27. PERHATIAN NATHAR

9.7K 920 25
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA 💚✨

"Jadikanlah aku perempuan yang kamu cintai dengan setulus hati setelah ibumu dan saudara perempuanmu."

(Hanania Hazzafa Naeswari)

☁☁☁

Di tengah banyaknya mahasiswa yang keluar dari ruangan masing-masing, seorang gadis bercadar setia menunggu seseorang di depan Fakultas Agama Islam.

Sesekali celingak-celinguk, melihat apakah orang tersebut sudah tiba atau belum. Matanya menyipit, menatap mobil berwarna putih memasuki area Fakultas. Mengenali mobil tersebut, langsung saja dia berlari kecil menuju mobil.

Tangannya hendak membuka pintu mobil, namun tertahan karena kaca mobil turun, menampilkan seorang lelaki berkemeja hitam tersenyum kepadanya.

"Tunggu di situ, biar aku yang buka."

Gadis tersebut lantas menggeleng pelan, lelaki ini benar-benar pandai sekali membuat hatinya menghangat. Padahal hanya perhatian kecil, tapi ternilai besar.

"Padahal Hana bisa sendiri," ucap Hana.

Nathar tak mengindahkan perkataan Hana dan tetap membukakkan pintu untuk sang istri. Hana kembali tersenyum. "Syukron," ucapnya lalu masuk ke dalam mobil.

"Afwan." Nathar memutari mobil kemudian kembali ke tempatnya.

Pemandangan itu tentu menjadi perhatian mahasiswa dan mahasiswi yang berlalu lalang di Fakultas. Bukan sekali dua kali seorang Alvanendra mengantar dan menjemput Hana, tapi tetap saja mereka tidak bisa melewatkan peristiwa itu.

Apalagi beberapa orang mengatakan kalau Hana dan Nathar menjalin hubungan, ada juga yang mengatakan kalau mereka adalah sepasang suami istri. Macam-macam tanggapan, tapi tidak ada yang berani mencari tau secara dekat. Bisa habis mereka kalau sampai Nathar mengetahui hal itu.

"Hari ini nggak dapat panggilan dari Dekan. Kira-kira kenapa, ya?" Tiba-tiba Hana bertanya. Iya, soal keributan kemarin, mereka pikir akan mendapat panggilan dari Dekan, tapi faktanya tidak.

"Aku dan Mavra sempat dapat surat Dekan, tapi semua udah beres," ucap Nathar tetap serius mengemudi.

"Kamu datang ke ruangan Dekan?"

Nathar menoleh dengan kekehan. Tangan kirinya terangkat untuk mengelus lembut puncak kepala Hana yang dibalut khimar panjang berwarna hitam. Sedangkan sebelah tangannya masih setia menyetir.

"Bukan gitu, Hana. Maksudnya aku, Gaffi dan Shazfa bilang ke orang yang ngasih surat Dekan ke kita, kalau sampai kasus aku dan Mavra sampai dipanggil ke ruang Dekan, maka aku, Shazfa dan Gaffi bakal datang dan nuntut keadilan untuk kasus Zehra. Setelah itu selesai."

Hana mengangguk paham. "Kasihan Zehra belum dapat keadilan."

"Begitulah, Zehra sendiri yang bilang kalau kasusnya lebih baik dihentikan." Lagi, Hana mengangguk. Mungkin Zehra punya alasan di balik semua itu.

"Kita belanja bulanan, ya? Bahan makanan di dapur udah habis," ujar Hana dan Nathar mengangguk.

"Siap, Nona," balas Nathar mengedip dengan senyuman membuat Hana terkekeh.

Melewati beberapa menit, mereka pun sampai di Supermarket. Sama seperti tadi, Nathar tetap tidak membiarkan Hana membuka pintu mobil lebih dulu, harus Nathar yang membukakan.

"Kamu nggak kesambet, kan? Hari ini aneh banget, Hana jadi takut," canda Hana setelah turun dari mobil.

Nathar tau Hana bercanda, maka dari itu dia hanya menanggapi dengan tawa kecil. Kemudian mereka memasuki Supermarket dan membeli bahan makanan yang habis.

HANATHAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang