10. Filosofi Bulan.

3.8K 434 37
                                    

Bulan sering dituduh tidak memancarkan sinarnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bulan sering dituduh tidak memancarkan sinarnya.
Tapi esok malam dia masih hadir.
Sama, bulan sedang sedih.
Sama, bulan sedang marah.
Sama, bulan sedang takut.
Tapi Bulan simpan.
Sama seperti kakak, ia selalu memendam apapun yang menyakitkan.

-Mufid Sa'dan Al Ihsan-

*****

Setelah acara selesai Naila dan Zein masuk dalam kamar hotelnya. Sama seperti keluarga mereka yang ikut bermalam di Hotel ini. Baik Naila ataupun Zein tak banyak bicara. Zein sudah bersih diri dan langsung tidur disofa luar kamar. Dan Naila masih duduk diatas ranjangnya. Ia melupakan buku diary nya dirumah untung saja ada note diatas nakas sebelah kasurnya yang sudah disediakan pihak Hotel.

Ayah,
Lama tidak bertemu nyata atau mimpi.
Ayah, Nai udah jadi istri orang. Kalau dibilang takut, iya Nai masih takut. Tapi ucapan Ayah dulu waktu kita lihat bulan selalu jadi alasan Naila melangkah.

Naila menyimpan diary dibawah bantalnya. Turun dari kasur lalu membuka cendela tampak bulan purnama sangat indah. Senyumnya melebar.

Seperti biasa setiap malam, Naila selalu memutar murottal Al-Qur'an untuk di dengarkan sebagai salah satu cara memuroja'ah bacaanya. Setelah menyelesaikan muroja'ah, ia mematikan speaker murottalnya.

*****

Zein terbangun pada jam 01.00 dari tidurnya—sofa yang ia tempati sempit sekali. Mengusap mata yang masih belum sepenuhnya terbangun. Zein melangkahkan kakinya kedalam kamar Naila. Guna untuk mengambil sarungnya yang tertinggal disana. Ia merasa kedinginan sedangkan pihak Hotel hanya menyediakan satu selimut, tidak mungkin mengambil selimut jika sudah digunakan Naila.

Naila bergerak gusar kanan kekiri dan sebaliknya, nafasnya menderu cepat. Keringat perempuan itu keluar membuat Zein mengerutkan dahinya binggung. Apakah Naila mimpi buruk hingga seperti itu? Seperti di film televisi.

"Ayah," gumam Naila dengan mata yang masih tertidur.

Huft.
Zein menghela nafas ternyata benar Naila mimpi buruk. Zein memandang wajah putih Naila dengan bibir sedikit pucat. Saat sedang menatap gadis didepannya ini, tiba-tiba mata Naila terbuka.

"Kok kak Ze—Zein disini?" Naila menjauhkan dirinya lalu duduk membenarkan hijab yang masih ia pakai.

Tidak kalah kaget, Zein seakan-akan seperti orang yang tertangkap mencuri. "Ya, in—ini mau ambil sarung gue."

Naila mengangguk takut.

"Kemarin lo tidur jam berapa?" tanya Zein menatap Naila sinis.

"Jam setengah satu, mungkin, kak."

Zein memutar bola matanya malas. "Jangan tidur jam segitu,efeknya nggak baik buat lo dan buat gue!" ia menekan kata-kata 'gue'. Lo tau nggak? Lo tidur kayak orang kemasukan makhluk halus, ganggu banget. Bikin gue kebangun." ketus Zein lalu meninggalkan Naila.

SENDU (On Going)Where stories live. Discover now