10

32.3K 2.4K 28
                                    

Selamat membaca
.

"Siapa gadis itu?" Tanya lelaki itu dengan datar sekaligus dingin.

Dia adalah Giorgino yang baru saja datang dari luar negeri karena selama ini ia menempuh pendidikan tidak di negara sendiri. Gio tumbuh menjadi lelaki tampan namun sikapnya hampir sama dengan Damian, tak tersentuh.

"Siapa lelaki itu?" Zoya ikut menirukan gaya biacara Gio. Namun wajahnya tidak dapat seram seperti Gio, tetapi malah lucu dimata Calvin dan yang lainnya.

Gio mengeram tak suka, beraninya ada seseorang yang mengejek dirinya.

"Kau-"

"Dia adikku, Zoya Adeline Dexter"

Ucapan dari Calvin membuat tubuh Gio terdiam kaku, sedangkan Zoya langsung mendekat kearah Gio dan Elina. Gadis mungil itu berkacak pinggang menatap Gio.

"Jangan peluk-peluk mommy Zoya!" ucap Zoya dengan mata memicing.

"Sayang-"

"Mommy diem dulu, ini Zoya lagi kesel!"

Ucapan Elina langsung dipotong oleh Zoya, gadis itu menatap Gio dengan tatapan permusuhan namun tak membuat Gio takut sama sekali. Sedangkan yang lainnya malah menganggap saat ini Zoya terlihat lucu dan menggemaskan.

Zoya terkejut saat lelaki itu tiba-tiba juga memeluknya, gadis itu memberontak berusaha lepas dari kungkungan lelaki tinggi itu.

"Lepaskan!" Kini suara tegas Damian terdengar.

"Tidak!" Jawab Gio.

Dengan sedikit kasar, Damian melepas pelukan Gio. Akhirnya kedua lelaki itu saling tatap dengan tajam.

"Mom dia siapa?" Bisik Zoya kearah Elina.

"Dia abangmu juga" balas Elina dengan berbisik.

Mata Zoya terbelalak "Iya kah?"

"Iya princess"

Zoya beralih menatap kedua abangnya yang masih saling tatap, mereka seperti singa yang akan berkelahi. Tangan Zoya menarik baju Gio pelan, hingga membuat sang empu menoleh.

"Maafin Zoya, Zoya ndak tau kalau abang itu abangnya Zoya" cicit Zoya tak berani menatap Gio.

Gio tersenyum tipis, kemudian mensejajarkan tingginya dengan Zoya. Lelaki itu sedikit membungkuk, karena Zoya terlalu pendek untuk dirinya.

"Kenapa abang liatin Zoya" ucap Zoya merasa salah tingkah ditatap oleh Gio dengan lekat dan dekat.

Cup

Gio mencium hidung Zoya, gadis itu terkejut begitupun yang lainnya apalagi Damian.

"Aku bang Gio" ucapan Gio terdengar sedikit kaku, sedangkan Gio sendiri harus berusaha lembut mulai seakarang.

"Ini Zoya"

Gio terkekeh gemas, tangan lelaki itu mengacak rambut gadis yang ada dihadapannya dengan pelan.

"Abang tau" ungkapnya.

"Gimana abang bisa tau? Kan Zoya belum bilang"

"Kamu selalu menyebut nama"

Zoya memiringkan kepalanya "Iya kah? Zoya ndak tau"

Damian menarik tangan Zoya pelan hingga gadis itu jatuh diatas pangkuannya. Gadis polos itu hanya mampu menerjap kaget akan perlakuan abang pertamanya itu.

"Berikan!"

Gio menatap Damian dengan tajam, sepertinya lelaki itu melupakan status Damian adalah kakaknya.

"Kau kira adikku ini barang?"

"Dia adikku!" Ucap Gio tak terima.

"Adik kita" saut Calvin merasa jengah.

