20. semena-mena

4.9K 485 113
                                    

Di zaman saat ini, manusia sibuk memperindah penampilan hingga lalai memperindah akhlak. Itu justru membuat mereka tenggelam dalam hal duniawi yang sia-sia.
Naila Bilqis Al Madinah.

Sayup-sayup mata elang iku memincing mengatur cahaya yang masuk pada matanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sayup-sayup mata elang iku memincing mengatur cahaya yang masuk pada matanya. Lelaki yang berhasil menjuarai pertandingan balap motor namun nasib jelek menimpahnya. Rem sepeda motor yang ia kendarai justru blong. Akhirnya nekat membelokkan motor ke pohon beringin dan itu justru membuat kakinya terjebak tertiban oleh motor gede itu.

Ruangan putih menjadi pengelihatan pertamanya setelah pingsan berjam-jam. Ia memejamkan matanya merasakan denyutan rasa sakit dan perban putih yang menutup keningnya. Seseorang perempuan yang sedang berbicara lewat ponselnya menghadap kejendela luar, suara lembut itu membuatnya mendengarkan semua obrolan perempuan ini.

Setelah mematikan telepon, Naila berbalik menghadap Zein yang sdang menringis karena luka di kakinya. "Kak Zein mau minum?" tanya Naila berjalan ke arah Zein, dengan membawakan air putih dalam gelas kaca.

Zein hanya menurut dan meminum air yang dibawa Naila sesudah itu ia tak lantas tidur lagi. Naila memanggil dokter dengan memencet tombol yang emang dihubungkan dengan Ruangan Dokter. Alih-Alih mau berdiri sedangkan dirasa kaki bergerak saja sakit dan perih. Melihat Zein kesakitan Naila menghampiri Lelaki itu berusaha membantu Zein namun, dengan cepat Zein justru menepis tangan putih Naila.

"Permisi," Seorang perawat perempuan dan dokter lelaki tampak muda itu datang membawa alat check untuk pasien.

Pihak Rumah sakit memeriksa bagian tubuh Zein. Tekanan darah, suhu badan hingga ke perkembangan lukanya. "Kemungkinan pasien bisa pulang besok ya, Bu, karena luka di kakinya lumayan masih terbilang perlu perawatan Rumah sakit." seru dokter itu sembari tersenyum pada Naila.

"Ah besok? yasudah, gapapa terimakasih, Dok—"

"Apaan sih? Gue baik-baik aja kenapa selama itu pulangnya? Gue mau pulang siang ini!" potong Zein.

Naila menahan malu sebab suara Zein sangat ketus dan membentak seorang Dokter. "Nggak bisa gitu, Pak—"

Lagi lagi Zein memotong perkataan orang lain. "Kenapa nggak bisa? Gue bayar disini. Yang sakit gue! Yang ngerasain gue kenapa kalian yang bilang nggak bisa?"

"Bukan begitu, Pak, maksud kami hanya—" Dokter itu bersuara kembali.

"Hanya apa? Gue mau pulang hari ini titik!" putus Zein

"Baiklah itu mau Bapak tapi tetap harus check kesehatan setiap minggunya ya Pak, tolong bantu saya melepas infus pasien," Perintah Dokter itu pada perawatnya lalu semua perawat membantu untuk melepaskan infus dan beberapa mengganti perban luka Zein.

Setelah beberapa peralatan medis terlepas dari tubuh Zein. Dokter dan Perawat berpamitan kepada Naila. Sedangkan Zein, membalikan badannya membelakangi Naila. "Sekalipun kakak punya uang banyak percuma kalau nggak bisa hargain orang lain. Yang butuh sembuh siapa kalau bukan kakak?"

SENDU (On Going)Where stories live. Discover now