04

36.4K 2.9K 139
                                    

Halo🙌
makasih buat kalian yang udah dukung cerita aku.
.
Jadi pembaca setia ya⚘
Dan jangan lupa vote nya biar aku semangat komen juga ya
.
selamat membaca🎉

*****

"Woy cil! Tungguin kita dong!!" Teriak Titan.

Zoya mempertahankan langkahnya, ia berjalan dengan cepat.

"ZOYA!" kini Yoga yang berteriak, namun Zoya tetap berjalan.

"Ck. Zoya kenapa ya kira-kira"

Langit mengangkat bahunya acuh.

"Ini pasti ada kutu dibalik rambut" ucap Titan berfikir.

Yoga menatap Titan sinis "Rambut lo tuh banyak kutu"

"Heh jangan macem-macem, rambut gue ini perawatan mahal cuy, 80 juta" balas Titan seraya merapikan rambutnya.

"Dih"

"Diem!" Tegas Al

"Semenjak dari toilet, Zoya ngehindar dari kita" celetuk Langit.

Yang lainnya pun nampak berfikir, benar juga.

"Hmm besok"

"Hah?" Beo Yoga, Titan dan Langit menatap Al.

Al berdecak "Besok tanya Zoya"

"Oooooohh"

Jangan salahkan mereka, salahkan saja Al yang jika berbicara hanya dua atau tiga kata. Mereka sebagai manusia normal tentunya tak faham dengan bahasa manusia batu. 

"Ngapain besok? Kan Zoya tadi lo kasih ponsel, gue udah simpen nomernya" ucap Yoga heran.

"Tumben pinter" saut Titan.

Langit tertawa lalu merangkul Yoga "Jangan salah, Yoga nih cuma pura-pura bodoh aja"

"Kita susul Zoya"

"Emang lo tau dia tinggal dimana?" Tanya Langit menatap Al.

Al tak menjawab, ia langsung berjalan dan tanpa fikir panjang yang lain pun mengikuti Al. Meski mereka juga bingung dengan jalan fikiran pria es itu, entah bagaimana jika pria es itu memiliki kekasih, apakah kekasihnya akan betah dengan sikap Al? Untung saja Al tertolong dengan wajah tampannya.

Mereka pun sampai di parkiran sekolah dan langsung menaiki motor masing-masing.

Disisi lain, Zoya berjalan melewati gerbang sekolah, ia akan menuju kos nya. Ya, setelah mendapat beasiswa, Zoya memutuskan untuk tinggal di kos yang dekat dengan sekolah. Karena sebelumnya ia tinggal di sebuah panti yang jauh tepatnya di Bandung.

Dan sekarang, Zoya tinggal sendiri. Meskipun begitu, bunda Zafira tetap memberi uang saku untuk Zoya. Karena bunda Zafira melarang keras Zoya untuk bekerja. Bunda Zafira itu sangat menyayangi Zoya seperti putri kandungnya sendiri.

Zoya merasa beruntung akan hal itu, meski tak memiliki keluarga. Setidaknya masih ada orang yang benar-benar menyayangi dirinya.

Brumm brumm

Sebuah motor berhenti didekat Zoya, dengan bingung Zoya berhenti dan menoleh kesamping. Lelaki yang ada di motor itu membuka helmnya.

"Naik, gue anter" ucap lelaki itu yang tak lain adalah Algara.

"Zoya?" Tanya Zoya menunjuk dirinya sendiri.

"Hmm"

"Zoya mau jalan, Al pulang aja"

BROTHERS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang