10. KHAWATIR

11.5K 1K 16
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA 💚✨

☁☁☁

Gamis berwarna army dipadukan dengan pashmina syar'i yang panjang dan lebar, serta cadar yang senada dengan warna gamis dan pashmina itu terlihat cantik saat dikenakan gadis berumuran 19 tahun tersebut.

Gadis bernama lengkap Hanania Hazzafa Naeswari itu baru saja tiba di parkiran Fakultas setelah menaiki ojek perempuan yang setiap hari ia pesan.

Hana pikir setelah menikah maka pergi ke Kampus tidak akan menaiki ojek lagi, namun dugaannya salah. Nathar mana mau mengantarnya ke Kampus, padahal mereka sama-sama ada kelas pagi.

Sebelum berangkat, Hana sudah membuat sarapan untuk Nathar agar ketika lelaki itu turun dari kamar, dia bisa sarapan. Tak lupa untuk mengingatkan Nathar, Hana menuliskan sebuah note di dapur agar Nathar bisa membacanya.

Padahal Nathar sudah pernah bilang kalau dia tak ingin makan masakan Hana. Dia lebih senang makan di kantin Fakultas ketika Hana bertanya ingin dimasakkan apa. Tapi Hana tetap memasak untuk Nathar. Ia tak mau dicap sebagai istri yang tidak melayani suami dengan baik.

Hana memasuki ruang kelas tepat pukul 09:00 dan berakhir pada pukul 11:00. Niatnya selesai kelas ia ingin menghampiri Naira yang mungkin masih berada di Fakultasnya.

Namun terurung saat melihat Shazfa menghampiri Hana dengan tergesa-gesa. Gadis dengan gaya rambut di curly itu berlari menghampiri Hana.

"Hana... Huh, astaga gue cape banget!" Shazfa mengatur pernapasannya terlebih dahulu sebelum lanjut bicara.

"Ya ampun. Kamu habis dari mana, Shaz? Kok lari-lari begitu?" tanya Hana berusaha menenangkan Shazfa.

Hana mengajak Shazfa ke tempat yang lebih santai yaitu, di taman Fakultas yang jaraknya tidak jauh dari ruang kelas.

"Huh, gue habis dikejer-kejer kating alay."

Kening Hana mengernyit, bingung. "Kating alay? Maksud kamu kakak tingkat alay?"

Shazfa mengangguk. "Ho'oh. Gila, ini yang kedua kalinya gue mampir ke Fakultas lo. Disetiap gue jalan pasti ada aja kating atau junior yang samperin gue buat minta nomor hpnya Gaffi."

"Untuk apa?"

"Lo nggak tau? Ya ampun, Han. Mereka itu minta nomor Gaffi buat pdkt. Lo tau sendiri Gaffi gimana, itu nomor hpnya udah kayak aset negara aja. Dijaga banget, nggak boleh sampe ketauan."

Nomor ponsel Gaffi memang sangat privasi. Lelaki itu bahkan pernah berpesan kepada teman-temannya untuk tidak menyebar luaskan ataupun memberitahukan nomor ponselnya kepada siapapun tanpa seizin Gaffi.

Ini cara Gaffi agar terhindar dari ukhti-ukhti yang berniat ingin pdkt-an dengan dalih butuh teman hijrah.

Setelah dijelaskan barulah Hana paham. Gadis bercadar itu tertawa kecil. "Jadi kamu lari-lari buat ngehindarin mereka?" tanya Hana masih tertawa.

Shazfa mendengus pelan. "Iya. Bosen gue. Padahal udah gue bilang, gue nggak tau, tapi tetap aja mereka nggak percaya."

"Namanya kamu sepupunya, ya kali nggak punya nomor sepupu sendiri. Oh, ya. Cuma Gaffi aja yang dimintain? Yang lain enggak? Nathar dimintain, nggak?"

Shazfa mengulum senyum jahil. "Kepo ya lo tentang Nathar?" Shazfa terkekeh geli melihat ekspresi wajah Hana yang berubah memerah.

"Ada dong, tapi dulu. Semenjak Nathar pamerin hubungannya sama Dara di depan publik, para cewe-cewe alay yang suka ngejer-ngejer Nathar mulai mundur perlahan. Ya, lo tau sendiri saingannya siapa? Aldara. Dara cewe tercantik satu Kampus ini, mana ada yang berani deketin Nathar setelah tau dia pacaran sama Dara," ujar Shazfa mendeskripsikan seorang Dara.

HANATHAR [END]Where stories live. Discover now