09

31.5K 2.6K 28
                                    

Selamat membaca⚘
.

"Daddy, kapan mommy mau buka mata?"

"Sebentar lagi"

Jhonatan mengusap kepala putrinya dengan sayang, setelah kejadian tadi mereka yang ada diruangan terlihat tak sabar menunggu Elina untuk membuka mata.

Dokter telah memeriksanya, dan dengan pasti sang dokter mengatakan jika istrinya telah membaik, istrinya berhasil melewati masa kritisnya setelah sekian lama. Mungkin jika orang lain, mereka akan putus asa tapi tidak dengan keluarga Dexter. Mereka tetap menunggu kesadaran Elina, walaupun menghabiskan uang sebanyak apapun.

Ternyata penantiannya selama ini tak sia-sia. Keluarga benar-benar kembali utuh, meski saudara iparnya telah meninggal sejak lama tapi kini putrinya telah kembali dan istrinya akan segera pulang ke mansion keluarga Dexter. Betapa bahagia hatinya serta hari-harinya nanti. Jhonatan tak sabar melihat Elina yang nanti pasti sangat terkejut melihat Zoya, putri yang sedari dulu mereka cari.

Perlahan mata dari wanita yang selama ini terpejam itu mulai terbuka, netranya menyesuaikan cahaya yang sepertinya telah lama tak ia lihat. Pertama yang mampu dilihatnya adalah langit-langit ruangan berwarna putih.

"Mommy!"

Suara lembut terdengar memasuki telinganya, namun badanya terasa kaku. Ia sulit untuk menggerakkan anggota tubuhnya, Elina meneteskan air matanya. Seorang gadis mungil berdiri didekatnya dengan senyuman, wajahnya sangat cantik.

Ingin sekali rasanya menyentuh pipi bulat dari gadis itu, namun Elina tak bisa. Tubuhnya terasa berat untuk digerakkan. Matanya bertubrukan dengan netra milik pria paruh baya berwajah tampan, Jhonatan. Perlahan senyumannya terbit walaupun samar. Ia ingat, lelaki itu adalah suaminya.

"M-mas" ucap Elina pelan dengan susah payah.

Jhonatan tersenyum haru, matanya juga memanas. Ia mencium kening istrinya itu dengan lembut.

"Terima kasih karena mau bertahan"

"Dimana para putra ku?" Tanya Elina serak.

"Mommy"

Elina beralih menatap lelaki tampan yang berdiri dengan mata berkaca-kaca. Dengan cepat Jhonatan menyingkir untuk memberikan ruang. Calvin mendekat dan memeluk tubuh Elina.

"Ini Calvin" ucap Calvin pelan, ia menangis disitu.

Elina pun sama, ia menangis. Dulu Calvin masih sangat kecil tapi sekarang putra adiknya itu telah tumbuh dewasa dan tampan.

Dibekalangnya Zoya berdiri dengan air mata yang keluar dari matanya.

"Ada apa princess?" Tanya Jhonatan mengusap air mata gadis mungil itu.

"Mommy tidak mengenal Zoya hiks" ucap Zoya menangis.

Jhonatan langsung memeluk tubuh putrinya itu. Calvin dan Elina yang mendengarnya pun langsung menatap Zoya.

"Kak, dia Zoya. Putrimu" ucap Felix tersenyum.

Deg

Jantung Elina berdetak lebih cepat, air matanya menetes. Rasa haru dan rasa sedih menyeruak didalam batinnya. Putrinya yang dulu hanya sekali ia lihat, kini telah ada dan tumbuh menjadi gadis cantik.

"Sini sayang"

Zoya melepas pelukan dari Jhonatan, ia mendongak lalu melihat Jhonatan menganggukan kepala. Dengan kasar Zoya mengusap air matanya, kemudian mendekat kearah Elina.

"Maafkan mommy, dulu mommy tak bisa menjagamu" ucap Elina sendu.

