47. Arahnya jadi kemana?

3.9K 353 108
                                    

Sudah pukul 2 pagi

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.

Sudah pukul 2 pagi. Zein tidak kunjung pulang. Naila sudah tertidur menunggu Zein di kamar mereka berdua yang berada di atas. Sebelum ini, Naila sudah berkali-kali menelpon Zein sejak pukul 11 malam tadi. Tidak ada jawaban, atau minimal membaca pesan yang sudah Naila kirim. Zein seakan sibuk, dan Naila merasa ia adalah penganggu.

Mata Naila terbuka saat suara ponselnya terdengar nyaring masuk ke telinganya. Dalam pikirnya itu adalah kabar baik dari Zein. Namun, tidak. Tidak ada kabar sama sekali. Pesan Naila masih tidak dibaca. Ia bangun dari tidurnya jalan cepat menjelajahi rumahnya, barangkali Zein tertidur di kamar bawah, atau sofa sekalipun.

Nihil. Zein tidak ada di sini. Pikiran Naila sudah acak-acakan tapi ia berusaha untuk tetap baik-baik saja.

Kak Dito, dimana? apa bersama kak Zein?

Pesan yang Naila kirim untuk Dito pun tidak dibaca oleh penerima pesan. Naila positif thinking, bahwa Zein sedang sibuk membenahi pekerjaannya, mungkin mereka terlelap dan tidur di tempat kerja mereka berdua.

*****

Pukul 08.00 yang dinanti tidak kunjung pulang, entah dimana pergi tanpa kabar, hilang tanpa meninggalkan sepatah kata ucapan selamat tinggal. Naila memutuskan untuk pergi ke Neid Caffe, per hari ini pekerjaannya telah selesai tinggal menunggu karyanya selesai dan Naila sangat antusias untuk menunjukkan itu kepada Zein.

Mengendarai mobil sendiri, sudah lama Naila tidak seperti ini. Tiba di Neid Caffe beberapa remaja laki-laki menunggu di depan Kafe. Ada yang duduk, ada yang bersandar dan ada juga yang berjalan mondar-mandir dengan tampang kebinggungan.

Naila memarkirkan mobilnya, setelah itu menghampiri 3 orang yang berdiri di depan Kafe. Itu karyawan Kafe. Naila beberapa kali menjumpai wajah-wajah tidak asing saat ia kemari. "Temen-temen sedang nunggu apa di sini?" tanya Naila.

"Naila?"

"Iya saya."

"Kami sedang menunggu kak Zein sama kak Dito, kamu disuruh kemari mengantar kunci?"

Naila menggeleng. "Kak Zein nggak pulang, saya kira tidur di sini."

Raut muka dari yang ngobrol dengan Naila terlihat heran, begitupun yang duduk langsung berdiri, yang mondar mandir langsung mendekat. "Serius?" tanyanya dan diangguki oleh Naila.

"Tunggu, Ryan habis ini dateng barangkali mereka berdua emang di dalam dari kemarin mungkin kecapekan jadi tidak dengar suara kita." ujarnya. "Kenalan dulu biar nggak canggung, saya Dahlan, yang sedikit lebih muda dari kami itu Ranu, dan yang rambutnya ikal ini namanya Darma."

Senyum Naila merekah, menunduk sedikit serasa sedikit tenang. "Seneng bertemu kalian, saya Naila."

"Itu Ryan." ucap Darma.

"Eh, kenapa nggak masuk?" sahut Ryan.

Ranu yang membersihkan celana jeans dari pasir jalanan yang menempel lantas menoleh ke arah Ryan. "A Ry, kuncina mana? sok atuh bukain ini Kafe."

Você leu todos os capítulos publicados.

⏰ Última atualização: Jul 04, 2022 ⏰

Adicione esta história à sua Biblioteca e seja notificado quando novos capítulos chegarem!

SENDU (On Going)Onde histórias criam vida. Descubra agora