Chapter XXIII

75 10 2
                                    

   Sorot cahaya menyinari tanah pertiwi dengan sukarela. Memberikan kehangatan bagi semua mahluk hidup yang terkena cahayanya. Manusia yang berkebun, kadal yang berjemur, kupu-kupu yang terbang dengan gemulai dan kumpulan anak-anak desa yang sedang bermain. Hari dengan berbagai macam rutinitas yang bersatu melengkapi kesibukan pagi ini.

  Anak kota yang belum pernah melihat pemandangan ini sebelumnya hanya tersenyum senang dengan hati yang tidak bisa di ungkapkan dengan sebuah kalimat. Kehidupan yang ia rasakan saat ini sangat berbeda 180° dengan kehidupannya di masanya saat ada di masa depan. Udara yang sedang ia hirup sangat asri hingga membuat paru-parunya full senyum. Tak ada untaian yang pantas di ungkapkan pada pemandangan pagi ini. Melihat awan biru di atas sana membuat Aslan ingin berjalan jalan sebentar untuk membiasakan diri. Dari pada harus seharian berbaring di atas kasur rotan di dalam rumah kayu. Meregangkan otot kakinya yang kaku mungkin bisa membuatnya cepat sembuh.

  Seiring dengan langkah kakinya semua mata tertuju padanya. Pemuda kota yang tidak tau bahasa Jawa itu hanya bisa medengar bisikan-bisikan pelan tanpa mengerti artinya sama sekali.

Paling cakep gua keknya di sini. Batin Aslan PD.

   Tak lama anak kecil dengan kulit sawo matang menghampirinya. Lenganya mengulurkan sebuah bunga untuknya. Aslan segera membungkuk hingga wajahnya dan anak kecil itu berhadapan. Mata mereka seakan berdialog, Aslan tersenyum lalu menerima bunga itu dengan lengan kiri yang mengelus rambut anak kecil itu. Setelah bunganya tergenggam anak kecil segera berlari kembali tanpa mengucapkan kalimat satu pun pada Aslan. Dengan raut keheran Aslan tetap senang karena respon hangat yang ia terima hari ini. Di ujung desa terlihat sosok gerilyawan yang ia kenal sedang sibuk dengan beberapa penduduk lainnya yang berkumpul. Aslan melangkah pelan dengan sedikit demi sedikit dan terpincang. Tetesan demi tetesan mulai keluar dari rongga pori-pori kulitnya. Tapi tidak ia hiraukan karena rasa penasaran dan keinginan untuk mengeksplorasi desa ini sangat kuat.

"Kamu sudah siuman anak muda?" tanya seorang pria dengan kulit gelap dan gigi putih berseri.

  Aslan mengangguk dengan senyuman manis dari bibirnya untuk pria yang menyapanya. "Harusnya sodara beristirahat dulu" ucap pria dengan rambut ikal.

"Tubuhku sedikit mendingan dari pada semalam" kata Aslan dengan senang.

"Namaku Tarsono" ucap pria dengan rambut ikal. Lengannya terulur berkenalan.

"Aslan" jawab Aslan lewat jabatan dan anggukan.

"Melihat bekas luka di tubuhmu, sepertinya sodara Aslan sering hampir mati" ujar Tarsono dengan nada bercanda.

   Aslan tertawa mengiyakan. Karena tebakan pria di depannya itu benar, mengingat ia sudah sering di bawa ke rumah sakit karena luka bacok akibat tawuran di jalanan. Jika di hitung dan di ingat-ingat mungkin ia sudah 13 kali di bawa kerumah sakit akibat sobekan demi sobekan benda tajam di badanya dan 2 di antaranya yang paling parah karena luka sabetan yang mengenai organ dalamnya hingga membuatnya kritis beberapa minggu. Apakah Aslan kapok? Tentu tidak.
   Justru setelah ia sudah sembuh pemuda ini malah semakin beringas dan ngesolo sekolahan musuh hingga membuatnya kembali ke rumah sakit. Bahkan sang ibu sendiri yang melihat kondisi anaknya saat di rumah sakit kebingungan dengan sifat anaknya yang suka menantang maut itu. Curiga di tempeli Jin Banteng kakeknya sampai turun tangan dan membawa cucunya ke tempat ruqyah yang berada di Garut agar bisa sembuh dari sifat beringasnya itu. Aslan pun mendapatbpengobatan di tempat ruqyah sedemikian rupa Aslan di suruh meminum beberapa air yang sudah di bacakan do'a. Sifat jahil Aslan yang kadang kambuh malah membuatnya ikut ke dalam permainan si Kakek. Ia berpura pura kerasukan siluman semut, harimau, badak, hingga monyet. Pada saat itu Kakeknya sampai kewalahan memegangi cucunya yang meronta hingga penyakit pinggangnya terasa saat Aslan berpura pura kerasukan Siluman badak.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: May 31, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ColonialWhere stories live. Discover now