Chapter XIII

54 11 1
                                    


Suara ledakan terdengar sampai kepada kelompok Nanang. Mereka terdiam memasang kuping baik-baik untuk mencari suara itu berasal. Oka menunjuk asap yang terbang bebas di arah Selatan. Mereka mensiapkan diri. Mengepalkan senjata yang mereka pegang erat. "Pertempuran sudah di mulai" ucap Iwan pelan.

Langkah kini di percepat. Langkah yang mengantarkan nyawa atau berusaha menggapai kemenangan. Mereka tidak peduli pada bahaya. Langkah yang kokoh dan optimis. Tidak ada rasa takut. Sorot mata kebencian, dendam, marah, bersatu menjadi api yang berkobar membakar melahap ketakutan.

°~~~°

"Apa pula itu bocah" ucap Bung Toni kesal melihat lemparan Aslan meleset.

Lengan Bung Toni mulai menodongkan senjata. Membidik dengan fokus, di iringi hembusan nafas pelan.

Doorr..

DUUUAAARR...

Peluru menembus tong minyak yang berisi bahan bakar. Ledakan yang besar menimbulkan percikan api hingga membuat beberapa Tentara terbakar, dan berlarian kesana kemari mencari air. Beberapa Tentara yang sudah stay dengan senjatanya mencari arah musuh yang tidak di ketahui.

Doorrr...

Satu tembakan lagi mengenai badan Tentara yang sedang lengah. Bung Toni kembali membidik. Dengan jemari yang setia memeluk pelatup senapan.

Dooorr..

Satu Tentara lagi terjungkal ke belakang setelah terkena di bagian dada, mengerang kesakitan sambil memegangi lukanya.

Melihat rekannya terkapar. Beberapa Tentara menyeretnya ke tempat yang lebih aman. Sisa Tentara lainnya bersembunyi mengamankan tubuhnya dari target bidikan. Musuh yang belum di ketahui membuat para Tentara mati kutu dan masih belum menyerang. Mengamati dengan seksama.
Bung Toni merayap ke arah yang lebih dekat untuk menggapai jangkauan. Kini senapannya ia letakan. Mengambil granat yang terikat di celananya. Dengan posisi terlentang ia siap melempar ke arah musuh. Pengunci granat ia tarik dan melemparnya.

Wuushhh..

DUUUAAARR..

Tepat mengenai kerumunan Tentara. Ledakan yang cukup dekat membuat beberapa Tentara melayang hingga akhirnya jatuh tak bergerak.

Doorr..

Dooorr..

Doorr..

Dooorrr...

Rentetan tembakan di lepaskan ke arah Bung Toni yang masih bersembunyi. Keberadaanya kini terancam ketahuan. Bung Toni segera mengambil kembali senapan, lalu merangkak tiarap dengan cepat pindah tempat. Dengan Tenang ia segera memasukan kembali peluru ke dalam senapan. Setelah melihat musuh kembali hening Bung Toni kembali membidik. Tetap tenang dan fokus. Degup jantung yang berdebar membuat lengannya sedikit gemetar. Bung Toni mengarahkan bidikan ke arah tangki bensin mobil truk. Memfokuskan nalurinya yang terbang.

Satu bidikan ia tembakan kembali, namun bidikannya meleset, lengannya cepat mengatur pelatup senapan dan mulai menembak lagi, hingga mengenai paha satu Tentara yang melihat ke arahnya. Satu tembakan lagi ia lepaskan ke arah Tentara yang sudah tertembak barusan. Mengerang kesakitan hingga akhirnya tak bersuara. Bung Toni segera membidik yang lainnya. Keberadaan yang belum terdeteksi membuat Bung Toni lebih leluasa melancarkan serangan terus menerus. Lengan terlatihnya cukup hebat untuk seorang Kopral. Beberapa musuh sudah terkapar tak berdaya, entah terkena ledakan atau tembakan.

ColonialWhere stories live. Discover now