," nasihat Hana.

"Untuk ciput, nanti lama-lama akan terbiasa."

Shazfa mengernyit, aurat apalagi? Dia kan sudah pakai tunik yang sopan walau tidak terlalu besar. "Aurat apalagi, Han? Dada nggak akan kelihatan, kan pakai baju."

"Kelihatan, Shazfa. Berbentuk lebih tepatnya, jadi nggak boleh, ya," peringat Hana halus.

"Kalau kamu sudah nyaman mengenakan pakaian ini, cobalah untuk mengenakan tunik yang sedikit lebih longgar, agar bentuk badan tidak terbentuk. Bisa dengan kemeja oversize, sweater oversize, rok, gamis, dan abaya?"

Shazfa menghela nafas dan mengangguk. Tidak masalah pikir Shazfa, mungkin ke depannya dia akan mencoba agar terbiasa. Iya, Shazfa sudah memutuskan untuk mengenakan hijab untuk ke depannya.

HANATHAR [END]Where stories live. Discover now