Gio menatap tajam kearah Calvin, dia membenci sepupunya itu. Kentara sekali raut wajah yang tak bersahabat dari Gio. Lelaki itu berjalan kearah Calvin yang hanya duduk diam di sofa.

Bugh

Tanpa aba-aba, Gio langsung melayangkan pukulan keras ke wajah tampan Calvin hingga hidungnya mengeluarkan darah segar. Semua yang ada disana terkejut, apalagi Zoya. Gadis polos itu terlihat syok dan langsung memeluk Damian dengan erat, menyembunyikan wajahnya di dada bidang pri itu.

"APA YANG KAU LAKUKAN GIO?!" bentak Jhonatan seraya bangkit dari duduknya.

"Hiks hiks"

Mereka semua beralih menatap Zoya yang menangis menyembunyikan wajahnya.

"Damian, bawa Zoya pergi" perintah Felix yang langsung diangguki oleh Damian.

Damian pun menggendong tubuh Zoya meninggalkan ruangan. Sedangkan didalam Felix berusaha menenangkan Elina yang juga terkejut atas kejadian itu.

Giorgino masih menatap Calvin dengan datar dan dingin, Jhonatan memijit pangkal hidungnya. Pria paruh baya itu terlihat frustasi.

"Apa yang kau lakukan Gio?" Tanya Jhonatan tanpa nada tinggi.

"Memukulnya" jawab Gio dengan santai.

Calvin hanya diam.

Jhonatan membuang nafas kasar "Kenapa kau memukul Calvin? Apa salahnya? Dia adalah sepupumu sendiri!"

"Zoya putri Jhonatan dan Elina, bukan putri Felix. Jadi dia bukan abang untuk Zoya!"

"GIO!" bentak Felix, Gio sudah keterlaluan menurutnya.

"Dia telah membunuh mama Ami! Dan apa kalian lupa? Gara-gara dia juga Zoya pergi saat itu!" Ucap Gio tajam.

Plak

Jhonatan menampar wajah Gio menggunakan punggung tangannya, mata pria paruh baya itu terpancar amarah. Calvin pergi tanpa sepatah kata apapun, Felix hanya diam dan Elina menangis. ternyata hingga dewasa pun rasa benci Gio terhadap Calvin tetap ada. Ia merasa gagal menjadi seorang ibu.

"Mama Ami pergi karena takdir Gio, dan Zoya pergi karena diculik. Bukan karena Calvin" ucap Elina dengan suara serak.

"Jika saat itu dia tidak menangis dan merengek, pasti Zoya tidak akan pernah diculik."

"Gio, saat itu Calvin masih terlalu kecil"

Gio memejamkan matanya sejenak. Ia menatap kearah Elina.

"Jika Calvin tidak lahir, mama Ami masih disini bersamaku!"

Setelah mengucapkan itu Gio pergi dengan mata memerah dan tangan yang terkepal. Gio menulikan pendengarannya, mengabaikan teriakan dari Jhonatan. Di dalam ruangan, Elina menangis.

Jhonatan mendekat, mengusap kepala istrinya dengan sayang.

"Aku akan memberikan pengertian untuk Gio" ucap Jhonatan dengan pandangan lurus.

"Gio seperti itu adalah karena aku, dia sangat dekat dengan Ami karena aku mengabaikannya. Hingga saat ini dia masih tak terima atas kepergian Ami" ungkap Elina pelan.

"Kamu tidak pernah mengabaikannya, Elina!"

"Dia merasa diabaikan hiks"

Jhonatan mendongak, sebenarnya semua ini hanya salah faham. Hanya karena satu hal kecil saja, Gio mengingatnya sampai sekarang. Jhonatan tak habis fikir dengan salah satu putranya itu yang sulit untuk menerima kenyataan.

"Aku akan berusaha mendamaikan kedua putraku" ucap Jhonatan penuh tekad.


*******

Jangan lupa Vote and komen

BROTHERS (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang