18. SALTING

12K 1.1K 63
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA BERIKAN VOTE DAN KOMENTNYA YA 💚✨

Hari ini mungkin dia ahli maksiat namun, siapa tau besok atau lusa dia menjadi ahli ibadah.

- Hanania Hazzafa Naeswari -

☁☁☁

Senyum indah di wajah Hana tidak luntur sampai sekarang. Sudah berwudhu terlebih dahulu sebelum masuk ke kamar Nathar. Setelah mendapat ijin dari pemilik kamar, barulah Hana masuk. Ia ingat betul bagaimana dulu Nathar melarang Hana untuk masuk ke dalam kamarnya.

Tapi sekarang rasanya semua ancaman itu tak berlaku lagi. Hana jadi sering ke kamar Nathar belakangan ini. Mengurus Nathar sakit, mengurus Nathar mabuk, hingga sekarang Nathar sendiri yang memintanya masuk.

Sembari menunggu Nathar berwudhu, Hana menuggu di sofa kamar. Dalam hati Hana sangat bersyukur kepada Allah, karena sudah menjawab doa-doanya.

Allah sudah membukakan pintu hati Nathar sehingga lelaki itu mau salat berjamah dengan Hana. Itu merupakan salah satu dari doa-doa yang Hana panjatkan selama ini.

Kelang tiga menit barulah Nathar keluar. Kaos putih polos yang dipadukan dengan sarung berwarna hitam, serta rambut yang basah akibat air wudhu itu berhasil membuat Hana pangling. Dalam hati, ingin berteriak kuat. Ketampanan Nathar seakan meningkat saat itu juga.

Genggaman sajadah Hana mengerat begitu melihat Nathar mendekat ke arahnya. Masih terpesona dengan sosok Nathar, dia tiba-tiba mengedip kaget karena Nathar menjetikkan jari tepat di depan wajah Hana.

"Tumben nggak pakai cadar."

"Kalo lagi salat atau tidur biasanya aku nggak pakai. Apalagi kalau salat, aku selalu buka supaya hidung bisa nyentuh sajadah."

Nathar mengangguk saja. "Yuk, keburu abis waktunya."

Hana mengangguk lalu membentang sajadah. Keduanya pun salat berjamaah. Nathar yang menjadi imam. Lantunan ayat suci Al-Quran terdengar jelas di telinga Hana.

Walaupun kelakuan Nathar nakal dan terkadang salatnya sering bolong-bolong, tapi soal bacaan salat ia cukup fasih. Surah pendek yang ia lantunkan juga sangat merdu di dengar.

Selesai salat, Hana ingin bangkit dan melipat sajadah namun Nathar lebih dulu sudah meletakkan kepalanya di atas paha Hana membuat gadis yang masih memakai mukenah itu mengernyit.

"Bentar doang." Nathar berucap demikian karena tau kalau Hana akan bingung atau bertanya-tanya.

Bukan masalah sebentar atau lama, Hana paling tidak bisa kalau diperhatikan secara dekat seperti saat ini. Dari bawah Nathar menatap Hana dengan tatapan yang tidak bisa dibaca. Tidak datar, tapi tidak lembut juga.

"Han?"

Hana menoleh singkat ke bawah, menatap wajah Nathar sekilas lalu kembali mendungak. "Iya, Nathar?"

"Menurut lo cara move on terbaik itu gimana?" tanya Nathar.

"Caranya dengan lupain semua tentang dia, berusaha bersikap biasa aja, jangan ingat hal-hal yang berhubungan dengan dia, buka hati buat orang baru atau menutup hati untuk sementara jika itu membuat kamu nyaman, kemudian meminta dan berserah diri kepada Allah agar dijauhkan dari cinta yang berujung kemaksiatan atau hal-hal yang menimbulkan dosa, serta berdoa diberikan jodoh yang terbaik untuk kita," jawab Hana.

"Han."

"Iya, Nathar?"

"Liat sini napa, Han. Gue ganteng begini, masa nggak dilirik." Nathar berucap sebal lantaran Hana terus mendungak dan enggan menoleh kebawah.

HANATHAR [END]Where stories live. Discover now