Chapter IV

103 13 0
                                    

DUUGG...DAGG...

DUUGGG..DUG..DUGGG...

"Setan...!! Siapa sih yang mainin sound system pagi-pagi gini" gerutu Aslan dengan mata yang masih dilanda kantuk karena efek gadang dengan sang Ayah semalam.

DUUGG...DUGG..DUGGG...

   Segera ia menutup telinganya dengan bantal untuk menghentikan bising di pagi hari ini. Wajahnya memerah hatinya digeluti amarah, Aslan mengumpat dengan kesal.

"Pake lagu DJ jedag jedug lagii" ujar Aslan merutuki suasana pagi inii.

   Aslan segera bangun dari tidur, untuk segera melihat pelaku yang telah mengganggu tidur nyenyaknya. Dengan hanya mengenakan celana Boxer tanpa baju dia mulai menuruni tangga perlahan. Wajahnya masih terlihat sayu, matanya berat untuk terbuka tapi Aslan memaksakan langkahnya untuk menemui seseorang yang sedang mendengarkan DJ jedag jedug pagi ini. Terlihat jam dinding masih menunjukan pukul 07:12 tapi bising sudah mengobrak ngabrik ketenangan rumahnya.

SAATUUU...  DUUAAA... TIGAA.. EMPAATT....

   Terdengar suara ramai orang dilantai bawah tapi Aslan tetap kekeh untuk menemui pelakunya. Dibalik tembok ruang tamu terlihat beberapa ibu-ibu sedang melakukan Zumba. Mereka menatap Aslan kaget ketika mendapati pria muda dengan celana Boxer pendek tanpa memakai baju, begitupun dengan Aslan yang tak kalah kaget ketika beberapa pasang mata menatapnya penuh gairah.

"Aaaa..." jerit salah satu ibu-ibu di pojok ruangan.

   Aslan langsung menutupi dadanya yang cungkring dengan lengan menyilang. "Astaga aurat guaa..." ujarnya panik sambil menutupi apa yang sensitif menurutnya dan sebisanya. Dengan tampang dongkol wajah Aslan semakin memerah karena malu di tengah musik DJ jedag jedug yang masih terputar. Sekitar 11 ibu-ibu termasuk orang tuanya yang ikutan di barisan tengah dan Engkongnya di pojok sedang mengikuti Zumba juga.

"Hah... Engkong gua kenape pake ikut Zumba sih" ujar Aslan pelan dengan mata melotot ketika mendapati kakeknya di pojok ruangan melambaikan tangan dan tersenyum.

   Di tengah kebingungan yang melanda, Aslan segera berlari kembali ke arah tangga dengan perasaan yang tidak bisa diungkapkan dengan caci maki. Dengan dada yang berdebar Aslan segera menutup rapat pintu kamarnya lalu menguncinya. Nafasnya menderu wajahnya memerah entah malu atau marah yang jelas dia ingin mengurung dirinya di kamar semalaman. Suara DJ yang masih menggema sudah tidak ia hiraukan lagi. Aslan ingat kalo hari ini tanggal merah dan pertanyaan kenapa ibunya tidak membangunkannya untuk bersekolah sudah terjawab. Pagi menyebalkan untuk dirinya.

   Aslan segera berjalan lunglai ke kasur empuknya. Melemparkan tubuhnya begitu saja segera memejamkan kelopak mata berharap lelap segera menghampirinya kembali. Sehebat apa pun usahanya kejadian istimewa tadi cukup berpengaruh pada otaknya. "Mending kalo badan gua kaya Om Deddy Codbuzer, atau aderai lah minimal. Kan kerenn" ujarnya kesal pada keadaan. Matanya masih menatap langit-langit Plafon, tatapanya kosong namun pikiranya penuh memenuhi isi kepala. Segudang tanya masih berterbangan di pikiranya "Dimanakah buku gerakan sayap kiri gua? Shilla sedang apa ya?? Gua doain semoga pagi ini dia tidak dibangunin sama DJ jedag jedug sialan." gumamnya dalam hati.

   Aslan segera bangun dari tidur. Dia terduduk menatap seluruh sudut kamar, lalu matanya menangkap sound system berukuran sedang di dekat Tv layar datarnya. Aslan lantas berdiri dan melangkah mendekatinya segera ia menyalakanya dengan full volume menyaingi suara jedag jedug dilantai bawah rumahnya. Musik berjudul Burgerkill -Atur Aku- diputar kencang. Aslan segera membuka lemari pakaianya lalu mengambil salah satu kaos basket abu yang akan ia kenakan. Kepalanya mengangguk ngangguk menikmati alunan lirik dan nada Hardcore musik yang ia putar. Berharap rasa kantuknya menghilang Aslan segera melakukan Mosphit di kamar dengan ukuran 5×5.

ColonialWhere stories live. Discover now