Chapter V

91 13 1
                                    

     Aslan sampai di suatu tempat di bogor. Dengan hawa yang menusuk dingin dan sejuk, membuat pikiranya ikut segar. Ia sampai di Villa Soekarno di kawasan puncak, Cisarua Kabupaten Bogor. Matanya menjarahi semua yang ada di sana. Tumbuhan hijau, pemukiman penduduk, pohon tinggi dengan daun lebat yang menutupi cahaya matahari dan semuanya. Villa tempat singgah President pertama untuk menyendiri, Villa ini cukup miseterius dan tua. Banyak yang menceritakan sisi positif maupun negatifnya. Namun Aslan tidak peduli. Dia sampai dengan perasaan senang dan tenang, tak ada bising yang ada hanya dirinya dan alam yang terlihat hijau.

   Aslan segera memarkiran motornya dekat jalan lalu melangkah menuju bukit untuk kembali mendapatkan pemandangan yang jauh dan lebih indah. Motornya yang bawah di biarkan begitu saja dengan di kunci stang. Harapnya tidak ada yang mencuri karena disana ada tukang parkir yang menjaganya. Tukang parkir yang menatap Aslan yang sedang menuju tangga Villa peninggalan President pertama Ir.H.Soekarno.

"Kemana de?" ujarnya.

"Ke atas bang" jawab Aslan tenang.

"Sendirian aja?" lanjut abang parkir.

"Iye bang" kata Aslan.

"Abang saranin jangan dah" kata kang parkir.

"Emang napa bang?" tanya Aslan penasaran.

"Angker. Serem. Apalagi adek orang baru" ucap kang parkir memberitahu.

"Ahh abang percaya aja. Lagian gua mau jalan-jalan doang" kata Aslan sambil setengah tersenyum.

"Yehh.. yauda ati-ati inget do'a aja" lanjutnya.

"Iye bang makasih udah ngingetin, tapi tenang aja gua kaga bakalan kenapa-napa" kata Aslan lalu kembali berjalan mendekati tangga yang mengarah ke atas tersebut.

   Aslan melangkahkan kakinya tenang, dengan pikiran yang mulai melayang ke arah pembicaraanya tadi dengan tukang parkir. Sedikit penasaran juga Aslan melihat suasana di atas. Aslan berharap semuanya damai dan tidak ada apa-apa yang membahayakan.

   Dirinya sampai di depan tangga yang terlihat sangat tua. Menatap setiap tangga yang sudah berlumut, ia berpikir harus berhati hati jika menaikinya, selangkah ceroboh saja dia dapat terpeleset ke bawah. Karena dari lumutnya yang tebal, sudah terlihat kalo jalan menuju Villa tersebut memang sudah jarang di lalui oleh siapapun. Kaki Aslan mulai naik selangkah demi selangkah. Tanganya kanannya mengerat memegang tali ransel yang ada di punggungnya. Indra penglihatanya sedikit melirik ke bawah dengan beberapa orang yang berada di bawah mulai melihatnya, namun Aslan tetap cuek dan tetap melanjutkan langkah kakinya. Di depan terlihat gerbang putih berukuran lebar jalur tangga menutupi jalannya. Langkahnya pun semakin mendekati gerbang.

   Sampai di depan langkahnya terhenti tatkala menatap Villa besar membuatnya menelan ludah beberapa kali. Di dalam hatinya ada sedikit perasaan yang berkecamuk takut namun rasa penasaranya terlalu besar. Lenganya membuka gerbang yang memang tidak terkunci dengan gembok yang terlihat terbuka. Nalurinya berpikir bahwa di atas ada orang yang juga sedang berkunjung. Sedikit lega di dalam hatinya.

   Langkahnya pun sampai di rumput hijau halaman Villa kosong milik Bapak Ir.Soekarno. Halamanya luas dengan rumput yang terlihat rapih di pangkas pendek. Villa di depanya juga terlihat terurus namun ada beberapa bagian yang rusak di makan usia. Aslan segera berjalan jalan di sekitaran Villa. Indra penglihatanya menatap sosok kakek-kakek di pojok halaman Villa dengan jenggot yang terurai berwarna putih. Dia terlihat sedang menyapu halaman dengan khusyu. Bibir Aslan menyungging tersenyum lega karena dia tidak sendirian disana. Aslan lalu mendekatinya dengan langkah perlahan. Bapak tua dengan pakaian sederhana bertopi hitam, berbaju partai lusuh dan bercelana hitam panjang. Aslan berpikir bahwa Bapak Tua tersebut adalah pengurus Villa ini/Kuncennya.

ColonialWo Geschichten leben. Entdecke jetzt