14. LUKA

11.3K 1K 42
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA 💚✨

"Nyatanya dakwah selembut apapun akan tetap terasa tajam bagi mereka yang tidak mau menerimanya."

☁☁☁

BRAK!!

Bantingan keras pintu rumah mewah bernuansa putih itu menggema membuat siapa saja yang ada di dalamnya terperanjat kaget. Masih dengan stelan kantor, lelaki dengan nafas memburu itu masuk dengan langkah lebar ke dalam rumah.

Langkahnya terpaksa terhenti saat mendengar seorang gadis dari arah dapur memanggil namanya. Gadis itu, Hana. Hana berlari kecil menghampiri Nathar yang masih diam di ujung tangga.

"Astaghfirullah, Nathar. Pintunya kok dibanting? Kamu udah pulang? Kok cepet banget. Aku kira kamu pulangnya sore."

"Ah, aku lupa bilang. Aku udah nyiapin makan siang kamu di dapur. Afwan, karena aku nggak sempat temani kamu makan soalnya aku ada kelas siang hari ini. Ini aku mau per--"

"DIAM!!"

Bentakan itu berhasil membuat mulut Hana terkatup. Matanya mengerjap tidak percaya menatap Nathar yang kini menatap Hana dengan raut wajah penuh amarah.

"Nathar--"

PRANGKH!

"DIAM, SIALAN!"

Untuk kedua kalinya Hana terperanjat kaget. Kali ini benar-benar terkejut karena Nathar membanting vas bunga yang ada di dekat tangga hingga pecah. Hana tidak bisa menahan untuk tidak menangis.

Mata Hana sudah berkaca-kaca menahan tangis yang hampir keluar. Mau bagaimana pun Hana juga perempuan, perasaannya mudah terombang-ambing.

"LO TERLALU BANYAK OMONG, HAN!"

"Astaghfirullah. Istighfar, Nathar. Kamu pasti lagi banyak masalah, makanya jadi emosi kayak gini," ucap Hana berusaha menyentuh lengan Nathar, namun ditepis kasar oleh lelaki itu.

Percayalah, untuk menyentuh tangan Nathar saja Hana harus mengumpulkan keberaniannya, tapi Nathar malah seenaknya menepis kasar Hana.

Sebelah sudut bibir Nathar terangkat, tatapan lelaki itu seakan merendahkan sosok Hana.

"Iya, dan masalahnya itu lo! Lo masalahnya, Hana! Lo!" bentak Nathar seraya menunjuk Hana tepat di wajah gadis itu.

"Aku ada salah apa sama kamu? Bukannya kamu udah janji bakal perlakuin aku kayak temen? Tapi ini apa, Nathar?" tanya Hana menahan tangis.

"Dara udah tau kalo kita suami istri dan itu semua karena lo! Karena gue nikah sama lo makanya hubungan gue dan Dara hancur!"

Selama hidup, baru kali ini Nathar merasa emosinya meledak-ledak. Bahkan berhadapan dengan Mavra pun tak perlu menguras emosi sebanyak ia berhadapan dengan Hana.  

Air mata itu tak mampu Hana bendung terlalu lama. Bulir-bulir bening jatuh membasahi cadar berwarna hitam miliknya. Nathar masih memikirkan tentang Dara?

Siapapun tolong jelaskan pada Nathar kalau hubungannya dengan Dara itu hanya omong kosong. Tak ada cinta di dalamnya, yang ada hanyalah dosa.

Harus berapa kali Hana katakan bahwa pacaran itu haram. Namun Nathar keras kepala dan terus saja memikirkan Dara.

Hana cemburu, iya. Sebagai istri dia wajar cemburu walau perasaannya belum utuh untuk Nathar. Dia itu istri Nathar tapi kenapa Nathar masih saja berhubungan dengan Dara?

HANATHAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang