28. LAPANGAN BASKET

9K 853 26
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA 💚✨

"Berbicara tentang aku. Kamu tidak perlu berekspetasi banyak tentang diriku, karena sebenarnya aku adalah seorang pendosa yang aibnya ditutup oleh Allah."

☁☁☁

Hari masih gelap, namun sudah terdengar suara bising dari dapur rumah bertingkat dua milik pasangan suami istri yang baru menikah 4 bulan yang lalu.

Seorang gadis dengan pakaian rumahan yang masih menutup aurat itu terlihat sibuk dengan barang-barang di dapur. Memasak adalah tugasnya setiap hari, karena dia ingin suaminya memakan makanan rumah.

Sesekali menyeka keringat yang turun di pelipisnya. Tugas pagi ini sama seperti pagi-pagi sebelumnya. Membuat sarapan untuk suami tercinta tentunya. Hanania Hazzafa Naeswari, sudah bangun awal untuk mandi dan memasak sarapan. Gadis dengan tinggi 165 cm itu memekik tertahan kala mendapati seseorang melingkarkan tangan di pinggangnya.

"Selamat pagi, Hana."

Bisikan berat itu menyapa telinga Hana, membuat jantung Hana berdetak lebih cepat. Apalagi aroma tubuh Nathar begitu menyenggarkan indra penciuman. Wangi, iya Nathar sangat wangi.

"Selamat pagi juga. Bisa lepas sebentar? Hana susah masaknya," ucap Hana tidak bisa fokus memasak.

Nathar melepas lingkaran tangannya di pinggang Hana. Dia berpindah posisi menjadi di samping Hana, menghadap penuh ke arah Hana.

"Kamu nggak capek setiap hari ngurusin rumah? Aku bisa cari pekerja buat ngurusin rumah, Han."

"Jangan, Hana bisa sendiri kok."

"Tapi entar repot kalo pagi-pagi harus masak, apalagi kamu kuliah pagi."

Hana menghela nafas. "Nathar, Hana nggak papa. Hana malah senang bisa masak buat kamu, karena Hana mau kamu makan dari hasil masakan Hana sendiri, bukan orang lain," ujar Hana lembut.

Nathar menarik senyuman. "Nggak nyangka, ternyata kamu bisa romantis. Aku tersentuh, Han," kata Nathar jahil menunjukkan wajah sok histerisnya.

Hana mendelik. "Ya ampun, bukan begitu maksudnya." Nathar mana peduli, dia semakin memandangi wajah Hana dengan senyum merekah.

"Nggak berangkat?"

Hana bertanya karena tidak sanggup ditatap seperti itu oleh Nathar. Nathar biasanya jam segini sudah bersiap berangkat ke Masjid untuk sholat subuh. Iya, dua bulan ini dia berhasil sholat subuh di Masjid terus menerus. Bagaimana? Seorang Alvanendra Nathar Armaghan berhasil berubah, bukan?

"Sebentar lagi, masih pengen lihat wajah istri yang cantik." Nathar terkekeh begitu wajah Hana berhasil memerah akibat ulahnya.

"Masya Allah, semakin blushing semakin cantik," goda Nathar dengan senyum menyebalkan.

"Kamu udah wudhu?" Hana kembali bertanya guna menghilangkan rona merah di pipi.

"Udah, cuma tadi barusan meluk kamu. Wudhunya udah batal, nanti aku wudhu lagi."

"Sekarang, udah mau adzan," kata Hana dan Nathar mengangguk. Dia sampai lupa adzan subuh sebentar lagi akan berkumandang.

"Aku wudhu dulu, tapi sebelum itu ada yang ingin aku bilang, Han." Nathar berucap serius membuat Hana berhenti memotong sayuran, dan memfokuskan pandangan pada Nathar.

"Bilang apa?" tanya Hana ikut serius.

"Lihat ke sana, tadi aku lihat ada bayangin putih di sana, Han." Dengan polos gadis itu menoleh ke arah tunjukan Nathar, menyapu pandangan dan tak menemukan apapun.

HANATHAR [END]Where stories live. Discover now