Paquito

2.7K 269 135
                                    

PAQUITO POV

Indah, satu kata setiap saya menatapnya.

Ia berhasil mengambil perhatian saya, saat pertama kali bertemu. Aneh, atas alasan apa saya bisa terpincut olehnya? Sikapnya cukup menyebalkan, walau sebenernya ia orang yang baik.

Sikap malu tapi mau nya, wajah manisnya. Selalu muncul di pikiran saya setiap bekerja, ataupun melamun. Perempuan? 1 kata itu sudah menghilang dari pikiran saya, saat bertemu dengannya.

Terikat sebuah perjanjian akibat kemauan masing-masing, bukanlah hal yang membuat saya sesal. Begitu pula saat merasakan tubuhnya, tidak ada hal yang saya sesali. Sampai, saya terbangun ke kenyataan bahwa ia memiliki wanita idaman diluar sana.

Lantas, apa gunanya jika saya berdiri di hadapannya jika hanya sebagai perjanjian. Melihat menangis, tersenyum, bahkan jengkel pun cukup membuat perasaan saya tenang. Ia pria yang cengeng, saya tau itu.

Menatapnya saat bersikap malu setiap saya goda, adalah sebuah kesenangan tersendiri untuk saya seorang. Rasanya, saya ingin menjadi satu-satunya penggoda dirinya. Tapi, sayangnya itu tidak akan bisa terjadi kan.

"Hei, mau cincin yang mana?"

Seketika lamunan saya berhenti saat Freya menepuk pelan lengan saya, kami berada di sebuah toko perhiasan. "Maaf, saya melamun." Ucap saya lalu menatap kearah cincin yang sudah disediakan, mata saya terpincut ke sebuah cincin sederhana tapi memiliki warna yang elegan.

Perlahan, tangan saya mengambilnya lalu menatapnya. "Saya ingin yang ini." Ucap saya, sang penjual mengangguk paham lalu mengambil cincin itu untuk saya bawa pulang kembali. "Bagaimana, kau menyampaikan cincin itu ke dia? Bukankah kalian sudah tidak ada hubungan?" Tanya Freya.

Saya menatap datar kearah meja penuh hiasan, "entahlah, saya juga bingung." Balas saya. Freya menghela nafas, "kau tau, mengakuiku sebagai pacarmu bukanlah jalan satu-satunya Paquito. Kau sebenarnya bisa mengatakan aku sepupumu, atau bahkan sahabat! Seperti hubungan kita sekarang, sahabat." Saran Freya.

Saya menengok kearahnya, menatap perempuan dewasa itu yang tersenyum simpul. "Lagipula, aku rasa dia pasti sakit hati saat tau kau punya 'pacar'. Apakah kau tidak melihat raut wajahnya? Ia cukup kecewa namun bercampur marah." Lanjutnya, sembari memainkan jarinya.

Ekspresi kecewa dan marah..

Freya ada benarnya, saya bisa melihat dari pupil indah miliknya. Raut wajahnya saat itu tampak ingin menangis, andai saja saya tidak bertindak kasar padanya mungkin itu bisa dibicarakan baik-baik.

Hah.. sungguh payah, ditambah lagi saya baru teringat pesan Selena bahwa dia habis jatuh dari bermain Skateboard. Benar-benar sembrono, Chou.

"Ini dia cincin yang anda pesan, sudah ada dua pasang sekalian ditambah kotaknya ya. Terima kasih telah berbelanja!"

Saya mengambil kantong belanjaan itu, lalu pergi keluar bersama Freya. Kami setelah ini berencana untuk makan bersama, pacarnya Freya. Ya, Freya sudah memiliki pacar sejak kami berteman di SMA. Ia perempuan yang mudah akrab dengan siapapun, jadi sudah sebuah kewajaran untuk pacarnya membiarkan Freya bebas.

Drrt drrt!

"Ah, ini dari dia!"

Freya tersenyum senang saat mendapati telpon dari pacarnya, saya hanya menghentikan langkah lalu menatap kearahnya. "Honey, kamu dimana?? Di cafe biasa kah? Okayy, aku ama Paquito bakalan kesana ya!" Kira-kira begitu lah pembicaraan mereka.

Seketika saya berpikir, panggilan apa yang cocok jika saya sudah memiliki pasangan ya?

"Hehe, sorry lama. Ayo langsung ke cafe biasa." Ucap Freya lalu kembali berjalan, saya hanya mengikutinya dari samping. Sesekali mengambil perhatian di sekitar bukanlah masalah, lagipula cuaca kali ini tidak panas seperti kemarin-kemarin.

𝗧𝗛𝗘 𝗕𝗢𝗫𝗘𝗥 𝗔𝗡𝗗 𝗠𝗥.𝗥𝗔𝗣𝗣𝗘𝗥 [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang