46. Surut

2.8K 388 58
                                    

Zein melajukan mobilnya dengan kecepatan dari biasanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Zein melajukan mobilnya dengan kecepatan dari biasanya. Ponselnya ramai telepon masuk dan beberapa pesan yang belum Zein buka, menyalip kendaraan sana sini, membunyikan klakson berulang kali agar cepat sampai di Kafe. Setelah sampai di Kafe yang tadinya buka sekarang tertampang tulisan 'close' dengan cepat ia masuk ke dalam Kafe melihat kacaunya muka Dito dan beberapa pekerja Kafe di sana.

"Gimana?" satu kata yang keluar dari mulut Zein.

Dito mengusap wajahnya kasar. "Pusing gue, mau gamau kita harus tutup sampai kondisi stabil. Lo tau udah banyak orang tau bahkan video itu trending hari ini."

Tangan Zein mengepal, ponselnya berdering kembali. Kali ini dari Papa Zein. "Kenapa, Pa?"

"Zein! udah gila kamu, hah? Berapa bulan lagi perusahaan ini turun di kamu, malah sekarang bikin ulah sampai semua tau kekerasan yang kamu bikin. Ada masalah apa sih kamu sama mereka?" bentak Khalid.

"Pa! kalau Papa telepon Zein cuma buat marahin dalam situasi kayak gini mending nggak perlu! Zein udah gede, tau apa yang harus Zein lakuin. Papa aja nggak tau siapa yang busuk di sini, siapa yang salah."

Telepon dimatikan sepihak. Zein mengakhiri percakapan mereka, ia benar-benar kalut kali ini. Jika diteruskan berbicara, ditakutkan akan melukai hati Khalid.

Dito membuang putung rokok, berjalan mendekat dan menepuk pundak Zein. "Jangan emosi ke orang yang nggak terlibat dalam hal ini, se emosi apapun lo jangan memperburuk keadaan."

"Gue bukan mau memperburuk keadaan, cuma bukan itu yang kita butuh sekarang." ujar Zein sembari mengusap wajahnya kasar. "Selanjutnya gimana, Dit? nggak mungkin juga kalau kita harus kayak gini."

"Gue lagi usaha buat sewa jasa hapus video yang nyebar itu, mungkin butuh beberapa hari maksimal sampai 2 hari, video itu udah nyebar ke banyak orang soalnya. Sembari itu, gue urusin keluarga gue dan juga keluarga Leo. Sisanya tetep semua gue yang nanggung, Ze. Lo tenang aja."

*****

Pikiran Naila juga tidak kalah kacau dibanding Zein. Pekerjaan di hadapannya berakhir acak-acakan di kepala. Naila tidak bisa melanjutkan pekerjaannya dengan tenang sebab semua pikirannya tertuju pada Zein. Sudah 3 hari ini Zein pulang dengan bau alkohol yang pekat pada baju lelaki itu.

Pukul 23.00 Naila masih menunggu Zein sambil mengecek pekerjaannya di laptop. Zein memang selalu pamit untuk menyelesaikan masalahnya bersama Dito, tapi ketika pulang bau alkohol menyengat di hidung Naila. Hari ini semoga tidak tercium bau itu lagi, dan ia berharap semoga hari ini Zein dapat cerita apa yang membuatnya menderita.

Bunyi mobil membuyarkan lamunan Naila, meskipun ia sedang membaca susunan pekerjaan tapi tidak bisa dipungkiri bahwa Naila lebih banyak melamun. Ia bergegas membuka pintu gerbang untuk Zein. Menyambut suaminya pulang dengan senyum yang tidak bisa dijelaskan, campur aduk.

"Assalamualaikum.. udah makan, kak Zein?" sapa Naila saat Zein keluar dari mobil.

"Waalaikumussalam, udah kok tadi." Zein berjalan mendekati Naila, merangkul pundak Naila menuntun membawanya masuk rumah. "Kamu kenapa nggak tidur duluan sih? udah ke 3 kali ini loh kamu nungguin aku terus.. Naila sayang, aku nggak perlu ditungguin soalnya kerjaan lagi buanyak banget."

SENDU (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang