24. Debat bubur

4.4K 494 64
                                    


يٰنِسَآءَ النَّبِيِّ لَسْتُنَّ كَاَ حَدٍ مِّنَ النِّسَآءِ اِنِ اتَّقَيْتُنَّ فَلَا تَخْضَعْنَ بِا لْقَوْلِ فَيَـطْمَعَ الَّذِيْ فِيْ قَلْبِهٖ مَرَضٌ وَّقُلْنَ قَوْلًا مَّعْرُوْفًا ۚ 

"Wahai istri-istri Nabi! Kamu tidak seperti perempuan-perempuan yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk (melemah-lembutkan suara) dalam berbicara sehingga bangkit nafsu orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik."
(QS. Al-Ahzab 33: Ayat 32)

Ponsel Naila berdering saat ia membuat salad buat untuk Zein

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ponsel Naila berdering saat ia membuat salad buat untuk Zein. Terpampang nama "Kak kanaya" ah, dokter pribadi Naila yang sekaligus menjadi partner mengatur jadwal kerja Naila. Mengapa bisa begitu? Karena Kanaya yang meminta agar Naila juga tidak terlalu bekerja keras.

"Assalamualaikum, kak Aya kenapa masih pagi telpon Naila?"

"Waalaikumussalam, Nai, gimana si kan hari ini buku kedua kamu mulai bisa dipesan terus jangan lupa beberapa hari lagi ada bedah buku loh, Nai."

Naila menepuk dahinya pelan. "Astaghfirullah kak, Naila lupa."

Ya, Kanaya pramesti psikolog pribadi Naila yang sering mengontrol kondisi mental Naila sejak 2 tahun terakhir. Memang mereka sudah dekat seperti layaknya saudara kandung. Kanaya selalu menyempatkan waktu untuk memperhatikan beberapa pasiennya-contohnya Naila. Bahkan, Kanaya yang sering mengurusi pekerjaan Naila, katanya itu sudah menjadi tanggungjawab Kanaya dengan pasien.

"Aduhh, Naila, kumaha si neng? Udah itu diurusin dulu ya, untung kak Aya ingetin." suara Kanaya terdengar sedikit terkejut.

"Iya, kak. Makasih ya udah ingetin, Naila tutup dulu.. Assalamualaikum." setelah mendengar jawaban salam dari Kanaya, Naila lekas memutus pembicaraan mereka.

*****

Setelah beberapa hari lalu dari Rumah Sakit untuk mengecek kesehatannya. Zein selalu berusaha untuk berjalan meskipun hanya sedikit karena masih kaku dan nyeri saat mengenai ubin. Naila dengan sabar menuntun dan membantu Zein untuk berdiri. Seperti hari ini Zein sedang mencoba berjalan dengan memegang tembok sebagai penahannya.

Naila datang membawa salad buah yang terlihat sangat segar. Ia tersenyum melihat Zein yang mencoba berjalan dengan berpegangan tembok sembari menunduk melihat kakinya. Melihat Zein sedikit oleng membuat Naila bergegas menaruh salad yang ia bawa di meja nakas dan berlari menuju Zein. Gerakan tubuh Zein terhuyung kedepan lalu Naila menangkap tetapi karena tubuhnya lebih kecil dari Zein menjadikan ikut oleng juga.

Hendak jatuh kedepan namun Naila memeluk erat tubuh Zein sembari reflek dibanting kesamping hingga rasanya tulang belakang Naila remuk. Zein ikut menahan tangannya ketembok. Jarak Mereka sangat dekat, Naila terbentur tembok dan Zein menahan tubuhnya dengan kedua tangan yang menahan. Deruh nafas keduanya sama-sama terasa. Tangan Naila masih memeluk Zein.

SENDU (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang