Chapter XVI

51 12 0
                                    

Tukk..

"Kenapa lu lempar-lempar batu ke gua??"  ucap Abeng dengan raut kesal.

"Sibuk banget lu main Hp, sampe sobat karibnya di kacangin" ujar Lio sinis.

"Hehe.. siapa suruh punya hp di cemplungin ke Wc" kata Abeng mengungkit kejadian tadi pagi.

"Woy gula aren, sape juga yang nyemplungin. Itu namanya musibah"

"Busettt di katain gula aren gua" protes Abeng. "Itu azab dari gusti Allah, karena elu nonton bok*p di Wc" lanjutnya.

"Njirr sok udzon lo"

"Ahahaha..." tawa Abeng dengan puas, karena berhasil membuat kawannya kesal.

"Dahlah gua mau beli Smoke dulu" ucap Lio lalu beranjak meninggalkan Abeng yang kembali sibuk dengan handphone pintarnya.

  Di perjalanan Lio kembali bergulat dengan pikiranya, tentang kawannya yang tiba-tiba hilang tidak memberi kabar.

Kemana ya tu bocah. Batin Lio.

  Tak terasa langkah kakinya sudah sampai ke warung, hingga tersadar akan tujuannya. Lio membeli rokok ketengan yang di sambut baik oleh pemilik warung. Tak lupa ia mengambil teh gelas yang bertengger rapih di dalam kulkas kaca depan warung.

"Bu magnum 2 ama teh gelas atu ya" kata Lio sambil menunjukan teh gelas di kalimat terakhirnya.

  Ibu warung hanya mengangguk lalu mengambil uang 10rb milik Lio yang di sodorkan ke arahnya. Setelah menghitung nominalnya Ibu warung tak lupa memberi kembalian ke anak lelaki di depanya tersebut.

"Makasi ya bu" kata Lio lalu bergegas pergi dari warung tersebut.

  Setelah membeli apa yang ia inginkan kini Lio beranjak pergi kembali menuju tempat Abeng nongkrong yaitu Posko Jambe di tengah padatnya pemukiman desa. Langkah kaki membawanya melewati gang-gang yang di penuhi grafiti berkelas karya tangan-tangan usil pemuda setempat yang kelewat kreatif. Dengan langkah santai Lio sesekali menghisap kertas rokok yang di isi tembakau nusantara.

  "Lio....!!!"

Wahh.. kaga enak ni perasaan gua.batin Lio.

  Tanpa menoleh ke arah sumber suara, Lio terus berjalan kedepan dengan keringat mulai mengalir perlahan lewat lubang pori porinya.

"LIIOOOoo...!!" panggil seseorang dari belakang, semakin keras.

  Mendengar suara di belakangnya mengeras, Lio semakin mempercepat langkahnya ketakutan.

PLAKK!

  Sendal swallow warna ijo tepat menghantam leher belakang Lio keras. Mendapat serangan tak terduga, Lio reflek melempar rokok yang baru di hisapnya barusan lalu menoleh ke belakang perlahan.

  Kini matanya menangkap sosok wanita paruh baya dengan baju corak bunga sebagai motifnya. Tapi yang mengejutkan Lio adalah raut wajah harimau yang siap menerkamnya kapan saja. Lio hanya pucat pasii tatkala jemari keriput perempuan itu mulai mendekati telinganya.

"Maakkk...sakiiittt...." rintih Lio kepada ibunya.

"Ketangkep basah lu yaa, udah bisa nyari duit lu, gegayaan ngerokok, gua bilangin bapak elu melayang tu gesper kulit ke pantat elu!!" ucap Bu Nadia selaku Ibu Lio dengan nada tajam di setiap kalimatnya.

"Aaa...aaa..a.aa.." Lio pasrah dengan dengan kuping yang terus di tarik oleh Ibunya. "Sakittt..  MAAKK... Pisss... kaga lagi dah" lanjutnya.

"Pass piss pass pisss, kaga ada pass piss" tegas Bu Nadia dengan wajah masih sangar.

ColonialWhere stories live. Discover now