Zoya kembali menangis dan menggeleng, tanpa kata ia langsung memeluk Elina tanpa menyakiti tubuh wanita itu. Elina tak bisa membalas pelukan Zoya karwna tubuhnya tak mendukung. Wanita itu hanya mampu menangis, begitupun dengan Zoya.

"Mommy cantik, sama seperti Zoya" ucap Zoya dengan antusias setelah menegakkan badannya kembali.

Semua yang ada disana terkekeh geli begitupun Elina.

"Zoya lebih cantik"

"Benarkah?" Tanya Zoya dengan mata berbinar.

"Benar" jawab Elina dengan senyuman.

"Artinya Zoya bisa punya cowok ganteng ya mom?"

"TIDAK!" Teriak Calvin.

Jhonatan, Felix, Elina dan Zoya menatap kearah Calvin dengan tatapan yang berbeda-beda. Jhonatan memberikan tatapan datar khas dirinya, Felix menatap Calvin sinis, Elina bingung sedangkan Zoya menerjap polos.

"Kenapa?" Tanya Calvin angkuh.

"Kenapa kau berteriak?" Tanya Felix.

"Aku tidak akan membiarkan adikku mengenal lelaki" jawab Calvin tegas.

"Abang bukan lelaki?" Tanya Zoya menatap Calvin lugu.

"Tentu saja abang lelaki!" Jawab Calvin.

Zoya mengerutkan keningnya "Tapi kan...."

"Oh Zoya lupa! Kenapa mommy tidak membalas pelukan Zoya?" Tanya Zoya penasaran, ia telah melupakan hal sebelumnya.

Calvin bernafas lega.

"Mommy tidak bisa, maaf tubuh mommy terasa kaku" jawab Elina sendu.

Zoya ikut sedih melihatnya. Kemudian Zoya menatap kearah Jhonatan.

"Apa daddy tidak mengirimkan pak dokter untuk mommy? Pasti rumah sakit ini yang membuat mommy tidak bisa bergerak. Zoya bakalan marah sama yang punya rumah sakit ini!" Cerocos Zoya dengan wajah garang, terlihat menggemaskan.

Jhonatan tersedak, jika Zoya marah dengan pemilik rumah sakit ini artinya Zoya akan marah dengan dirinya?.

"Jadi begini princess, tadi daddy mu itu sudah menemui dokter. Dan ini hal yang wajar, karena mommy mengalami koma terlalu lama" jelas Felix.

"Apa mommy tidak akan bisa memeluk Zoya?"

"Bisa, setelah ini mommy akan terapi untuk tubuhnya sayang" jawab Jhonatan lembut.

Zoya tersenyum cerah " Zoya akan disini setiap hari demi mommy" ucapnya penuh semangat.

"Bagaimana dengan sekolah Zoya?"

Pertanyaan dari Elina membuat Zoya terdiam, iya bagaimana dengan teman tampannya? Bagaimana jika mereka melupakan Zoya? Zoya menggelengkan kepalanya kuat.

"Ada apa princess?" Tanya Calvin khawatir.

"Zoya ndak papa abang"

"Lalu kenapa menggeleng seperti itu?"

Zoya menunduk, memainkan jarinya.
"Zoya mau sekolah, tapi pulang sekolah Zoya pasti kesini nemenin mommy. Eee.. mommy ndak sedih kan?"

Elina tertawa kecil "mommy tidak sedih sayang"

Senyuman Zoya mengembang.

"Oh iya, dimana putra ku yang lain?"

Jhonatan dan Felix saling tatap.

Cklek

Pintu terbuka menampilkan Damian dan seorang lelaki yang dikenal semuanya kecuali Zoya.

"MOMMY!"

Lelaki itu langsung masuk dan memeluk Elina tanpa menghiraukan yang lainnya. Keduanya larut, hingga sebuah suara membuat lelaki itu tersadar.

"Daddy, kenapa dia memeluk mommy Zoya!"

.
.

Jangan lupa vote and komen

BROTHERS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang